Mohon tunggu...
M.Choirun Nafik
M.Choirun Nafik Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiwa Tanpa Dosa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Aku bukanlah orang hebat, Tapi ku mau belajar dari orang-orang yang HEBAT. Aku adalah orang biasa, Tapi aku ingin menjadi orang yang LUAR BIASA., Dan aku bukanlah orang yang istimewa, Tapi aku ingin membuat seseorang menjadi ISTIMEWA.,.,

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Akal dan Wahyu

15 Oktober 2020   17:49 Diperbarui: 31 Mei 2021   08:52 1857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akal dan Wahyu (Sumber: instructables.com)

Pertemuan yang membangkitkan pemikiran Islam dan menjadikan akal Islam (Al- 'ql al-Islami) hidup di dalam naungan Al-qur'an sampai sekarang, serta memberikan pengaruh besar terhadap kebangkitan peradabanmodern. Sekarang, patutlah diketahui pengaruh akal dan wahyu terhadap pengetahuan- pengetahuan manusia atau kemajuan pemikiran umat Islam.Sedangkan menurut Ibn Taimiyah Akal adalah nikmat yang besar yang Allah titipkan dalam jasmani manusia. Nikmat yang bisa disebut hadiah ini menunjukkan akan kekuasaan Allah yang sangat menakjubkan.

Sebagai penganut aliran salaf, beliau hannya percaya pada syariat dan aqidah serta dalil-dalilnya yang ditunjukkan oleh nash-nash. Karena nash tersebut merupakan wahyu yang berasal dari Allah. Aliran ini tidak percaya pada metode logika rasional yang asing bagi Islam, karena metode semacam ini tidak terdapat pada masa sahabat maupun tabiin. baik dalam masalah Ushuludin, fiqh, Akhlak dan lain-lain, selalu ia kembalikan pada Al-Qur'an dan Al-Hadist yang mutawatir. Bila hal itu tidak dijumpai maka ia bersandar pada pendapat para sahabat, meskipun ia seringkali memberikan dalil-dalilnya berdasarkan perkataan Tabi'in dan atsar-atsar yang mereka riwayatkan. Ia selalu berusaha untuk menyelaraskan antara akal dan Al-Qur'an dan berusaha menghilangkan pertentangan yang terjadi diantara keduanya.

Bagi beliau tidak ada pertentangan antara cara memakai dalil naqli yang shahih dengan cara aqli yang sharih. Akal tidak berhak mengemukakan dalil sebelum didatangkan dalil naqli. Bila ada pertentangan antara aqal dan pendengaran maka harus didahulukan dalil qath'i, baik ia merupakan dalil qath'i maupun sam'i. Lebih rinci Ibnu Taimiyyah menjelaskan sesuatu yang diketahui dengan jelas oleh akal, sulit dibayangkan akan bertentangan dengan wahyu atau syariat. Bahkan dalil naqli yang shahih tidak akan bertentangan dengan akal yang lurus.

Jika diperhatikan pada kebanyakan hal yang diperselisihkan oleh manusia. Didapati sesuatu yang menyelisihi nash yang shahih dan jelas adalah syubhat yang rusak dan diketahui kebatilannya dengan akal. Bahkan diketahui dengan akal kebenaran kebalikan dari hal tersebut yang sesuai dengan syariat. Kita tahu bahwa para Rasul tidak memberikan kabar dengan sesuatu yang mustahil menurut akal tapi mengabarkan sesuatu yang membuat akal terkesima. Para Rasul itu tidak menghabarkan sesuatu yang diketahui oleh akal sebagai sesuatu yang tidak benar namun, terkadang akal tidak mampu untuk menjangkaunya.

Maka bagi Mu'tazilah yang menjadikan akal mereka sebagai hakim terhadap nash- nash wahyu, demikian pula bagi mereka yang berjalan di atas jalan mereka serta meniti jejak mereka agar mengetahui bahwa tidak terdapat satu hadistpun di muka bumi yang bertentangan dengan akal kecuali hadist itu lemah atau palsu. Sesungguhnya pertentangan akal dengan syariat tidak akan terjadi apabila dalilnya shahih dan akalnya sehat. Namun terkadang muncul ketidak cocokan akal dengan dalil walaupun dalilnya shahih. Kalau terjadi hal demikian maka jangan salahkan dalil, namun curigailah akal.

MODERASI AKAL TERHADAP WAHYU

Moderasi akal terhadap wahyu merupakan upaya berkelanjutan akal manusia mendalami sebuah perintah Tuhan. Dalam konteks ini, sebuah perintah sangat sulit untuk dijelaskan oleh akal fikiran manusia karena keterbatasan pengetahuan. Contoh yang paling dekat dengan pengelompokan ini adalah isyarat akal terhadap atmosfir bumi sebagaimana dalam QS. Al-An'm (06): 125, yang artinya: 

Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.

Atmosfir bumi di angkasa luar memerlukan waktu yang panjang untuk dimengerti sebagaimana tercantum dalam ayat ini. Akal pada masa awal Islam sangat sulit untuk memberi interpretasi maupun pengertian terhadap ayat ini mengingat perkembangan ilmu antariksa saat itu masih sangat sederhana.

Sebaliknya masa moderen saat ini, kajian mendalam terhadap ilmu antariksa telah menemukan bahwa permukaan udara ketika mencapai ketinggian tertentu pada lapisan udara luar bumi akan semakin berkurang, bahkan semakin habis. Memaknai kata dada sesak pada ayat di atas menjadi sangat ilmiyah dan masuk akal ketika ilmu antariksa telah mencapai pengetahuan terhadap lapisan udara permukaan. Moderasi akal atas wahyu memiliki kemiripan dengan pemikiran Fazlur Rahman tentang gerak ganda (double movement).

Baca juga: Memuliakan Tamu, Terlebih Saat Berbuka Puasa: Kisah Zaid Bin Tsabit Sang Penulis Wahyu dan Surat-Surat Nabi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun