Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Mengapa sih Pejabat Kita Selalu Mau yang Biasa Saja?

11 November 2019   11:33 Diperbarui: 12 November 2019   10:27 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: pinterest.com/xnspy

Belakangan media di Indonesia diramaikan dengan kasus lem aibon, bolpoin, desa fiktif, dan mungkin belakangan akan ketahuan yang lain lagi. 

Hal ini sepertinya sudah menjadi berita biasa bagi kalangan masyarakat, karena geram saja, maka kasus-kasus seperti ini akhirnya viral dan menjadi perbincangan.

Saya hanya merasa aneh saja, zaman gini dimana orang berlomba-lomba mencari keotentikan diri, eh, pejabat kita malah lebih senang melakukan hal di zona nyaman, korupsi lah, drama pengalihan isu lah, kebijakan yang aneh lah, dan sebagainya. 

Ah, itu kan sudah biasa sekali. Dari zaman saya masih kecil sampai sekarang, terus saja ada kasus seperti ini, tidak selesai-selesai. Hmm, mengapa pejabat kita tuh selalu mau yang biasa saja?

Dari semua pejabat, baru 6 orang lah kira-kira yang memiliki keotentikan, dan tidak melakukan hal yang biasa. 

Pertama, Susi Pudjiastuti. Dengan slogannya "Tenggelamkan!", dan gayanya yang nyentrik, tapi beliau memiliki keotentikan diri. Penampilan boleh garang, tapi kerjanya dong sikat terus para kapal-kapal asing yang mau sabotase hasil perikanan Indonesia. 

Walau banyak pihak yang protes, dan terkadang ada saja pejabat yang menyuarakan keberatan pada kebijakan, Ibu Susi tidak gentar dan tetap melaksanakan kebijakannya yang dinilai akan membuat hidup para nelayan akan jauh lebih baik.

Hasilnya, kita bisa rasakan sendiri, kualitas bawah laut Indonesia semakin membaik dengan begitu kelestarian alam di Indonesia terjaga, kapal asing yang menangkap ikan secara ilegal pun sangat berkurang jauh, dengan begitu hasil perikanan di Indonesia jauh lebih baik daripada sebelumnya.

Terkadang kalau mau senang, kita memang mesti perih dulu, tidak mungkin langsung dapat senangnya, kan?

Kedua, Ignasius Jonan. Salah satu teman saya ada yang bekerja di Kementerian Perhubungan. Kala itu Pak Jonan masih menjabat sebagai Menteri Perhubungan. 

Kepemimpinannya yang humble dan sangat memperhatikan para karyawannya, hal ini membuat semua karyawan merasa begitu dihargai oleh atasan, dan terdorong untuk memiliki semangat bekerja yang kuat. 

Hasil dari cara kepemimpinannya tersebut, KAI yang tadinya merugi, menjadi mendapatkan keuntungan. Apa hubungannya cara kepemimpinan dan keuntungan yang diperoleh KAI?

Ternyata hal tersebut berbanding lurus, dengan Pak Jonan memperhatikan karyawannya, beliau berinisiatif untuk memberi kenaikan gaji bagi para karyawannya, agar mereka lebih bersemangat lagi dalam bekerja dan tidak mencari usaha sampingan yang membuat sistem kerja di KAI terbengkalai. 

Dengan begitu pekerjaan yang dilakukan oleh para karyawan di KAI lebih efisien. Selain itu Pak Jonan juga berhasil menetapkan mindset kalau kepuasan pelanggan harus diutamakan.

Walau masih banyak kekurangan, tapi saya rasa itu sudah peningkatan bagus, daripada melakukan hal yang biasa-biasa saja dengan sensasi mark up anggaran, mau pilih mana coba?

Kemudian ketika beliau menjadi menteri ESDM, ada lagi prestasi yang beliau investasikan untuk Indonesia, harga BBM menjadi satu harga, dan Indonesia memperoleh 51% saham Freeport. 

Walau banyak yang protes mengenai hal ini, karena saham Freeport hanya dimiliki 51%, akan tetapi mungkin kalau kita terjun sendiri ke area itu, entah kita bisa berhasil atau tidak mendapatkan seluruh saham Freeport, mengingat banyak juga pejabat yang "bermain" mendapatkan jatah dari Freeport. Biasa kan itu main-main uang negara dan rakyat. Hehe.

Ketiga, Pak BTP. Dibalik semua sikap marah-marahnya atau kesalahan yang pernah dilakukannya, tapi perlu diakui bagaimana beliau membuat Jakarta menjadi bersih dan lumayan teratur. 

Yang paling saya rasakan adalah di wilayah Tanah Abang, karena kebetulan saya bekerja disana. Kali-kali di Tanah Abang, saya sendiri sampai kagum pada pekerja dan hasil kerjanya. 

Pagi-pagi kalau saya lewat, kalinya pasti bersih, dan ada banyak pasukan orange yang bekerja bahu-membahu membersihkan sampah di kali. 

Kemudian dulu memang banyak pedagang kaki lima di sekitar Tanah Abang yang marah, karena mereka ditempatkan pada satu tempat untuk berjualan. 

Omset katanya berkurang, tapi setidaknya uang dan penjualan mereka tidak habis dipalak preman. Dan pembeli pun masih ada, karena masih banyak orang yang mau bertandang ke Tanah Abang karena tidak terlalu macet. 

Kalau sekarang, ya, bagaimana saya mendeskripsikannya ya? Karena itu adalah hal biasa sebenarnya, macet, kacau dan banyak preman cilik.

Keempat, Tri Rismaharini atau dikenal dengan Ibu Risma. Kita tentu sudah tahu bagaimana sepak terjang beliau untuk Surabaya. Begitu bangga warga Surabaya pada walikota ini, dan ketika saya main ke rumah teman saya di Surabaya. Dari bapak, ibu sampai adik-adik teman saya berceloteh membanggakan prestasi Ibu Risma ini. Surabaya dibuat begitu bagus dan modern oleh Ibu Risma.

Bukan hal biasa kan ya ini?

Kelima dan keenam, Fahri Hamzah dan Fadli Zon. Bisa jadi saya sebut beliau ini pejabat yang tidak biasa. Selama menjabat di DPR, beliau berdua paling aktif berkoar-koar mengkritik pemerintah. Rasanya kadang kuping dan mata saya cukup panas melihat pernyataan beliau berdua ini. 

Rasanya tidak percaya saja mereka bagian dari mahasiswa yang menurunkan pemerintah Orde Baru. 

Namun setelah saya tanya sana-sini, beliau berdua ternyata memang menyuarakan sebagian dari rakyat yang tertindas, akibat dari pembangunan infrastruktur, dan bisa dikatakan beliau berdua membaca apa yang akan dihadapi oleh masyarakat, kalau infrastruktur terus dijalankan. 

Hanya saja kan selama ini yang lebih digembar-gemborkan adalah keberhasilan dari pembangunan infrastruktur, efek samping lainnya memang tidak dimunculkan, mungkin pemerintah memiliki cara agar bisa meminimalisir efek sampingnya.

Beliau berdua cukup otentik dan tidak biasa, menurut saya, mengkritisi dengan cara yang membuat orang menjadi geram, tapi dibalik semua itu akhirnya mau tidak mau, kita memperhatikan alasan mereka begitu vokal mengkritik kinerja pemerintah, apakah sekedar julid atau memang ada fakta dibalik apa yang mereka kritisi.

Itu lebih otentik daripada mark up anggaran atau kemudian tahu-tahu ketahuan simpan uang rakyat dan sebagainya, yang sudah biasa banget beneran dilakukan banyak pejabat. 

Anak SMP dan SMA saja bisa jadi sudah tidak kaget lagi kalau mendengar pejabat kita melakukan hal biasa seperti itu, wong di media saja sangat sering membahas hal seperti ini, pejabat tidak jauh-jauh dari drama pengalihan isu, membuat kebijakan yang aneh bin ajaib, mark up anggaran, dan ujung-ujungnya, eh, korupsi.

Justru lucunya, malah masyarakat lho yang membuat hal-hal yang tidak biasa, padahal mereka tidak pernah menjanjikan yang muluk-muluk untuk kesejahteraan rakyat.

Sebut saja, Heni Sri Sundani, yang mendedikasikan dirinya untuk melayani pendidikan anak-anak miskin yang bersemangat belajar, tapi terkendala dengan biaya.

Kemudian ada The Resonanz, kelompok paduan suara Indonesia yang kerap ke luar negeri untuk mengikuti berbagai ajang perlombaan dengan membawakan lagu daerah Indonesia yang sudah diaransemen sehingga membuat Indonesia semakin dikenal.

Ada Wisni Indarto WDRupadi yang selalu memakai kutubaru dan kain batik sebagai bawahannya, untuk mengajak orang-orang disekitarnya untuk kembali mencintai budaya bangsa kita yang autentik. 

Kesan yang saya dapat dari beliau adalah boleh saja kita menjadi orang yang modern, tapi jangan pernah lupakan budaya bangsa kita.

Dan masih banyak lagi. 

Masyarakatnya saja bisa menjadi pribadi yang otentik dan bisa memikirkan teman-teman lain demi bangsa dan negara Indonesia. Lah pejabat dengan banyak janjinya kok malah melakukan hal yang biasa-biasa saja sih?! 

Hmm... apa mesti belajar dulu sebelum pejabat ini menjabat, dari warga negara Indonesia yang lebih mencintai bangsa dan negaranya? Dibandingkan melakukan hal biasa, dan akhirnya berlaku sebagai pengkhianat bangsa?

Referensi 

  1. JawaPos. 28 September 2017. Ini Prestasi yang Dibanggakan Jonan selama jadi Menteri ESDM. Diakses dari Jawapos.com tanggal 11 November 2019
  2. Susanti, Reni. 3 Oktober 2019. Kisah Wisni 7 Tahun Pakai Kutu Baru dan Batik, Dibully hingga Di Follow. Diakses dari Kompas.com tanggal 11 November 2019
  3. CNN Indonesia. 17 Agustus 2017. Yamko Rambe Yamko Juara Duni di Roma Tahun Ini - The Resonanz - Merdeka dalam Bhineka. Diakses dari YouTube CNN Indonesia tanggal 11 November 2019
  4. Budi, Okky. 21 September 2019. Segudang Prestasi Internasional yang Disabet Menteri Susi Pudjiastuti. Diakses dari Moneysmart.id tanggal 11 November 2019
  5. Afriyadi, Achmad Dwi. 14 Juli 2018. Upaya RI Caplok 51% Saham Freeport hingga Terwujud di Era Jokowi. Diakses dari DetikFinance.com tanggal 11 November 2019
  6. Tarigan, Yolanda. 9 Oktober 2019. Jadi Buah Bibir, Apa Prestasi Jonan Selama Jabat Dirut KAI. Diakses dari DetikFinance.com tanggal 11 November 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun