Mohon tunggu...
Nagita Histimuna Aisyah
Nagita Histimuna Aisyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Pembelajar yang ingin terus belajar :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Self-Healing dengan Social Media Detox

3 Januari 2023   19:35 Diperbarui: 3 Januari 2023   19:34 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era disrupsi dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat ini rasa-rasanya sangat sulit bila tidak memiliki media sosial atau tidak aktif di dalamnya. Apalagi tuntutan untuk bisa bersaing secara global yang lebih mudah dijangkau dengan dunia maya dalam seluruh aspek kehidupan saat ini, sangatlah besar.

Dilihat dari hal tersebut, media sosial juga membawa dampak positif bila di dalamnya digunakan secara bijak seperti sebagai sarana penyampai informasi, mengelola akun organisasi, media pengembangan potensi diri, hiburan, bisnis online, dan sebagainya. Meski di sisi lain media sosial juga membawa dampak buruk pada kesehatan mental, terlebih bagi remaja.

Banyaknya potret palsu kehidupan, mudah tersebarnya hoaks, ujaran kebencian dan lain sebagainya acapkali membuat pengguna hanya melihat segala sesuatu dari sisi maya yang secara tidak langsung membuat diri mereka kerap mengalami rasa cemas, insecure, overthinking, muncul kejenuhan, gelisah, dan stres secara tiba-tiba.

Bahkan parahnya, media sosial bisa menjadi penyumbang besar penyebab seseorang tidak merasa cukup dan terus membandingkan diri mereka dengan orang lain. Alhasil munculah emosi negatif pada diri yang menyebabkan seseorang bisa membenci dirinya sendiri karena merasa tidak lebih baik, merasa tidak lebih cantik/tampan, merasa tidak lebih kaya, merasa tidak lebih bahagia dibanding orang lain, dan sebagainya.

Padahal bila kita sadari, apa yang terlihat di media sosial tidak mesti terjadi apa adanya di dunia nyata. Mereka hanya menampilkan sisi lain dari dirinya untuk menunjukkan eksistensi dan merasa diakui keberadaannya. Bisa saja mereka tidak lebih baik dari kita. Mungkin saja mereka hanya menyembunyikan banyak kekurangan, rasa kesepian, rasa tidak dihargai, rasa ingin diperhatikan dan sebagainya.

Atau bisa saja mereka hanya ingin membagikan momen kebahagiaan dan pencapaian/keberhasilan mereka agar kita terdorong untuk memiliki semangat yang sama. Hanya saja bukannya kita termotivasi atau ikut bahagia dengan apa yang mereka tampilkan, justru sisi benci, iri, dan lainnya menjadikan hal tersebut sebagai pembanding diri.

Dari sini akhirnya kita bisa tau siapa yang sebenarnya bertangung jawab atas apa yang dilihat dan dinilai. Ya, siapa lagi kalau bukan diri kita sendiri.

Kita tidak bisa mencegah atau membatasi postingan orang lain yang menampilkan berbagai macam hal dan bentuk ekspresi diri, karena mereka punya hak di dalamnya. Begitupula sebaliknya.

Apapun yang kemudian terjadi dan mempengaruhi pikiran kita adalah dari bagaimana kita memandang sesuatu hal. Maka dari itu hanya kita yang tau bagaimana cara membatasi diri, hanya kita yang paham informasi mana yang perlu difilterisasi untuk kemudian bisa kita ambil, dan hanya kita yang mampu mengendalikan diri sendiri.

Lalu bagaimana jadinya bila kita sudah terlalu larut dan terkena dampak negatif dari adanya media sosial seperti di atas?

Maka cobalah untuk self-healing dengan memberi jarak antara diri kita dan media sosial untuk mengeluarkan seluruh racun yang telah mempengaruhi pikiran serta perasaan. Berhentilah untuk menelan mentah-mentah apa yang tersaji di dalamnya, berhenti untuk mengkritik diri, dan mulai nilailah diri secara objektif.

Teruslah untuk fokus pada diri sendiri dengan mengganti waktu/momen yang secara tidak sadar telah direnggut media sosial dari kita. Manfaatkanlah dengan berbagai macam hal yang membawa dampak positif dan tentunya tidak mendistraksi diri untuk secara nyata menjadi lebih baik.

Ada beberapa tips yang bisa kita lakukan untuk self-healing dengan social media detox, di antaranya:

  • Cobalah berhenti sejenak dari aktifitas media sosial. Mungkin bisa dengan menyembunyikan aplikasi tersebut, log out, atau bahkan meng-uninstall. Karena selain kita bisa menahan diri, hal ini juga bisa dilakukan sebagai awal untuk fokus pada diri sendiri.
  • Pahami potensi diri dan apresiasi pencapaian kecil kita seperti membeli ice cream ketika kita sudah berhasil lepas dari media sosial selama sehari, atau ketika sudah mampu menghafal beberapa kunci gitar, dan sebagainya.
  • Sadari bila setiap orang punya jalan/garis hidup serta kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jangan lagi membandingkan diri hanya karena melihat kelebihan yang ada pada orang lain terutama bila itu dari media sosial.
  • Lakukan aktifitas yang positif seperti membaca buku, lari pagi/sore, bersepeda, memasak, berkebun, dan bersih-bersih rumah.
  • Bangun atau perkuat relasi dengan siapapun. Mungkin bisa dengan membangun kembali komunikasi yang hangat dengan mengajak adik, orang tua, pasangan, sahabat, maupun teman kerja untuk berbincang secara langsung sembari menikmati teh atau kopi di akhir pekan.
  • Perdalam hobi. Melakukan suatu hal yang kita suka tentu akan sangat menghibur diri. Selain itu kita juga bisa lebih paham atau bahkan menjadikan hobi yang kita miliki untuk menambah penghasilan. Misal, orang yang memiliki hobi bekebun tentu akan semakin tau apa yang harus dilakukan agar tanamannya lebih sehat, subur dan bisa dijadikan bisnis bila ia fokus memperdalam hobinya itu.
  • Bila ada hal/kegiatan yang mengharuskan menggunakan media sosial, maka gunakan seperlunya dan tahan diri agar tidak berlama-lama.

Semoga tulisan di atas berguna bagi kita semua agar bisa lebih bijak dan memahami dampak media sosial terutama terhadap kesehatan mental. Harapan penulis, semoga setelah ini tidak ada lagi yang merasa insecure serta overthinking hanya karena melihat apa yang orang lain sajikan di media sosial ya.

Salam hangat, Nagita Aisyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun