Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Olah Kecerdasan Kita dengan Berdemo Secara Kreatif

9 Oktober 2020   13:21 Diperbarui: 9 Oktober 2020   14:54 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Website Telkomsel yang pernah diretas pada tahun 2017 | Foto Kompas.com

Masih ingat tidak ada hacker (peretas) yang menyabotase website Telkomsel tentang tarif dan bonus kuota yang sebenarnya tidak dibutuhkan oleh pelanggan? 

Pihak Telkomsel sempat membela diri, namun karena peretas tersebut mendapat dukungan dari sejumlah pelanggan Telkomsel lainnya, sekarang paket HOOQ, VIU, ataupun iming-iming kuota musik dan video sudah tidak ada lagi, digantikan dengan paket kuota YouTube ataupun sosial media lainnya.

Memang sih tindakan meretas tersebut bisa terkena sanksi pidana, namun apakah "demo" tersebut  menimbulkan kerusakan fasilitas, dan mendapatkan kecaman dari banyak pihak? Apakah ada "demonstrasi" tersebut yang diakhiri dengan ditunggangi, dan malahn memakan korban jiwa? 

Seingat saya, "demonstrasi" yang dilakukan sang peretas mendapatkan dukungan penuh dan jujur saja, ada apreasiasi secara tidak langsung bagi peretas tersebut dari berbagai pihak karena telah kreatif menyuarakan aspirasi pelanggan Telkomsel.

Saya tidak bermaksud untuk memojokkan teman-teman yang berdemonstrasi, namun perlu diingat apakah teman-teman tidak sayang dengan diri sendiri? Sudah meh merasa dirugikan dengan peraturan UU Cipta Kerja, kemudian risiko kesehatan ditanggung sendiri, belum lagi ada korban jiwa akibat tindakan anarkis oleh para penyusup.

Siapakah yang akan mengeluarkan biaya apabila Anda terkena COVID 19 ataupun maaf, sampai terluka? Tentu Anda sendiri dan keluarga yang bisa menanggung pedih dan mengeluarkan biaya.

Bukankah hal tersebut benar-benar seperti sudah jatuh, tertimpa tangga pula, yang berarti mendapatkan kemalangan yang bertubi-tubi?

Apakah suara Anda mau didengarkan oleh pemerintah ataupun para wakil rakyat? Saya rasa ketika teman-teman sedang melakukan aksi demonstrasi, para pejabat yang mengetuk palu dan menyetujui UU Cipta Kerja sedang menonton menyaksikan teman-teman yang berdemonstrasi, sambil ngopi ataupun merokok. 

Dari tahun ke tahun, kita pastinya sudah belajar dan memiliki pengalaman bahwa memberikan aspirasi dengan turun ke jalan, selalu diakhiri dengan penyusup yang menunggangi aksi demonstrasi. Semuanya pasti berujung pada pengrusakan, belum lagi memakan korban jiwa. Sedih pasti dirasakan oleh teman-teman. Aspirasi belum tentu didengar, tapi rasa sakit sudah pasti dirasakan oleh teman-teman dan keluarga.

Apakah tidak lebih baik untuk demonstrasi berikutnya, kita lakukan dengan lebih kreatif? Misal meretas website DPR RI, atau membuat meme. Atau bisa juga memberikan aspirasi seperti para seniman senior, salah satunya Butet Kertaradjasa. Beliau mengkritik halus pemerintahan Orde Baru dengan menirukan suara Presiden Soeharto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun