Mohon tunggu...
syifa najwa umami
syifa najwa umami Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Mahasiswa Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apa jadinya Efek lebeling sosial terhadap konsep diri dan persepsi interpersonal

16 Juli 2025   21:56 Diperbarui: 16 Juli 2025   22:13 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

EFEK LABELING SOSIAL TERHADAP KONSEP DIRI DAN PERSEPSI INTERPERSONAL : KAJIAN PSIKOLOGI KOMUNIKASI DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Ditulis Oleh:

Syifa Najwa Umami (202310415212)

Dosen Pengampu: Nurul Fauziah, S.Sos, M.I.Kom 

PENDAHULUAN

Komunikasi dalam dunia Pendidikan tidak hanya tentang memberika informasi, tetapi juga membentuk cara seseorang memandang diri sendiri dan orang lain melalui interaksi sehari-hari. Interaksi antara murid, guru, dan lingkungan sekolah memiliki peran penting dalam membentuk identitas pribadi dan cara seseorang berinteraksi dengan orang lain. Salah satu hal yang sering terjadi dalam situasi ini adalah labeling sosial, yaitu ketika seseorang diberi label atau penilaian tertentu berdasarkan perilaku, pandangan, atau sifat tertentu.

Salah satu cara berkomunikasi yang sering terjadi tapi sering tidak disadari dampaknya adalah memberi label atau julukan yang diberikan oleh guru, dosen, atau teman sebaya, seperti “anak bandel”, “pemalu”, atau “anak malas”. Tidak hanya memengaruhi cara orang lain memperlakukan seseorang, tetapi juga memengaruhi cara individu itu memandang dirinya sendiri.

Dalam psikologi komunikasi konsep diri (self concept) merupakan hasil dari refleksi sosial, yakni persepsi individu terhadap bagaimana orang lain melihat dirinya. Ketika seseorang menerima label tertentu secara berulang, label tersebut dapat membentuk persepsi interpersonal, memperkuat identitas sosial yang melekat, serta memengaruhi perilaku komunikatif dalam jangka Panjang Teori konsep diri Shintaviana & Yudarwati (2014) menyampaikan bahwa teori konsep diri menjelaskan
 

cara membangun persepsi mengenai dirinya terkait dengan emosi, pemikiran, peran dan nilai yang dimiliki. Selanjutnya, dijelaskan bahwa interaksi memainkan peran penting dalam pembentukan konsep diri melalui pengalaman serta hubungan sosial.
Latar belakang dari Fenomena lebeling ini sangat nyata dalam ruang kelas dan kehidupan sosial. Seorang siswa yang disebut “pemalu” mungkin akan menarik diri dari partisipasi kelas, bukan karena kurangnya kemampuan, tetapi karena internalisasi dari label tersebut. Sebaliknya, siswa yang diberi label “pintar” mungkin terdorong untuk menunjukan performa maksimal agar sesuai dengan ekspetasi lingkungan, walupun bisa jadi ia merasa tertekan. Dalam jangka Panjang, proses ini dapat memengaruhi konsep diri akademik, harga diri, serta gaya komunikasi interpersonal individu.

Hal tersebut bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana efek lebeling sosial dapat membentuk konsep diri seseorang serta memengaruhi persepsi interpersonal mereka, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Pemahaman ini penting menciptakan lingkungan Pendidikan yang lebih empatik, adil, dan mendukung perkembangan psikososial seseorang secara sehat. Kajian ini tidak hanya memberikan pemahaman teoritis, tetapi juga menjadi refleksi bagi para pendidik, orang tua, dan mahasiswa agar lebih bijak dalam memberi dan menerima label dalam proses komunikasi Pendidikan.

TINJAUAN PUSTAKA
Pelabelan sosial memiliki pengaruh yang kuat terhadap pembentukan konsep diri individu siswa yang diberi label secara sosial cenderung melihat diri mereka sesuai dengan label yang diberikan oleh lingkungannya. Secara spesifik dalam dunia Pendidikan, pelabelan berdampak pada penanaman konsep diri. bagi siswa yang mendapatkan label negatif misalnya seperti “malas mengerjaikan tugas” atau “bodoh” akan muncul penanaman konsep diri yang buruk sehingga mereka cenderung malas belajar karna sudah tertanam stigma dalam diri mereka bahwa mereka memang malas, tidak bisa, ataupun bodoh. Siswa yang diberi label negatif juga mengalami penurunan harga diri karena seiringnya penghinaan atau ejekan yang timbul di lingkungan. Label positif sebaliknya, ketika siswa diberi label positif seperti “pintar”, “rajin”, atau ”baik”, mereka cenderung lebih termotivasi untuk mempertahankan prestasi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun