Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Penulis, Pewarta, Pemerhati Sosial

Penyuka Kopi Penikmat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Inferior Complex pada Gen Z, Mengapa Banyak Anak Muda Merasa Minder?

4 Oktober 2025   14:35 Diperbarui: 7 Oktober 2025   15:36 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artis Verrel Bramasta yang menjadi Anggota DPR Komisi X saat rapat bersama Mentri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir 29/9/2025 (foto: detik. com) 

Dalam sebuah rapat bersama Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir, anggota DPR sekaligus publik figur Verrell Bramasta, Senin 29/9/2025 (detik), menyampaikan peringatan yang cukup menarik. 

Ia menekankan bahwa pemerintah tidak boleh hanya fokus pada urusan fisik dan fasilitas olahraga, tetapi juga harus memperhatikan masalah mental pemuda yang terjadi dewasa ini, salah satunya inferior complex atau perasaan rendah diri  

Pernyataan itu sederhana, tapi punya makna dalam. Karena faktanya, banyak anak muda Indonesia, terutama Gen Z, yang di balik senyum dan keceriaan di media sosial ternyata menyimpan rasa minder, takut gagal, bahkan merasa tidak cukup baik.

Artis Verrel Bramasta yang menjadi Anggota DPR Komisi X saat rapat bersama Mentri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir 29/9/2025 (foto: detik. com) 
Artis Verrel Bramasta yang menjadi Anggota DPR Komisi X saat rapat bersama Mentri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir 29/9/2025 (foto: detik. com) 

Apa Itu Inferior Complex?

Inferior complex bisa dibilang sebagai perasaan rendah diri yang berlebihan. Bukan sekadar malu atau tidak percaya diri sesaat, tetapi rasa minder yang menetap dan membuat seseorang sulit berkembang.

Di era sekarang, inferior complex semakin sering muncul pada Gen Z. Mereka lahir di tengah dunia digital yang penuh dengan perbandingan. Di satu sisi, mereka punya akses luas untuk belajar dan berkarya. Tapi di sisi lain, mereka juga terus-menerus dihadapkan pada standar kesuksesan yang terlihat di layar ponsel.

Mengapa Gen Z Rentan Minder?

Ada beberapa alasan kenapa generasi ini sering terjebak dalam rasa rendah diri.

1. Tekanan Media Sosial
 Hampir setiap hari kita melihat pencapaian orang lain di Instagram, TikTok, atau YouTube. Teman sebaya sudah jalan-jalan ke luar negeri, buka bisnis, atau viral dengan karya mereka. Sementara yang lain merasa hidupnya begitu-begitu saja.

2. Krisis Identitas
Gen Z punya banyak pilihan dalam hidup, tapi justru sering bingung menentukan arah. Mau jadi apa? Mau kerja di mana? Pertanyaan itu bikin banyak anak muda merasa kalah start dibanding yang lain.

3. Pola Asuh dan Pendidikan
Sebagian orang tua masih terjebak pada pola asuh yang menuntut anak selalu berprestasi tanpa memberi ruang apresiasi. Akibatnya, anak merasa nilainya lebih penting daripada dirinya sendiri.

4. Budaya Prestasi dan Persaingan
 Narasi "sukses di usia muda" membuat banyak Gen Z merasa tertinggal. Padahal setiap orang punya waktunya masing-masing.

Dampak yang Tidak Boleh Dianggap Remeh

Inferior complex bukan hanya soal perasaan minder. Jika dibiarkan, ini bisa membuat anak muda kehilangan kepercayaan diri, takut mencoba hal baru, bahkan enggan bersaing secara sehat. Lebih jauh lagi, hal ini bisa memengaruhi kesehatan mental, prestasi, dan hubungan sosial.

Bayangkan, ada banyak talenta hebat yang akhirnya tidak berkembang hanya karena merasa dirinya "tidak pantas" atau "tidak sebaik orang lain".

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Kabar baiknya, rasa rendah diri ini bisa dikelola. Ada beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan:

1. Belajar menerima diri sendiri. 

Tidak ada manusia yang sempurna. Kekurangan bukan alasan untuk berhenti melangkah.

2. Kurangi membandingkan diri. 

Ingat, media sosial hanya menampilkan sisi terbaik hidup orang lain, bukan realita sepenuhnya.

3. Rayakan pencapaian kecil. 

Setiap langkah maju adalah keberhasilan, sekecil apa pun.

4. Bangun komunikasi sehat di keluarga. 

Orang tua sebaiknya memberi dukungan, bukan hanya tuntutan.

5. Lingkungan juga berperan. 

Sekolah, kampus, dan pemerintah perlu memberi ruang bagi anak muda untuk tumbuh, bukan hanya dalam hal akademik, tapi juga mental dan karakter.

Perlu dukungan semua pihak

Wanti-wanti Verrell Bramasta di depan Erick Thohir seharusnya jadi pengingat penting bagi kita semua. Inferior complex bukan sekadar urusan pribadi, tetapi sudah menjadi tantangan generasi.

Gen Z adalah generasi yang kreatif, cepat beradaptasi, dan penuh ide. Jangan sampai potensi besar itu terhalang hanya karena rasa minder yang tumbuh diam-diam. Dengan dukungan keluarga, lingkungan, dan kebijakan yang tepat, rasa rendah diri bisa diubah menjadi dorongan untuk berkembang.

Pada akhirnya, setiap anak muda perlu percaya bahwa mereka berharga apa adanya. Karena bangsa ini tidak butuh generasi yang minder, tapi generasi yang berani melangkah dan percaya pada dirinya sendiri

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun