Mohon tunggu...
Naila Alya Nahda
Naila Alya Nahda Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi jurusan PAI IAIN PEKALONGAN

Nama : Naila Alya Nahda NIM: 2120254

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Membantu dalam Berpikir Kritis Secara Mendasar dan Sistematis

7 Juli 2021   11:20 Diperbarui: 7 Juli 2021   11:33 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kritis dalam berpikir bukan berarti mencari kesalahan orang lain, ataupun mengajak untuk memperdebatkan argumen masing-masing. kritis dalam hal ini bermakna berfikir secara teliti, cermat, dan seksama baik dalam maupun luar pendidikan. Filsafat lahir dari pemikiran orang-orang terdahulu dengan segala teka-teki yang ada di dalam benaknya, Filsafat sendiri lahir dari tragedi yang mengajarkan kita untuk mengenali diri sendiri dan tidak berlebih-lebihan.

Dapat disimpulkan bahwa filsafat memberikan dasar untuk berpikir mendasar tentang segala sesuatu sehingga  dapat membantu untuk menumbuhkan kemampuan dalam berpikir kritis, hal inilah yang dianggap dapat membantu dalam hal pendidikan, oleh karena itu sebagai seorang pelajar kita dituntut untuk mengasah kemampuan dalam berpikir kritis. Kemampuan dalam berpikir kritis juga sangat bermanfaat, karena dapat menjadikan seseorang semakin eksis dalam beberapa bidang, banyak juga ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan manfaat dari berfikir kritis.

Manusia dan akal merupakan 2 komponen yang dapat membantu dalam berpikir kritis, selain berpikir kritis kita juga harus mempunyai sejumlah kemampuan lain yang harus dimiliki manusia saat ini, diantaranya kerja keras, kompetensi, kreatif, dan memiliki karakter tersendiri,  karakter ini tidak hanya berupa moral atau akhlak, takwa, jujur, rendah hati dan keimanan, tetapi ada pula karakter kinerja yang mengajarkan sikap agar senantiasa bekerja keras secara tangguh.

Ada salah satu tips untuk berpikir kritis dengan mendasar dan sistematis yakni berpikir didunia dan untuk dunia, penting bagi kita untuk menyadari keberadaan kita didunia saat berpikir, kita juga harus memiliki kepekaan. Karena kita termasuk bagian dari dunia ini, saat kita berpikir juga harus memperhitungkan realitas dunia ini, dunia ini nyata kita tidak dapat menyangkalnya, dunia dikatakan nyata karena dunia dianggap dapat dilihat dan dipengaruhi, seperti yang kita ketahui bahwa dunia ini diciptakan, dan ketika berpikir kita juga harus memperhitungkan realitas dunia.

Dengan berpikir di dunia kita menyadari bahwa pikiran kita akan dikonfrontasikan dengan realitas, atau diuji dihadapan realitas, yang akan menyebabkan beberapa dampak atau efek terhadap pemikir dan orang-orang yang mempercayai serta membimbing tindakan didunia, itulah yang menyebabkan berpikir juga menuntut suatu tanggung jawab. Untuk berpikir didunia dan tentang dunia ini, kita bisa belajar dari praktik para ilmuwan atau saintis sebagaimana yang telah direnungkan oleh para filsuf, khususnya filsuf sains, berpikir kritis juga bisa melalui sains dengan cara critical realism dalam sains dan filsafat, critical realism merupakan jalan tengah untuk mengatasi ekstrimisme-ekstrimisme dalam filsafat barat, yang dianggap menyesatkan.

Ada beberapa hal yang membuat sains atau ilmu itu ada diantaranya manusia dan kapasitas yang dimilikinya baik yang bersifat indrawi maupun non-indrawi, objek-objek realitas dunia, keterbatasan diri dan kebutuhan hidup manusia. Dalam sains ontologi (realitas itu sendiri) merupakan prioritas dengan cara dialog, diskusi, dan koreksi hasil temuan para ilmuwan, dalam rangka memperoleh gambaran yang jelas tentang suatu objek yang diteliti secara intradisiplin, interdisiplin, atau multidispilin.

Para ilmuwan tersebut mengacu pada suatu realitas yang bersifat intransitif dan berkomitmen pada ontologi. Para ilmuwan menyelidiki realitas di dunia melalui metode dan sarana yang relevan dengan objek realitas yang diselidiki, sebelumnya para ilmuwan di didik menggunakan akal budi agar mampu penalaran dengan baik, diantaranya retroduktif, abduktif, bukan hanya deduktif, dan induktif. Oleh karena itu ilmu atau sains membantu kita dalam mengenali diri sendiri yang membantu dalam mengenali berbagai macam potensi, kapasitas, dan kekuatan yang dianugrahkan tuhan  kepada diri kita.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun