Selain itu, program ini merupakan bentuk keresahan Herlina terkait pengelolaan sampah di Unpad secara umum. Ia menilai bahwa sampah di lingkungan kampus cenderung langsung dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS), padahal sebagian besar di antaranya dapat dikelola dan dimanfaatkan.Â
Herlina juga menegaskan, bahwa pengelolaan sampah bukan hanya perihal teknis, tetapi juga perubahan perilaku masyarakat dengan mengedukasi sivitas akademika dalam memilah dan mengolah sampah.
"Saya ingin mengukur perubahan perilaku warga Fikom. Sering kali orang buang sampah tanpa tahu ujungnya ke mana. Dengan maggot, kita bisa menunjukkan bahwa sampah organik punya manfaat," ujar Herlina.
Meski demikian, program ini menghadapi kendala anggaran yang sebagian besar merupakan dana pribadi Herlina.
"Kalau dana, sejauh ini saya keluar sendiri. Fikom hanya membantu membangun fasilitas awal seperti bangunan kecil (untuk maggot) dan kolam. Tapi mungkin karena passion ya, kami juga tidak ingin sampah organik terus dibuang ke TPS. Sehingga program ini tetap berjalan," jelasnya.
Selain itu, Herlina berencana menjadikan ruang maggot yang berada di belakang gedung 2 Fikom, untuk dijadikan living lab, di mana mahasiswa dapat magang dengan menjalankan pengolahan sampah dan meneliti perubahan perilaku mahasiswa terhadap sampah.
Program budidaya maggot di Fikom Unpad mengusung prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) menjadi solusi nyata dalam mengurangi sampah organik.Â
"Tujuannya tidak hanya untuk mengurangi volume sampah, tetapi juga sebagai sarana edukasi agar warga kampus lebih peduli pada lingkungan," ujarnya.Â
Penulis: Namira WahyudiaÂ
NPM: 210610230010