Mohon tunggu...
Namira Wahyudia
Namira Wahyudia Mohon Tunggu... Pelajar

Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran yang senang belajar hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kurangi 80% Sampah Organik, Begini Cara Fikom Unpad Kelola Sampah Kantin dengan Maggot

4 Mei 2025   13:35 Diperbarui: 4 Mei 2025   13:41 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Budidaya maggot di Fikom Unpad (Namira Wahyudia)

Jatinangor --- Rabu (30/04) Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran (Unpad) mulai menerapkan sistem pengelolaan Sampah Organik Dapur (SOD) dengan bantuan maggot sebagai bentuk dukungan terhadap program zero food waste.

Program ini digagas oleh Peneliti Komunikasi Lingkungan yang juga dosen program studi Jurnalistik Universitas Padjadjaran, Herlina Agustin, sejak 17 Februari 2025.

Dimulai dengan pelatihan intensif selama satu bulan bersama Paguyuban Pegiat Maggot Indonesia (PPMI), organisasi nasional yang diketuai oleh Ardi.

Ia menjelaskan bahwa maggot secara ilmiah dikenal sebagai black soldier fly, menghasilkan kotoran menyerupai tanah yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos alami untuk menyuburkan lahan pertanian maupun tanaman hias.

"Belum zero-zero amat, tapi 80% sudahlah. Kalau 80% kita bisa beresin persoalan persampahannya udah bagus banget, sedangkan sampah organik itu komposisi sampah tertinggi di cekungan Bandung ini, di Indonesia juga," jelas Ardi.

Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sampah organik di Indonesia mencapai 40% dari total timbulan sampah. Artinya, jika pengelolaan zero food waste dilakukan optimal, maka hampir separuh dari masalah sampah nasional dapat teratasi.

Budidaya black soldier fly dan maggot 
Budidaya black soldier fly dan maggot 

Dalam praktik pengolahannya, Ardi menjelaskan bahwa sampah organik dapur dari kantin Fikom diangkut oleh staf kantin dan diblender untuk mempercepat proses penghancuran. Hasilnya diberikan kepada maggot sebagai pakan utama.

Kemudian, tahapan pemeliharaan dimulai dari penetasan telur (hatchery), pembesaran larva, hingga pemisahan antara maggot muda dan tua. Maggot yang tua akan diarahkan menjadi pupa dan proses ini terus berulang.

"Sehari sekitar 5 kilo sampah organik dari kantin dan itu harus dipisah dari yang anorganik dulu. Setelah itu, kita cacah atau cincang, apalagi yang keras kayak cangkang telur, karena maggot gak bisa makan dalam bentuk utuh. Kita juga usahakan kondisinya kering, karena kalau terlalu basah nanti maggotnya mati," jelas Ardi.

Ia juga menjelaskan dari sisi kandungan gizi, bahwa maggot mengandung hingga 48% protein dan 30% lemak, serta dilengkapi dengan vitamin dan mineral.

Maggot memakan sampah organik dapur 
Maggot memakan sampah organik dapur 

Selain itu, program ini merupakan bentuk keresahan Herlina terkait pengelolaan sampah di Unpad secara umum. Ia menilai bahwa sampah di lingkungan kampus cenderung langsung dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS), padahal sebagian besar di antaranya dapat dikelola dan dimanfaatkan. 

Herlina juga menegaskan, bahwa pengelolaan sampah bukan hanya perihal teknis, tetapi juga perubahan perilaku masyarakat dengan mengedukasi sivitas akademika dalam memilah dan mengolah sampah.

"Saya ingin mengukur perubahan perilaku warga Fikom. Sering kali orang buang sampah tanpa tahu ujungnya ke mana. Dengan maggot, kita bisa menunjukkan bahwa sampah organik punya manfaat," ujar Herlina.

Meski demikian, program ini menghadapi kendala anggaran yang sebagian besar merupakan dana pribadi Herlina.

"Kalau dana, sejauh ini saya keluar sendiri. Fikom hanya membantu membangun fasilitas awal seperti bangunan kecil (untuk maggot) dan kolam. Tapi mungkin karena passion ya, kami juga tidak ingin sampah organik terus dibuang ke TPS. Sehingga program ini tetap berjalan," jelasnya.

Selain itu, Herlina berencana menjadikan ruang maggot yang berada di belakang gedung 2 Fikom, untuk dijadikan living lab, di mana mahasiswa dapat magang dengan menjalankan pengolahan sampah dan meneliti perubahan perilaku mahasiswa terhadap sampah.

Program budidaya maggot di Fikom Unpad mengusung prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) menjadi solusi nyata dalam mengurangi sampah organik. 

"Tujuannya tidak hanya untuk mengurangi volume sampah, tetapi juga sebagai sarana edukasi agar warga kampus lebih peduli pada lingkungan," ujarnya. 

Penulis: Namira Wahyudia 

NPM: 210610230010

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun