Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

"Aku Benci Bayiku!"

8 Desember 2019   21:12 Diperbarui: 9 Desember 2019   21:11 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: parenting.firstcry.com

Kehadiran buah hati tentu menyenangkan hati. Suara tertawa bayi menjadi obat penawar lelah setelah bekerja. Namun ternyata tidak semua kondisi ibu sama, ada sebagian yang mengalami perubahan suasana perasaan cukup besar. Mereka tidak bahagia dengan bayinya. Merasa terbeban. Bahkan tidak jarang ibu baru ini enggan berdekatan dengan bayinya. Apa yang sedang mereka alami?

Baby Blues

Baby Blues atau disebut juga Postpartum Distress Syndrome adalah kondisi terganggunya mood (suasana hati) yang terjadi setelah melahirkan. Dialami oleh sekitar 50% - 80% wanita yang melahirkan, khususnya kelahiran anak pertama. Tidak menutup kemungkinan setelah kelahiran anak ke berapapun, ibu bisa saja mengalaminya. 

Pada umumnya dialami ibu dalam waktu 3 - 4 hari setelah melahirkan hingga 14 hari kemudian. Apabila lebih dari 3 minggu, kemungkinan ibu mengalami depresi pasca melahirkan (postpartum depression), terutama bila ibu mulai merasa benci dengan bayinya.

Penyebab Baby Blues 
Penyebab seorang ibu mengalami Baby Blues dapat bermacam-macam faktor, antara lain :

  1. Perubahan hormonal.
  2. Pernah mengalami baby blues sebelumnya, tetapi tidak ditangani secara tepat dan tuntas.
  3. Tipikal kepribadian ibu yang perfeksionis, mudah cemas, tertutup, dan sebagainya.
  4. Usia ibu yang masih muda
  5. Perubahan pola kehidupan yang sangat berbeda dari sebelumnya.

Gejala Baby Blues 
Bagaimana ibu mengetahui dirinya mengalami baby blues? Bagaimana suami atau keluarga lainnya mengetahui ibu mengalami baby blues? Berikut ini beberapa gejalanya:

  1. Mudah sedih dan menangis tanpa sebab yang jelas.
  2. Sensitif (gampang tersinggung), terutama bila ada komentar tentang caranya merawat bayi.
  3. Cemas tanpa penyebab jelas.
  4. Merasa takut sendirian bersama bayinya saja.
  5. Tidak percaya diri (hampir dalam segala hal)
  6. Merasa kehabisan tenaga.
  7. Tidak tertarik merawat bayi. Meskipun ASInya keluar dengan baik, ibu tidak berminat untuk memberikan pada bayinya.
  8. Merasa gagal (hampir dalam semua aspek kehidupan)
  9. Merasa tidak berharga. Perasaan ini muncul bila ibu mendapat cemoohan atau celaan dari anggota keluarga lainnya.
  10. Merasa tidak nyaman di mana pun berada.
  11. Bingung tanpa sebab.

Penting! Gejala-gejala di atas maksimal hanya dialami 14 hari setelah melahirkan, bila gejala berlanjut setelah 3 minggu terutama bila ibu sudah mulai merasa benci atau terbeban dengan bayinya serta muncul keinginan menyakiti bayi, maka ibu harus segera mendapatkan pertolongan dari Psikiater/Psikolog Klinis.

Dampak Baby Blues
Bukan hanya ibu yang mengalami, tapi juga orang-orang di sekitarnya yaitu bayi, suami, anak-anak yang lain, anggota keluarga lainnya dan juga relasi dengan teman-teman/kantor. Bayi yang seharusnya mendapatkan perawatan maksimal dan ASI menjadi terlantar karena ibu tidak mampu merawatnya. 

Relasi dengan suami juga bermasalah. Tidak jarang konflik pernikahan terjadi karena dipicu baby blues ini. Bila konflik sebelumnya sudah ada, misalnya dengan mertua, maka kondisi psikologis ibu akan makin terganggu. Mertua yang seringkali komentar tanpa memperhatikan keadaan menantu, membandingkan dengan dirinya dulu, menuntut tetap harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan sebagainya adalah contoh perlakuan yang dapat memicu keparahan Baby Blues ini.

Kinerja di kantor memburuk karena ibu menjadi sensitif dan mudah tersinggung. Ia juga mudah lupa dengan apa yang dikerjakan di kantor. Seringkali orang-orang di sekitar ibu tidak memahami apa yang dialami sehingga mereka memberikan nasihat yang menambah penderitaan si ibu.

Cara Mengatasi Baby Blues

1. Sebelum melahirkan:

  • Menambah wawasan tentang proses kelahiran
  • Meminta bantuan/dukungan dari keluarga
  • Menyelesaikan persoalan yang ada, baik dengan suami, orangtua/mertua, dan keluarga lainnya yang mengganggu pikiran dan perasaan ibu hamil.
  • Memiliki selera humor
  • Merasa positif dan pikiran positif
  • Bergabung dengan komunitas ibu-ibu hamil dan mengikuti kegiatan untuk bumil.

2. Setelah melahirkan:

  • Mempersiapkan mental dan bayangkan Anda seorang pejuang kehidupan.
  • Minta bantuan suami atau anggota keluarga lain untuk merawat badan dan bayi. Kalau perlu menyewa tenaga (ART) untuk membantu pekerjaan rumah tangga dan mencuci popok bayi.
  • Hilangkan rasa kuatir tentang penampilan, perbanyak asupan makan dan minum yang bergizi
  • Relaksasi dengan pijat/spa atau tidur selagi ada kesempatan.
  • Cari bantuan profesional bila tidak mampu mengatasi sendiri.

Latihan Mindfulness untuk Ibu Setelah Melahirkan
Berlatih mindfulness secara rutin sangat baik untuk ibu setelah melahirkan. Latihan ini sederhana dan dapat dilakukan di rumah. Mindfulness adalah latihan untuk mengendalikan pikiran supaya fokus pada saat ini dan tidak mengevaluasi atas berbagai peristiwa yang pernah dialami. Dengan demikian, orang yang berlatih mindfulness akan terbebas dari emosi negatif, perasaan tidak berharga, ketakutan, kekuatiran, dan sebagainya.

Waktu yang dibutuhkan untuk berlatih mindfulness hanya sekitar 20 menit per hari. Bila dilakukan secara rutin selama 10 hari, Anda akan merasakan ketenangan dan kejernihan berpikir. Perasaan menjadi lebih stabil. Sehingga relasi Anda dengan bayi akan menjadi lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun