Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Penulis, Pewarta, Pemerhati Sosial

Penyuka Kopi Penikmat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seribu yang Bermakna: Kisah Warga Tasikmalaya Bangun Solidaritas Tanpa Anggaran Negara

8 Oktober 2025   13:37 Diperbarui: 8 Oktober 2025   13:41 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pengurus Kampung Selaawi Tuguraja Cihideung Kota Tasikmalaya memperlihatkan pembukuan "Gerbu" saldo hampir seratus jutaan 7/10/2025 Foto: Kompas

Pemerintah sebaiknya berperan sebagai fasilitator, bukan pengatur. Misalnya, menyediakan pelatihan pengelolaan dana, membuat sistem pelaporan yang transparan, dan mendampingi kampung-kampung yang ingin meniru model Selaawi. Dengan begitu, kebijakan bukan hanya berjalan secara formal, tapi juga diterima dengan hati.

Nilai yang Mengalir di Balik Uang Seribu Rupiah

Kalau dilihat sekilas, seribu rupiah mungkin terasa kecil, bahkan bisa hilang begitu saja di saku. Namun, di tangan warga Selaawi, uang sekecil itu berubah menjadi simbol kekuatan sosial. Mereka bisa membantu warga sakit, memperbaiki rumah yang rusak, hingga menyekolahkan anak yatim.

Dari sisi sosial, inilah wujud nyata dari social capital atau modal sosial yang selama ini sering jadi jargon pembangunan. Warga Selaawi telah menunjukkan bahwa solidaritas tidak harus menunggu bantuan dari pusat. Masyarakat bisa menjadi agen perubahan, asalkan mereka diberi ruang untuk berinisiatif dan dipercaya untuk mengelola.

Inilah yang bisa menjadi masukan berharga bagi pemerintah provinsi. Gerakan sosial yang tumbuh dari bawah akan jauh lebih bertahan lama dibandingkan kebijakan yang datang dari atas. Masyarakat butuh merasa memiliki, bukan hanya menjalankan perintah.

Harapan untuk Jawa Barat

Jika program Poe Ibu benar-benar ingin diadopsi secara luas, kuncinya bukan pada nominal iurannya, tapi pada pendekatan manusianya. Pemerintah harus memastikan bahwa setiap daerah punya kebebasan mengatur sesuai kemampuan dan konteks lokal. Di wilayah dengan ekonomi lemah, misalnya, iuran bisa bersifat sukarela atau disesuaikan jumlahnya.

Selain itu, penting ada mekanisme transparansi yang sederhana tapi bisa dipercaya. Misalnya, laporan dana yang ditempel setiap bulan di papan pengumuman RT, atau grup WhatsApp yang menampilkan pemasukan dan pengeluaran. Dengan begitu, masyarakat tahu uang mereka tidak hilang sia-sia.

Yang tak kalah penting, pemerintah harus menjaga agar gerakan ini tidak menimbulkan rasa terpaksa. Jangan sampai niat baik berubah jadi beban sosial. Karena sejatinya, gotong royong hanya bisa tumbuh jika dilakukan dengan hati yang ringan.

Sebuah Gerakan Sosial yang Menginspirasi

Kisah Kampung Selaawi bisa menjadi contoh inspiratif bagi daerah lain di Indonesia. Bahwa perubahan tidak harus dimulai dari kebijakan besar, melainkan dari hal kecil yang dikerjakan bersama-sama. Selaawi telah membuktikan bahwa satu koin seribu rupiah bisa menjadi jembatan solidaritas, jika dikelola dengan jujur dan ikhlas.

Pemerintah daerah sebaiknya tidak melihat gerakan seperti ini hanya dari sisi ekonomi, tapi juga dari nilai sosial yang terkandung di dalamnya. Di era ketika masyarakat semakin sibuk dengan urusan pribadi, gerakan seperti Gerbu menjadi pengingat bahwa kita masih bisa saling peduli.

Kekuatan Gotong Royong untuk Kemandirian

Kampung Selaawi telah menorehkan cerita indah tentang kekuatan gotong royong di masa kini. Dari uang seribu rupiah per hari, mereka membangun kepercayaan, solidaritas, dan kemandirian. Sementara pemerintah Jawa Barat tengah berusaha menumbuhkan semangat yang sama melalui Poe Ibu, semoga pendekatannya bisa belajar dari kearifan lokal yang sudah terbukti berhasil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun