Mohon tunggu...
Nahdya Istiqomah
Nahdya Istiqomah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Political Science Student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nasionalisme di Era Digital

8 November 2022   13:02 Diperbarui: 8 November 2022   13:10 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jelas bahwa nasionalisme telah muncul sebagai topik hangat di Indonesia, terbukti dengan banyaknya peristiwa yang terjadi di tanah air yang terkait dengan unsur SARA. Nasionalisme yang muncul pada masa Orde Lama merupakan nasionalisme revolusioner yang belum terpecahkan. Nasionalisme inilah yang pada akhirnya bertanggung jawab atas kerusuhan yang terjadi dalam skala nasional dan regional di Indonesia. Nasionalisme xenofobik orde baru terkait dengan keselamatan negara dan bangsa dan memiliki orientasi yang lebih condong ke arah negara daripada orientasi bangsa.

Pada masa Reformasi, nasionalisme lebih menyukai hiburan yang memenuhi kebutuhan ekonomi, khususnya ekonomi kreatif. Akibatnya, nasionalisme di Indonesia mengalami masa adaptasi dan mengalami pergeseran makna dari waktu ke waktu. Ia telah berubah dari simbol oposisi menjadi simbol perkembangan kelas menengah yang kreatif.

Dalam artikelnya "Sarman (1995)", penulis mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap betapa sempitnya kerangka utama nasionalisme. Menurutnya, nasionalisme seringkali dipandang sebagai bentuk cinta yang tidak bersyarat terhadap tanah air. Ia juga meyakini bahwa nasionalisme hanyalah simbol patriotisme heroik sebagai bentuk perjuangan yang seolah menghalalkan segala cara demi negara yang dijunjung. Hal ini mengakibatkan pemaknaan nasionalisme menjadi tidak relevan dan tidak memiliki masalah terkait dengan masa kini, yang tidak lagi terkait dengan masalah dan merebut kemerdekaan dari kontrol penjajah. Menurut Hara (2000), nasionalisme mencakup konteks yang lebih luas, yang dapat didefinisikan sebagai kesamaan keanggotaan dan kewarganegaraan yang dimiliki oleh semua kelompok etnis dan budaya yang berbeda yang ada dalam suatu bangsa.

Dalam konteks nasionalisme, rasa bangga terhadap identitas diri sebagai bangsa juga diperlukan untuk menampilkan identitas tersebut. Kebanggaan bukanlah sesuatu yang diturunkan begitu saja dari satu generasi ke generasi berikutnya; melainkan, itu adalah sesuatu yang harus diperoleh melalui pengalaman dan pendidikan.

Dalam catatan sejarah kemerdekaan Indonesia, nasionalisme dikenal sebagai sebuah kata yang mampu membangkitkan perjuangan melawan perjuangan yang dilakukan oleh penjajah selama ratusan tahun. Perjuangan melawan perjuangan ini dilakukan oleh kaum penjajah. Rasa senasib dan senasib yang dirasakan berhasil mengatasi perbedaan suku, budaya, dan agama yang ada di tengah-tengah bangsa Indonesia. Alhasil, sejarah lahirnya bangsa Indonesia pun lahir.

Menurut Crano (dalam De Dreu & De Vries, 2001), Salah satu fungsi nasionalisme adalah berperan dalam pembentukan identitas sosial seseorang, khususnya rasa memiliki terhadap kelompok tertentu. Keanggotaan kelompok pada akhirnya akan menimbulkan konsekuensi bahwa setiap individu anggota kelompok akan bertanggung jawab menanggungnya. Salah satu akibat dari hal ini adalah anggota kelompok akan secara aktif bekerja untuk menjaga kesucian kelompok dari bahaya yang berasal dari dunia luar.

Filosofi bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa lain, antara lain kondisi geografis, kekayaan alam Indonesia, jumlah penduduk Indonesia, ideologi, agama, politik negara, ekonomi, serta pertahanan keamanan. yang terdiri dari sejumlah besar kelompok etnis yang berbeda dan yang, tergantung pada lokasi mereka, memiliki pengalaman hidup yang sangat bervariasi.

Namun, hingga saat ini, masyarakat Indonesia masih merupakan elemen dari tempatnya di dunia dan peran mereka di dalamnya. Karena norma dan tradisi masyarakat kita, serta budayanya, telah dipengaruhi oleh budaya bangsa lain sepanjang sejarahnya. Adat istiadat, tata krama, dan kebiasaan merupakan contoh pola perilaku yang muncul sebagai akibat dari kegiatan masyarakat dan dapat dijadikan sebagai indikator jati diri bangsa. Aspek-aspek suatu bangsa dan masyarakatnya yang digunakan untuk mengidentifikasikannya ke dunia luar, seperti bendera, lagu kebangsaan, dan bahasanya. 

Gelombang globalisasi yang berkembang pesat berpotensi berdampak pada rasa identitas nasional bangsa maupun tradisi dan nilai budayanya. Komunitas budaya tidak lagi memperhatikan budayanya sendiri, apalagi memiliki keinginan atau dorongan untuk tidak memperhatikan budayanya sendiri. Mereka sering meniru dan memasukkan aspek budaya asing sambil mengabaikan tradisi mereka sendiri. Budaya yang dianggap kuno dikontraskan dengan budaya negara lain yang dianggap lebih kontemporer. Cara berpikir dan pemahaman inilah yang berkontribusi terhadap kemerosotan nilai-nilai budaya bangsa serta kemungkinan mengidentifikasi bangsa yang sebenarnya. Hal ini dianggap penting bagi kelangsungan eksistensi bangsa untuk menemukan solusi dari masalah ini sehingga dapat terus melestarikan identitas nasionalnya. Salah satu alasan terpenting untuk menjunjung tinggi nilai-nilai budaya sendiri adalah bahwa nilai-nilai budaya suatu bangsa berfungsi sebagai identitas bangsa itu di mata masyarakat internasional.

Kita masyarakat Indonesia perlu mencari cara untuk menjaga nilai nasionalisme di tengah perkembangan digital ini dengan beradaptasi dengan perubahan yang telah terjadi. Ini adalah satu-satunya cara bagi kita untuk memastikan bahwa nilai nasionalisme tidak sepenuhnya hilang seiring dengan perkembangan kemajuan teknologi. Karena sikap ini, Indonesia akan lebih maju di era digital jika pemerintah memberikan perhatian khusus pada sikap nasionalis ini. Akan tetapi, untuk menanamkan sikap nasionalisme di zaman sekarang ini akan membutuhkan banyak upaya, sehingga pemerintah harus siap untuk melakukan upaya yang diperlukan.

Karena jumlah orang yang menggunakan internet di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, jarak fisik yang dulu ada di antara orang-orang telah dihilangkan. Akibatnya, semakin banyak orang menjadi sadar akan radikal yang dapat menginspirasi perasaan nasionalisme melalui penggunaan media sosial. Dalam pemanfaatan ruang digital ini, ada tiga unsur yang dapat mengerdilkan sikap nasionalisme. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut: pertama, ruang untuk memfasilitasi penyebaran konten yang dapat menghambat rasa cinta tanah air; kedua, ruang digital dapat memudahkan konten radikal untuk masuk dan menemukan target utamanya; dan ketiga, ruang digital dapat menjadi alat untuk proses tersebut. percepatan kecepatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun