Menjelang Hari Raya Idul Adha, umat Muslim di seluruh dunia berlomba-lomba menunaikan ibadah kurban. Namun, di balik semangat spiritual ini, muncul satu kenyataan yang selalu berulang: membeli hewan kurban itu ternyata banyak tantangannya
Ibadah ini bukan hanya soal niat dan dana, tetapi juga mencakup pemahaman syariat, pertimbangan keuangan, serta kesadaran terhadap aspek sosial dan lingkungan.Â
tulisan ini mengulas  berbagai aspek yang membuat pembelian hewan kurban menjadi kompleks sekaligus bermakna.
1. Dimensi Ibadah: Bukan Sekadar Membeli Hewan
Kurban adalah bentuk ketaatan kepada Allah yang memiliki dasar kuat dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Allah berfirman:
"Fa shalli li rabbika wanhar" "Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah." (QS. Al-Kautsar: 2)
Kurban juga menjadi ibadah yang sangat dicintai Allah pada hari-hari Tasyriq. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Tidak ada suatu amalan yang dilakukan anak Adam pada hari Nahr yang lebih dicintai Allah selain menyembelih hewan kurban." (HR. Tirmidzi no. 1493)
Namun tidak semua hewan layak dijadikan kurban. Rasulullah SAW menegaskan:
"Empat macam hewan yang tidak sah dijadikan kurban: hewan yang buta sebelah matanya yang jelas kebutaannya, hewan yang sakit yang jelas sakitnya, hewan yang pincang yang jelas pincangnya, dan hewan yang sangat kurus yang tidak memiliki sumsum tulang." (HR. Abu Dawud dan An-Nasa'i)
Oleh karena itu, umat Muslim harus memahami kriteria hewan kurban secara syar'i agar ibadahnya sah dan diterima.