Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Homogenitas Pendapat, Apakah Tanda Lunturnya Intelektualitas?

16 Maret 2021   15:24 Diperbarui: 16 Maret 2021   15:41 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memaksakan pendapat | Foto : Sekolah007.com

Emosi ikut tersulut ketika menonton narasumber program acara TV yang saling berdebat. Argumentasi tarik urat penuh emosional terjadi, bahkan para narasumber sama-sama saling bersuara dan saling tumpang tindih hingga tidak terdengar apa yang sedang mereka argumentasikan. 

Emosi pun turut tersulut ketika ada tokoh politik yang saya kagumi disindir kebijakannya melalui sosial media, bahkan saat membaca komentar pedas dari netizen lain, yang malah masuk ke ranah pribadi, rasanya pengen adu ngegas membela tokoh politik yang saya kagumi.

Tapi rasa hati saya langsung terhenyak begitu mendengarkan beberapa narasumber yang saya tonton dalam tayangan salah satu program TV, sebut saja Haris Azhar, seorang aktivis HAM, dan Imam B. Prasodjo, seorang sosiolog Indonesia. 

Juga ada Budiman Sudjatmiko, anggota DPR RI PDI P dan Dandhy Laksono, yang merupakan aktivis HAM, mereka berdebat dalam satu kesempatan program debat tentang Papua di YouTube Channel Watchdoc.

Argumentasi yang keluar dari bibir beliau semua sarat akan wawasan dan pemahaman di lapangan. Mereka mendengarkan dulu pendapat lawan bicara hingga selesai, baru kemudian mengeluarkan pendapat. 

Mereka sangat menghargai perbedaan pendapat, sarat akan emosional saat adu pendapat agak jauh dari pribadi mereka. Setidaknya tidak nampak diwajah. Mereka tidak saling berusaha untuk tarik-menarik agar sependapat, atau terlihat menang kalah.

Hal ini membuat saya bertanya-tanya, apakah ada hubungan antara tingkat intelektualitas seseorang dengan cara mereka berargumentasi?

Saya sendiri tidak terlalu mendapatkan jawabannya secara pasti, karena ada juga orang yang berpendidikan tinggi disekitar saya yang juga mudah emosi saat adu argumentasi.

Mencari jawaban, saya malah menemukan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa kecenderungan kita mudah marah saat silang pendapat karena dipengaruhi oleh sistem media sosial yang melakukan penyeragaman konten dengan akun sosial media yang berbeda.

Yap, saking smart-nya, smartphone kita seringkali mengarahkan post, foto, ataupun feed yang bersifat sama. Misal kita doyan nonton mukbang, nah, bisa jadi feed pencarian kita akan terisi dengan video atau foto yang berhubungan dengan mukbang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun