Mohon tunggu...
M. Nafian Wildana
M. Nafian Wildana Mohon Tunggu...

Seorang penggiat IT, mahasiswa Teknik Informatika UIN Malang, bercita-cita sebagai praktisi IT dan mempunyai studio sendiri untuk semua bidang IT. Bermimpi mengelilingi gunung-gunung di seluruh Indonesia, semoga itu tercapai suatu hari nanti, karena Allah akan selalu memeluk mimpi-mimpi itu, saya yakin. :)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Perjalanan Hati Menuju Puncak Mahameru

24 Agustus 2013   00:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:54 1598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahameru yang disebut sebagai puncak tertinggi di pulau jawa menjadi daya tarik tersendiri bagi kami, apalagi tidak dipungkiri lagi oleh kami setelah menonton film "5cm"  keinginan kami untuk menaklukan puncak mahameru semakin besar, kami adalah sekelompok mahasiswa Teknik dari Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang berjumlah 10 orang, yaitu saya sendiri, Asroni (TI), Danial (TI), Alvian (TI), Khafid (TI), Laily (TI), Lukman (TA), Makhrus (TA), Aji (TA), Iis (TA). Kami merencanakan perjalanan untuk melakukan pengibaran bendera pada tanggal 17 Agustus kemarin di puncak Mahameru, dan kami sadar perjalanan ini akan melalui banyak tantangan dan hambatan tentunya, dan nyatanya terbukti benar. Ini adalah kisah catatan perjalanan kami selama 4 hari dalam acara pendakian ke puncak Mahameru.

Sebenarnya ide untuk melakukan "summit attack" ke mahameru adalah ide saya sebelum acara lebaran di sebuah jejaring sosial, lalu teman saya menawarkan ke saya untuk ikut melakukan pendakian bersama teman-teman Teknik Arsitektur yang memang sudah mempunyai rencana pendakian juga ke Mahameru. Setelah melalui banyak perundingan, terkumpulah sekitar 8 orang sesudah acara TM (Technical Meeting) untuk pendakian, yang diketuai oleh teman kami mahasiswa T. Arsitektur bernama Lukman, 5 orang dari Jurusan T. Informatika dan 3 orang dari T. Arsitektur saat itu, dan rencana pemberangkatan yang disepakati adalah 15 Agustus sore untuk menuju rumah teman kami di Poncokusumo menggunakan Jeep dari kenalan Lukman.

Kamis, 15 Agustus 2013.

Saat mengumpulkan peralatan pribadi yang semuanya sudah siap, masalah mulai muncul disini, perlengkapan kelompok yang rencananya kami sewa ternyata stocknya sedang habis, saya dan Alvian yang secara tidak langsung bertugas mengumpulkan peralatan, kalang kabut mencari tempat persewaan dari sore hari, namun akhirnya ada titik terang tempat persewaan di daerah Mergan, sedangkan saat itu lokasi kami berada di wilayah Landungsari, saat itu sudah jam 9 dan rata-rata toko kebanyakan akan tutup, setelah kami menghubungi tempat tersebut dan berunding, akhirnya kami dipersilahkan menuju kelokasi persewaaan dengan waktu 10 menit saja, karena toko akan tutup, bisa dibayangkan dari daerah Landungsari ke Mergan hanya 10 menit, sudah dipastikan tidak ada kata pelan dalam memacu motor matic kami, apalagi Malang agak macet malam itu. Tapi akhirnya setelah perjuangan 10 menit itu, kami dapatkan juga alat yang kami cari dengan susah payah setelah mengelilingi kota Malang dari sore. Dan akhirnyapun rencana keberangkatan kami undur esok paginya pada jam 8.00 Pagi.

Jumat, 16 Agustus 2013.

Pada pagi harinyapun kami lagi-lagi mendapat masalah, kali ini masalahnya adalah tenda yang rencananya akan disediakan oleh teman Lukman yang juga akan ikut dalam pendakian ternyata tidak bisa dipinjam karena yang bersangkutan mengalami musibah dan tidak bisa ikut, masalah yang lain adalah Jeep yang rencananya akan kami gunakan sudah disewa orang lain, alhasil rencana pemberangkatan sudah dipastikan akan molor lagi. Jam 8 saya berinisiatif kembali ke persewaan peralatan yang hari sebelumnya kami datangi bersama lukman, untungnya tenda yang akan disewa masih ada. Setelah itu juga kami mendapat kabar bahwa ada 3 orang teman kami, 2 orang dari TA (Aji dan Iis) dan 1 orang dari TI (Laily) yang secara dadakan memberi tahu ingin ikut juga dan kami dimintai tolong menyewakan tas carrier untuk 1 teman kami. Pada akhirnya, kami menunda perjalanan kembali dan berangkat setelah sholat Jum'at di dekat kontrakan saya. Setelah sholat usai, kami menunggu 3 teman kami tadi untuk bersiap-siap, lalu kami berangkat ke daerah Tumpang pada jam 13.00 siang. Sesampainya di daerah Tumpang kami mencari persewaan Jeep untuk menuju Ranupane di daerah administrasi Lumajang. Biaya sewa Jeep kami adalah Rp. 35.000 / orang, dan biaya parkir motor yang kami bawa adalah Rp. 5.000 /hari, namun masalahnya adalah kami keberatan di biaya parkir, jadi Lukman memberi kami saran untuk membawa motor saja ke Ranupane, jujur saja kami semua merasa keberatan karena medan yang berat untuk ditempuh dengan motor, untungnya si Supir Jeep bapak Arifin menawarkan parkir gratis di rumahnya selama kami mendaki, dan kami menyetujui tawaran tersebut.

[caption id="attachment_274082" align="alignnone" width="300" caption="Istirahat Dekat Pintu Masuk TNBTS"][/caption] Kelompok kami sampai Ranupane pada jam 5.30 saat itu, dan kami harus menerima kekecewaan dikarenakan pos Ranupane ternyata sudah ditutup dan akan dibuka kembali pada jam 8.00 besok pagi, jadi kami terpaksa mengurungkan niat mengikuti acara pengibaran di atas puncak Mahameru tanggal 17 Agustus, dan lagipula kami juga mendenganr kabar bahwa upacara hanya dibatasi sampai kalimati saja, pendakian ke puncak dilarang dikarenakan jumlah pendaki saat itu sudah mencapai 2500 orang lebih. Kami memutuskan untuk bermalam di emperan warung di Ranupane karena sudah terlalu lelah untuk mendirikan tenda malam hari, ini dimaksudkan juga untuk mencari informasi pada para pendaki lain. Pada jam 3.00 pagi harinya kami dibangunkan oleh Lukman karena dia mendengar kabar kalau ada kelompok lain yang akan melakukakn pendakian pada jam 3 pagi dini hari, namun itu perjalanan tanpa melewati pos perizinan. Kami menyetujui dengan alasan jika menunggu pos dibuka, pastinya akan tidak tepat waktu, dikarenakan banyak pendaki turun pada tanggal 17 sesudah upacara dan pos pendakian akan dimundurkan perizinan sekitar siang hari agar jalur pendakian tidak padat dan para pendaki tidak bertabrakan antara yang akan turun dan naik ke atas. Maka pada jam 3.30 pagi kamipun bersama 1 kelompok lain memutuskan untuk berangkat mendaki.

Sabtu, 17 Agustus 2013 - Berangkat Ke Ranukumbolo.

Setelah memutuskan melakukan perjalanan yang saat itu masih dalam kondisi gelap, kami ternyata harus menerima satu kesialan dengan tersesat sebanyak dua kali dalam perjalanan pendakian, pertama kami tidak melihat persimpangan pendakian dan menuju jalur tidak resmi, yaitu jalur ayak-ayak, lalu setelah berbalik arah kelompok kami juga tersesat di menuju kawasan Lumajang, inilah mungkin resiko melakukan pendakian bagi para pemula pada malam hari yang masih minim pengetahuan akan medan disana, jadi sangat tidak disarankan melakukan pendakian pada malam hari bagi pemula pada malam hari. Untungnya jam 6.00 paginya kami mendapat tumpangan Truck dari warga yang berpapasan dengan kami dan mengantar kami ke jalur yang benar dengan membayat biaya Rp. 150.000 karena kita sudah salah arah terlalu jauh. Setelah kembali ke jalur pendakian sebenarnya, kami melanjutkan perjalanan sampai ke pos di Ranukumbolo pada jam 12.00 siang dan mengambil lokasi camp di sebalah utara di seberang lokasi camp pada umumnya dikarenakan lokasi semestinya sudah penuh pendaki lain. Perjalanan sampai Ranukumbolo yang melelahkan karena sempat tersesat ini terbayar lunas begitu melihat indahnya titisan surga di danau Ranukumbolo, meskipun mengurungkan niat kami untuk melakukan pendakian "Summit Attack" 17 Agustus, namun masih ada hari esok yang menurut pendaki lain sudah diperbolehkan menuju puncak pada tanggal itu.

1377266998870475112
1377266998870475112
Danau Ranukumbolo

Minggu, 18 Agustus 2013 - Summit Attack

1377274149681333516
1377274149681333516
Jalur menuju oro-oro ombo

Pada pagi harinya setelah sarapan roti dan mie untuk logistik kami, kami sudah merencanakan rencana pendakian ke puncak Mahameru, namun dari kami semua hanya 8 orang yang bersedia ikut naik ke puncak, karena 2 orang lagi yaitu Dani dan Asroni memiliki alasan masing-masing, Dani tidak bisa ikut ke atas karena sepatunya sudah rusak saat pendakian ke Ranukumbolo hari sebelumnya, dan memang dari kami semua tidak menggunakan peralatan standar untuk pendakian, dan Asroni sudah merasa kelelahan dan mempertimbangkan untuk menjaga tenda saja di Ranukumbolo. Jadi kami memutuskan pergi berdelapan saja dan melakukan rencana "Summit Attack" dari Ranukumbolo ke Kalimati pada rencana awal, dan berangkat dengan hanya 1 tas carrier yang membawa 4 botol air mineral 1 liter dan 2 buah roti ukuran sedang dan 10 mie untuk logistik. Kami berangkat dari Ranukumbolo pukul 8.00 pagi, perjalanan mulai berat saat menaiki tanjakan cinta, jujur saya pribadi sudah merasakan kelelahan, padahal belum seperempat perjalanan, setelah itu kaki akan dimanjakan di daerah Oro-oro ombo karena jalur yang paling datar di wilayah pendakian Semeru, jalan mulai berat kembali saat memasuki pos Cemoro kandang, dari sini kita akan mendaki di kemiringan antara 15-30 derajat sampai ke pos Kalimati.

Setelah perjuangan yang melelahkan dan menghabiskan 2 botol air yang kami bawa, akhirnya kami mencapai Kalimati pada jam 10.30 siang. Lalu Lukman mengubah rencana perjalanan dengan memberi semangat untuk ke wilayah Arcopodo karena tinggal sedikit lagi, lalu kamipun menyetujui dan terus beranjak naik ke atas sampai wilayah Arcopodo, sampai disini stamina dan semangat benar-benar diuji, tenaga saya yang sudah rasanya sudah terkuras di wilayah Cemoro kandang-Jambangan harus dikuras lagi ke Arcopodo, ditambah lagi perut sudah serasa kosong dan kami juga harus irit air karena persediaan saat itu tinggal 1.5 botol. Disini menurut orang banyak adalah perjalanan hati, karena semangaatlah yang diperjuangkan disini. Untuk diketahui, kemiringan untuk ke wilayah Arcopodo adalah kisaran 30-45 derajat. Saya pribadi tertinggal teman-teman saya dibelakang karena kelelahan yang hebat dan rasa haus waktu itu, setelah berjuang sampai tengah-tengah perjalanan saya bertanya kepada seorang pendaki yang akan turun berapa lama lagi sampai ke Arcopodo dan dia menjawab kisaran 1 jam setengah, mendengar itu semua saya merasa tidak kuat lagi untuk melanjutkan perjalanan ke atas, dan saya dengan sedikit memaksa mencoba keatas dan menemui Lukman, Aji, dan Iis yang saat itu istirahat, sedangkan yang lainnya sudah melanjutkan perjalanan. Aji dan Iis ternyata juga merasakan hal yang sama, mereka juga kelelahan dan ingin turun ke Kalimati untuk menunggu yang lainnya. Setelah saya pertimbangkan jika saya memaksa keatas dan menghabiskan tenaga dan hanya bermodal semangat saja, kemungkinan terburuk yang muncul akan banyak, bisa saja saya kelelahan dan pingsan, dan pasti merepotkan teman-teman saya, jadi saya putuskan juga untuk menggapai Puncak Mahameru tahun depan dan tidak mengedepankan ego dulu, karena jujur saja perjalanan ini saya sangat kurang persiapan fisik, dan wajar saja jika kemampuan saya hanya sampai sini, apalagi perjalanan kami start melalui Ranukumbolo, yang harusnya aturan biasanya adalah dari Ranukumbolo menuju Kalimati, dan beristirahat disana, pada jam 10.00 malam baru melanjutkan untuk "Summit Attack" ke Puncak Mahameru melalui jalur Arcopodo. Lalu dengan berat hati saya putuskan untuk "kalah" sementara dan turun bersama Aji dan Iis menunggu teman-teman yang melanjutkan perjalanan. Saat itu kami beristirahat di Kalimati dan menunggu, setelah sekitar setengah jam menunggu sambil tertidur di bawah pohon, kami memutuskan untuk kembali saja ke camp di Ranukumbolo tanpa membawa Logistik sedikitpun dan cadangan air sedikitpun, bisa dibilang ini perjalanan nekat, ini kami ambil dikarenakan teman-teman kami pasti juga akan kehabisan air diatas, dikarenakan sisa air saat Lukman beritahu waktu kami berpisah adalah 1 botol dan tinggal mie saja di carrier. Lalu dengan susah payah dari kami bertiga untuk turun tanpa logistik dan air sampai-sampai harus memakan buah Ranti untuk mengurangi rasa haus, kami akhirnya bisa sampai di daerah oro-oro ombo dan bertemu kakak angkatan yang juga berasal dari UIN, kami baru berani meminta air di sini karena sudah dekat dengan Ranukumbolo. Dengan susah payah dan semangat akan mwlihat air, kami menaiki bukit menuju tanjakan cinta, dan setelah menuruni tanjakan cinta kami bergegas meminjam botol ke pendaki lain dan meminum air sepuasnya setelah kehausan yang hebat selama perjalanan. Kesusah payahan kami untuk kembali ke tenda belum berakhir karena Aji lebih merekomendasikan lewat jalur timur yang tidak resmi untuk ke tenda, yang harusnya lewat barat, ternyata pilihannya salah karena jalur ini masih banyak semak belukar dan medannya berat, sayapun harus jatuh 2 kali disini karena melewati banyak rintangan, serasa dikuras habis seluruh tenaga kami saat itu. Jam 5.15 kami akhirnya mencapai tenda dan langsung memasak mie dan kami juga disuguhi minuman hangat dan rebusan kacang hijau saat itu, semuanya serasa makanan surga yang lezat rasanya mengingat  rasa laparnya saat itu. Setengah jam kemudian ke lima orang kami akhirnya kembali dan juga menceritakan kejadian yang sama karena mereka juga kehabisan air saat menuju puncak, hanya 4 orang yang melanjutkan sampai puncak Mahameru, yaitu Alvian, Makhrus, Lukman, dan Khafid, sedangkan Laily juga sudah kelelahan di wilayah Batas Vegetasi di Arcopodo. Namun 4 orang ini juga harus kecewa sampai setengah pasir menuju puncak, karena mereka juga kelelahan dan kehausan, sedangkan air juga sudah habis. Maka inilah yang disebut perjalanan muncak yang "nanggung" dari kami semua, karena belum berhasil melewati mimpi-mimpi kita. Namun ini semua pelajaran bagi kami semua untuk lebih mempertimbangkan semuanya secara matang dan tidak mementingkan ego dan bermodal semangat saja kesana. Akhirnya kami memutuskan untuk tinggal semalam lagi di Ranukumbolo dan pulang keesokan harinya karena sudah merasa tidak kuat lagi jika harus bermalam lagi disana, selain logistik yang menipis, dinginnya di lokasi sudah bisa mengkristalkan celana saya dengan kristal es waktu itu.

Senin, 19 Agustus 2013 - Perjuangan untuk Pulang.

13772760081578873354
13772760081578873354
Ranukumbolo Berkabut di Pagi hari
13772783671404918572
13772783671404918572
Persiapan Pulang

Setelah pagi menjelang, kami sempatkan hunting foto terlebih dahulu, kami mengincar menawannya Ranukumbolo di pagi hari, setelah itu bergegas menyiapkan sarapan pagi setelah berjuang semalaman menahan dinginnya lokasi di Ranukumbolo. Setelah selesai sarapan kita bergegas menyiapkan diri dan membongkar tenda, selain itu ada yang kebagian tugas untuk mengumpulkan sampah-sampah disekitar kami, karena yang perlu diingat untuk seluruh pendaki yaitu "Gunung Bukan Tempat SAMPAH", jadi hantarkanlah sampah pada tempatnya. Tepat jam 1 kami bergegas pulang melewati jalur ayak-ayak, jalur ayak-ayak adalah jalur tidak resmi menuju Ranukumbolo, jalur ini jika dari Ranupane adalah jalur menanjak dan curam saat turun menuju Ranukumbolo, sangat tidak disarankan bagi pemula karena jalurnya yang berbahaya, namun kami mengambil jalur ini karena ditemani penduduk lokal sekaligus porter disana yang sudah biasa melewati jalur tersebut. Memang untuk jalur ini sangat menguras tenaga awalnya, dan sisi sebelah kiri maupun kanan kami adalah jurang, jika sampai salah langkah mungkin saya tidak akan bisa menceritakan kisah perjalanan kami ini, untuk menempuh hingga puncak yang dinamakan panggonan cilik adalah dengan waktu 2 jam, kami sampai di panggonan cilik jam 3.00 dan tepat saat adzan ashar.

13772758871742884109
13772758871742884109
Sampai di Puncak Panggonan Cilik

Beberapa saat setelah melepas lelah dengan terjalnya menuju puncak panggonan cilik, akhirnya kami menemukan jalur landai dan menurun sampai desa Ranupane. Sampai disini lega rasanya kaki melangkah, semua terasa cepat mengikuti jalur turun sambil bersapa dengan para pendaki lain yang akan mendaki namuin melawati jalur ayak-ayak. Alvian dan Makhrus seperti biasa sudah memimpin jauh di depan, sedangkan yang lain sudah merasakan kesakitan di kaki mereka dan hanya berjalan pelan di belakang, saya sendiri kadang santai dan berlari, sesuai ritme naik turunnya jalur. Akhirnya setelah 1 jam kami sampai di perkebunan di desa Ranupane atas. Sesudah itu masalah mulai muncul lagi, ternyata dari arah Ranupane atas menuju lokasi penjemputan Jeep di Ranupane bawah masih jauh, jadi kami harus bersabar dan berjalan jauh lagi, jam 5.00 kami semua sampai di lokasi Jeep dengan susah payah, ada yang diantar pick up, saya sendiri bersama 2 orang teman berjalan karena sudah mendahului di depan. Di lokasi kami mendapatkan masalah baru karena bapak Arifin sudah turun ke Tumpang mengantar pendaki lain yang turun, jika harus menunggu kami harus menunggu sampai keesokan harinya. Dalam kondisi seperti ini terpaksa kami memilih menaiki Jeep lain tanpa menunggu bapak Arifin karena kondisi yang tidak memungkinkan, dan untungnya ada 5 orang dari kelompok lain bersama kami menawarkan bersama, karena syarat Jeep berangkat adalah 15 orang. Setelah naik akhirnya kami pulang, setelah itu sesampainya di depan rumah pak Arifin di daerah Poncokusumo, kami mengambil semua sepeda motor kami dan menjelaskan kepada yang menjaga sambil memberi imbalan karena kami merasa tidak enak tidak menggunakan jasa Jeep pak Arifin. Akhirnyapun kami bisa sampai di Tumpang dan bisa melanjutkan perjalanan pulang ke Malang setelah makan terlebih dahulu di daerah Blimbing.

Itulah kisah perjalanan kami, 10 orang teman dan sahabat yang berasal dari 2 Jurusan berbeda di satu kampus kebanggan kami, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, untuk satu tujuan, yaitu perjalanan menuju puncak Mahameru, meskipun dengan sedikit pengalaman. Mungkin lain kali kami akan menaklukan puncak tertinggi Jawa ini, dan dengan persiapan yang matang juga, dan mimpi-mimpi yang lebih kuat juga. Yang Penting adalah jangan takut untuk bermimpi, dan tetap persiapkan semua dengan matang untuk mewujudkan mimpi itu.

Taruh mimpi-mimpimu 5 cm di depan keningmu

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun