Mohon tunggu...
Najla Balqis
Najla Balqis Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Meronce

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Budaya Childfree Menimbulkan Pro dan Kontra

23 Mei 2024   22:07 Diperbarui: 23 Mei 2024   22:16 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kata childfree sering dibicarakan oleh banyak orang karena menjadi tren pada saat ini. Salah satu negara yang mengalami pengurangan penduduk akibat masuknya tren childfree adalah Jepang. Jepang mengalami pengurangan penduduk, tercatat pada tahun 2022 sebanyak 125,1 juta penduduk Jepang. Tren ini menjadi budaya baru dan topik hangat untuk anak muda yang baru menikah atau baru ingin menikah.

Budaya baru ini menimbulkan pro dan kontra, khususnya di Indonesia. Childfree masih belum diterima dan masih dianggap hal yang tabu oleh masyarakat Indonesia karena di Indonesia secara status sosial dan eksistensi perempuan dilihat dari sebanyak apa dia bisa melahirkan anak. 

Pengertian Childfree

Childfree merupakan istilah yang mengacu pada keputusan seseorang untuk tidak memiliki anak setelah menikah baik secara biologis maupun melalui adopsi. Asal mula konsep childfree yaitu pada tahun 1500-an di Eropa. Di Indonesia konsep childfree ada pada tahun 1800-an, saat itu para pribumi mengabdikan dirinya menjadi tenaga kerja penjajah. 

Childfree juga dikaitkan dengan feminisme, yaitu perempuan yang tidak mengurus anak memiliki kesempatan besar untuk mengeksplorasi peran sosialnya selain di keluarga seperti karir dan pendidikan. Menutut J. Doyle, jumlah perempuan yang memilih childfree berkembang karena dipicu oleh alat kontrasepsi yang aman, meningkatnya kesempatan pendidikan dan merebaknya advokasi kesetaraan gender.  

Perspektif Neo-Analitik


Neo-analitik merupakan pendekatan dari psikologi kepribadian yang mementingkan diri sebagai inti kepribadian atau ego. Menurut pandangan dari perspektif neo-analitik tentang budaya childfree, yaitu:

  • Orang yang memilih untuk childfree lebih fokus pada keinginan pribadi dan pemenuhan kebutuhan mereka.
  • Mereka kuat dalam mempertahankan keputusan dan tekanan sosial dari keluarga atau masyarakat.
  • Mereka memiliki pandangan tentang moral yang dapat mendukung hak mereka dalam membuat pilihan.

Banyak pro dan kontra yang muncul tentang childfree. Childfree memiliki sudut pandang yang berbeda tergantung pada individu nya.

Pandangan/alasan pasangan childfree

  • Latar belakang keluarga

Kenangan yang buruk atau perasaan kecewa yang didapatkan saat masih anak-anak, hal tersebut bisa menjadi alasan seseorang memilih untuk childfree serta memiliki keluarga yang memberikan kebebasan atau mendukung apapun pilihan anaknya. 

  • Finansial

Faktor finansial bisa menjadi alasan seseorang untuk childfree karena membesarkan dan merawat anak memerlukan finansial dan mental yang cukup. 

  • Mental

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun