Mohon tunggu...
Aslıhan Gül
Aslıhan Gül Mohon Tunggu... Freelancer - Content creator

Traveler, explorer, and content writer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Filosofi Berbuat Baik tanpa Menjadi People Pleaser

2 November 2022   21:18 Diperbarui: 2 November 2022   21:49 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkadang suatu solusi memang menyelesaikan, tapi celah-celah sempitnya dapat mempersilahkan racun lain masuk. Ada sebuah perspektif menarik tentang konsep berbuat baik yang pernah saya baca dan diskusikan, berikut penjabarannya. 

1. Menolong/berbuat baik pada siapapun boleh-boleh saja. Asalkan bukan untuk keburukan semisal mencuri, menipu, dll. Seorang cendekiawan Palestina, an Nabhami di paruh awal abad 20 mengatakan bahwa perbuatan itu netral sampai ada niat dan konteks di dalamnya. 

Mengurung manusia itu netral, menjadi buruk jika mengurung anak tanpa sebab atau mengurung seorang asisten rumah tangga seperti yang terjadi di daerah Jawa Barat. Mengurung manusia bisa juga menjadi hal baik, apabila digunakan untuk menghukum seorang kriminal yang menjambret tas di jalan. Maka motif perbuatan lah yang menentukan perbuatan tersebut dapat dinilai baik/buruk.

2. Mengatakan tidak pun sah-sah saja, apabila hal itu diluar kemampuan atau ada prioritas diri yang harus ditunaikan dahulu. Jadi bukan semata-mata karena kita tidak suka/malas saja. Sebenarnya kebahagiaan dapat dicapai saat kemampuan yang kita miliki memberikan dampak pada sesuatu. 

Fumio Sasaki, motivator minimalis dari Jepang banyak membuktikan kebahagiaan sesungguhnya lahir dari interaksi sosial yang tulus, bukan pada benda-benda luar biasa yang dikumpulkan. Pada hal ini, ia mendobrak pemahaman materialisme bahwa kebendaan/kepemilikanlah yang dapat melahirkan kebahagiaan. Baginya, dengan mengurangi jumlah materi (barang) justru akan melahirkan ketenangan mendalam.

3. Sering memberikan pertolongan karena mampu, bukan karena people pleaser. Jika seseorang merasakan bahagia setelah memberikan bantuan, ia telah memahami tujuannya sebagai makhluk sosial. Bukankah sejak dahulu, nenek moyang kita memiliki budaya gotong royong? 


Berbuat baik adalah pekerjaan yang menghidupkan inti diri (rida). Apabila kebaikannya tidak mendapatkan timbal balik atau justru perlakuan buruk, itu tidak pernah merugikan kita. Ia hanya punya tujuan keridaan, bukan kebaikan manusia. Ada sebuah quote yang sangat menarik bagi saya:

"If you are helping someone and expecting something in return, you doing bussiness not kindness"

(Dokumen Pribadi)
(Dokumen Pribadi)

Itulah filosofi hidup tentang berbuat baik, dengan memahami ini, semoga kita dapat meminimalisir rasa kecewa atas berbagai sikap buruk manusia kepada kita. Kebahagiaan datang dari dalam diri atas perbuatan yang kita pilih, maka pastikan pilihan itu termasuk kebaikan.

Kebaikan itu sering kali tidak untuk diri sendiri, tetapi mesti dibagi. Lalu, perbuatan baik apa yang sudah kamu lakukan hari ini? ^^

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun