Kurikulum pendidikan di Indonesia mengalami berbagai perubahan dari masa ke masa. Perubahan ini tidak hanya bersifat administratif, namun juga ideologis, filosofis, politis, dan sosiologis. Mulai dari Kurikulum 1947 hingga Kurikulum Merdeka yang kini mulai diterapkan secara bertahap, setiap kurikulum mencerminkan dinamika sosial-politik serta kebutuhan pembangunan bangsa pada masanya. Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia telah mengalami berbagai fase yang mencerminkan perubahan sosial dan politik negara. Beberapa fase penting dalam sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia adalah :
Kurikulum 1947
Kurikulum pertama pasca-kemerdekaan, berfokus pada pembentukan karakter dan kesadaran bernegara, belum menekankan aspek akademik.
Kurikulum 1952
Penyempurnaan kurikulum sebelumnya, materi pelajaran dikaitkan dengan kehidupan masyarakat. Guru hanya mengajar satu mata pelajaran.
Kurikulum 1964
Mengusung konsep Pancawarhana, menekankan pengembangan moral, intelektual, keterampilan, seni, dan jasmasni. Hari Sabtu digunakan untuk pengembangan minat dan bakat.
Kurikulum 1968
Kurikulum ini menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus (Baderiah,2018)
Kurikulum 1975
Kurikulum ini, yang juga sering disebut sebagai Kurikulum 1975, disempurnakan dengan meletakkan siswa sebagai subjek belajar, mengamati, mengelompokkan, berbicara, dan melaporkan. Model ini dikenal sebagai Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Lempar Siswa Aktif (SAL). CBSA adalah ide yang masuk akal secara teoretis dan bekerja dengan baik di sekolah-sekolah yang diujicobakan; namun, saat diterapkan di seluruh negara, ada banyak perbedaan dan pengurangan (Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986).
Kurikulum 1984
Menempatkan siswa sebagai subjek aktif. Konsepnya bagus tapi sulit diterapkan secara nasional.
Kurikulum 1994
kurikulum 1994, perpaduan tujuan dan proses gagal karena beban belajar siswa terlalu besar. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan lokal, seperti bahasa, seni, dan keterampilan lokal. Berbagai kepentingan kelompok masyarakat juga mendorong kurikulum untuk mencakup masalah tertentu.
Kurikulum 2004 (KBK)
Berbasis kompetensi dengan focus pada pengetahuan, keterampilan dan bersikap dalam Tindakan nyata.
Kurikulum 2006 (KTSP)
Mirip KBK, namun lebih desentralistik. Sekolah diberi kebebasan menyusun silabus dan penilaian sendiri.
Kurikulum 2013
Menekankan kompetensi dan pendekatan saintifik. Penilaian mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku.