Mohon tunggu...
Najihatun Fadlliyah
Najihatun Fadlliyah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah penikmat film dan musik, memiliki keterkaitan dibidang desain grafis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Dunia Maya Tak Lagi Aman: Mengapa Cyberbullying Harus Jadi Perhatian Bersama

16 Oktober 2025   15:01 Diperbarui: 16 Oktober 2025   15:01 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 (Sumber: Pinterest/Ilustrasi)

Di era digital yang serba cepat ini, media sosial telah menjadi ruang utama bagi generasi muda untuk mengekspresikan diri, berinteraksi, bahkan membangun karier. Namun di balik kemudahan dan keindahan layar ponsel, terselip ancaman yang sering kali diabaikan yaitu cyberbullying. Fenomena ini kini bukan lagi sekadar isu kecil, tetapi telah berkembang menjadi masalah sosial yang serius, terutama di kalangan remaja dan mahasiswa. Di dunia maya yang seolah tanpa batas, kata-kata bisa menjadi senjata melukai tanpa terlihat, menyakiti tanpa sentuhan.

Kasus-kasus cyberbullying kini makin mudah ditemukan, mulai dari komentar jahat di media sosial, penyebaran foto tanpa izin, hingga ejekan yang disamarkan sebagai candaan. Banyak korban memilih diam karena takut dicap "terlalu sensitif", padahal di dalamnya tersimpan rasa takut, cemas, dan luka batin yang mendalam. Tak jarang, dampaknya meluas ke dunia nyata prestasi akademik menurun, hubungan sosial terganggu, bahkan muncul keinginan untuk menarik diri dari lingkungan sekitar. Di sinilah pentingnya isu ini dibahas: bukan hanya sebagai topik berita, tetapi sebagai cermin empati dan kesadaran sosial kita di dunia digital.

Cyberbullying penting untuk diangkat karena ia mencerminkan krisis empati di masyarakat modern. Di balik layar, seseorang bisa dengan mudah melontarkan komentar kasar tanpa memikirkan perasaan orang lain. Dunia maya yang seharusnya menjadi ruang berbagi dan belajar, justru berubah menjadi tempat penghakiman tanpa batas. Membahas isu ini berarti mengajak masyarakat berhenti sejenak, meninjau ulang cara kita berinteraksi di ruang digital, dan menyadari bahwa kebebasan berekspresi tidak boleh digunakan untuk melukai.

Lebih dari itu, diskusi tentang cyberbullying juga penting untuk membuka mata banyak pihak bahwa keamanan digital dan kesehatan mental saling berkaitan. Korban tidak hanya kehilangan rasa aman, tetapi juga kepercayaan diri dan kendali atas hidupnya. Saat isu ini dibicarakan secara terbuka, masyarakat jadi lebih memahami pentingnya literasi digital, etika berkomunikasi, serta mekanisme perlindungan hukum yang bisa membantu korban mendapatkan keadilan.

Membahas cyberbullying bukan sekadar mengikuti tren, tetapi upaya membangun ruang digital yang manusiawi. Dunia maya akan menjadi lebih sehat jika penggunanya sadar bahwa setiap kata, emoji, dan unggahan punya dampak nyata bagi seseorang di balik layar. Sebab di balik setiap akun, ada manusia yang punya perasaan dan dunia digital yang aman hanya bisa terwujud jika empati menjadi bagian dari setiap interaksi kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun