Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Penulis, Pewarta, dan Aktivis Sosial

Penyuka Kopi Penikmat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Waspadai Silent Pandemic: Bahaya Konsumsi Antibiotik Tanpa Resep dan Solusinya

3 Mei 2025   14:00 Diperbarui: 3 Mei 2025   18:11 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi obat antibiotik (Foto: Pexels/Carolina Gabowska)

Antibiotik, Obat Sakti yang Bisa Menjadi Bumerang

Antibiotik sering dianggap sebagai "obat sakti" yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Namun, kenyataannya, penggunaan antibiotik yang sembarangan justru bisa menjadi bumerang mematikan. Data BPOM terbaru menyebutkan bahwa hampir 80% masyarakat Indonesia mengonsumsi antibiotik tanpa resep dokter. Kebiasaan ini bisa memicu apa yang disebut sebagai "silent pandemic" atau pandemi senyap: resistensi antimikroba.

Apa itu resistensi antimikroba? Mengapa ini berbahaya? Dan apa yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya? Artikel ini akan mengupas tuntas isu tersebut serta memberikan panduan praktis bagi masyarakat.

Apa Itu Silent Pandemic dan Mengapa Kita Harus Waspada?

Silent pandemic adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penyebaran resistensi antimikroba (AMR) secara diam-diam. Ini terjadi ketika bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik sehingga pengobatan menjadi tidak efektif.

Menurut WHO dan laporan dari BPOM, jika situasi ini terus dibiarkan, diperkirakan pada tahun 2050 akan ada 10 juta kematian per tahun akibat infeksi yang tidak dapat diobati. Bahkan, Bank Dunia memprediksi kerugian ekonomi global bisa mencapai 100 triliun dolar AS. 

Ironisnya, banyak dari kita yang belum sadar bahwa kebiasaan sederhana---seperti minum antibiotik tanpa resep---adalah salah satu penyebab utamanya.

Apa Penyebab Utama Resistensi Antibiotik?

  • Konsumsi tanpa resep dokter. 

Banyak orang membeli antibiotik secara bebas di apotek atau toko obat tanpa diagnosis medis yang tepat.

  • Penggunaan antibiotik untuk infeksi virus. 

Antibiotik hanya bekerja untuk infeksi bakteri, bukan virus seperti flu atau batuk pilek.

  • Tidak menghabiskan dosis. 

Menghentikan konsumsi antibiotik sebelum waktunya dapat membuat bakteri yang tersisa jadi lebih kuat dan kebal.

  • Overprescribing di fasilitas kesehatan. 

Beberapa dokter dan klinik juga masih meresepkan antibiotik secara berlebihan tanpa indikasi yang jelas.

Apa Kata Para Pakar?

Dr. Ni Luh Putu Indi Dharmayanti, ahli mikrobiologi klinik dari Universitas Udayana, menyebutkan bahwa edukasi publik menjadi kunci utama. "Program seperti Desa Bijak Antibiotik (SAJAKA) perlu diperluas agar masyarakat paham bahwa antibiotik bukan obat semua penyakit," ujarnya dalam seminar nasional 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun