Demak — Inovasi kuliner lokal terus berkembang, salah satunya datang dari Ibu Munjarifah, warga Desa Morosari, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Ia telah memproduksi kripik daun mangrove selama lima tahun terakhir.
Kripik ini dibuat dari daun mangrove muda yang dipetik langsung dari tanaman di pesisir sekitar desa. Daun-daun tersebut dicuci bersih, kemudian dicelupkan ke dalam adonan tepung berbumbu, lalu digoreng hingga renyah dan berwarna keemasan.
Dengan harga Rp12.000 per 250 gram dan kemasan kecil Rp5.000 per 100 gram, produk ini terbilang terjangkau bagi masyarakat. Rasanya pun gurih dan tidak pahit, berbeda dari anggapan banyak orang tentang daun mangrove.
Menurut Ibu Munjarifah, ide membuat kripik daun mangrove berawal dari keinginannya memanfaatkan hasil alam sekitar sekaligus menjaga kelestarian lingkungan pesisir. Produksi ini juga membantu meningkatkan ekonomi keluarga dan memperkenalkan potensi alam lokal kepada masyarakat luas.
Kini, kripik daun mangrove menjadi oleh-oleh khas Desa Morosari yang mulai dikenal oleh warga Sayung dan para peziarah makam Mbah Mudzakir. Inovasi sederhana ini membuktikan bahwa potensi alam pesisir bisa diolah menjadi produk kreatif, ramah lingkungan, dan bernilai ekonomi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI