Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Penulis, Pewarta, Pemerhati Sosial

Penyuka Kopi Penikmat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Krisis Figur Ayah di Indonesia: Ancaman Nyata bagi Masa Depan Anak Bangsa

7 Mei 2025   07:33 Diperbarui: 7 Mei 2025   07:33 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena hilangnya figur ayah di dalam keluarga Indonesia kian mencemaskan. Data dari Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) yang dikutip Detik Health (2025) menyebutkan bahwa sekitar 80 persen anak di Indonesia tumbuh tanpa peran ayah yang aktif dalam kehidupan mereka. Ini bukan hanya soal kehadiran fisik, tapi juga emosional dan keterlibatan dalam pengasuhan.

Dalam budaya patriarkal seperti Indonesia, sosok ayah sering diasosiasikan sebagai pencari nafkah, sementara tugas pengasuhan dibebankan kepada ibu. Namun, riset terkini menunjukkan bahwa ketidakhadiran figur ayah berdampak serius terhadap perkembangan psikologis, akademik, dan sosial anak.

Apa Sebenarnya Figur Ayah Itu?

Figur ayah bukan sekadar keberadaan fisik seorang laki-laki dewasa dalam rumah tangga. Menurut psikolog anak Ratih Ibrahim, ayah yang hadir secara emosional dan terlibat aktif dalam pengasuhan berkontribusi besar pada rasa aman, percaya diri, dan ketahanan mental anak. Ayah yang peduli, bermain bersama, mendengarkan, dan menjadi role model positif menciptakan iklim keluarga yang sehat.

Dampak Hilangnya Figur Ayah

Penelitian dari American Psychological Association (APA) menegaskan bahwa anak-anak yang tumbuh tanpa figur ayah cenderung memiliki risiko lebih tinggi terhadap:

  • Masalah kesehatan mental: seperti depresi, kecemasan, dan perilaku agresif.
  • Rendahnya prestasi akademik: anak-anak tanpa ayah aktif lebih sering mengalami drop-out dan kesulitan belajar.
  • Perilaku menyimpang: meningkatnya potensi terlibat dalam kriminalitas, kenakalan remaja, dan penyalahgunaan zat.
  • Masalah dalam membangun hubungan: anak cenderung kesulitan mempercayai orang lain dan membentuk relasi sehat.

Di Indonesia, fenomena ini diperparah oleh tingginya angka perceraian, pekerja migran laki-laki, hingga ayah yang sibuk bekerja tanpa menyisihkan waktu untuk keluarga. Bahkan, di keluarga utuh pun, banyak ayah yang memilih mengambil jarak dari dinamika pengasuhan, menyerahkannya sepenuhnya kepada ibu.

Mengapa Harus Diperhatikan Serius?

Negara ini tak bisa hanya berfokus pada pembangunan ekonomi dan infrastruktur tanpa menyentuh inti dari pembangunan manusia: keluarga. Anak-anak yang kehilangan figur ayah akan membawa luka dan ketimpangan emosional hingga dewasa. Dalam jangka panjang, ini akan memengaruhi kualitas sumber daya manusia Indonesia secara menyeluruh.

Kehadiran figur ayah sangat penting dalam membentuk kepribadian anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki membutuhkan panutan dalam membentuk identitas maskulin yang sehat, sementara anak perempuan membutuhkan perlindungan dan validasi dari ayah untuk membangun harga diri dan relasi yang sehat di masa depan.

Solusi dan Langkah Nyata

Edukasi Peran Ayah 

Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu mendorong kampanye pengasuhan ayah (fatherhood awareness). Program seperti Kelas Ayah atau Ayah Hebat yang sudah dijalankan beberapa NGO perlu diperluas cakupannya.

Cuti Ayah yang Realistis

Kebijakan cuti ayah di Indonesia masih sangat terbatas. Negara-negara Skandinavia menunjukkan bahwa cuti ayah yang layak meningkatkan keterlibatan ayah dalam pengasuhan sejak dini.

Penguatan Layanan Konseling Keluarga

Banyak ayah tidak tahu bagaimana menjadi pendamping emosional bagi anak karena dibesarkan dalam budaya yang menekankan jarak emosional. Layanan konseling keluarga bisa menjadi jembatan pembelajaran.

Media dan Narasi Positif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun