Lebaran Idul Fitri selalu identik dengan berbagai tradisinya. Mulai dari tradisi mudik, halal bihalal, silaturahmi, makan ketupat, membagikan thr (tunjangan hari raya), mengenakan baju baru nan indah, ziarah kubur, mengirimkan parcel, takbiran, menyalakan petasan, menyalakan kembang api, menyediakan berbagai kue, hingga tradisi ziarah kubur atau biasa disebut nyekar. Tradisi-tradisi ini selalu mewarnai suasana lebaran dari tahun ke tahun. Membawa kebahagiaan dan rasa senang bagi setiap orang yang merayakannya.
Begitu juga di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, tepatnya di dusun Jomblang, Kecamatan Kebakkramat, tradisi-tradisi tersebut mewarnai suasana hari raya di desa tersebut. Dusun menjadi ramai karena warga yang merantau kembali pulang untuk bertemu sanak saudaranya, keluarga besar nyekar atau ziarah ke tempat keluarga yang telah lebih dulu meninggalkan mereka. Anak-anak ramai dan antusias mengikuti takbiran keliling di malam hari raya, beberapa memilih untuk menyalakan petasan dan memainkan kembang api dirumah. Sedang yang dirumah sibuk beres-beres dan merapikan barang, serta menyiapkan makanan untuk disuguhkan kepada tamu esok hari, menyiapkan amplop thr untuk dibagikan, dan beberapa yang lain juga tak sabar mengenakan baju barunya.
Tradisi-tradisi tersebut tak pernah terlewatkan dan selalu menjadi hal menarik setiap tahunnya. Namun, sobat kompasianer tahu ngggak sih? kalau ternyata ada beberapa tradisi jaman dahulu di dusun jomblang yang kini tak lagi dilanjutkan dan mengalami perubahan. Hmmm, penasaran nggak sih apa sja tradisinya, dan bagaimana penjelasannya? Yuk simak dibawah ini!
1. Tradisi Kenduri
Ibu Rus (58) menceritakan bahwa ada tradisi-tradisi yang saat ini sudah tidak lagi dilanjutkan oleh warga sekitar, salah satunya yaitu kenduri. Kenduri adalah sebutan untuk masakan-masakan jawa yang dibentuk dengan bentuk-bentuk tertentu, dibuat oleh setiap rumah dan dinikmati dengan menundang tetangga sekitar untuk memakannya setelah didoakan bersama-sama. Masakan-masakan tersebut dimakan dan dinikmati oleh tuan rumah serta tamu yang di undang, jika ada kelebihan atau sisa, kelebihan itu akan dibawa pulang oleh tetangga-tetangga yang di undang. Tradisi kenduri ini dilakukan oleh hamper setiap rumah di desa, sehingga acaranya diadakan berurutan dari rumah satu ke rumah yang lainnya. Namun hal ini menyebabkan banyak makanan mubadzir dan terbuang karena saking banyaknya masakan. Sudah Memasak dirumah seniri, masih juga dapat dari tetangga-tetangga lain. Kebiasaan berbagi ini sebenarnya adalah hal yang baik, namun karena dianggap berlebihan danmembuat makanan menjadi tidak termakan, akhirnya tradisi ini sekarang sudah tidak ada lagi, atau lebih tepatnya sudah tidak dilanjutkan.
2. Tradisi Makan di Rumah Kepala Dusun
Selain kenduri, ada juga tradisi untuk membawa makanan kerumah kepala dusun, atau oleh masyarakat dusun Jomblang, dikenal dengan sebutan pak bayan. Makanan yang dibawa oleh masing-masing orang akan ditukarkan dengan makanan yang dibawa oleh tetangga lainnya, didoakan, lalu kembali dibawa pulang. “Makanan nasi sama lauknya itu tadi dibawa pulang,karena yang dirumah juga sudah pada kenyang, jadinya malah mubadzir, akhirnya tradisinya nggak dilanjutkan lagi.”. (Ibu Rus)
Begitulah tradisi ini akhirnya tidak lagi dilanjutkan, karena dianggap mubadzir dan buang-buang makanan. Sekarang warga Dusun Jomblang hanya memasak untuk rumah dan untuk beberapa tamu yang datang silaturahim.
3. Tradisi Silaturahmi Hanya Perwakilan
Saat ini di Dusun Jomblang, silaturahmi dari rumah ke rumah dilakukan oleh satu keluarga besar, berpindah menggunakan kendaraan mereka dari rumah ke rumah. Dahulu silaturahmi hanya dilakukan oleh perwakilan saja. Biasanya dari cucu kerumah neneknya. Namun kini seriring berkembangnya zaman dan teknologi, silaturahmi sudah bisa dilakukan oleh satu keluarga besar, sehigga lebih ramai dan lebih menyenangkan. “soalnya kan sekarang ada mobil, dulu kan paling sebelum ada motor kan cuma naik sepeda ontel biasa. Jadi yang dateng itu biasanya cuma satu orang, dan dulu yang dibawa itu nasi, bukan gula dan teh.” Jelas bu rus pada wawancara pribadi kemarin. Ibu rus juga menjelaskan bahwa tradisi silaturahmi ini mulai dilakukan sejak hari ke 21 ramadan, bukan setelah salat ied seperti sekarang ini.