Mohon tunggu...
nafan hadi
nafan hadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Masih belajar menulis,

Bagian dari arek Suroboyo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kupatan Banca'an Kembang Alang-alang, Cara Bersyukur Masyarakat Pinggiran Surabaya Setelah Sembuh dari Wabah

30 Agustus 2022   09:07 Diperbarui: 30 Agustus 2022   09:12 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lantaran berada jauh dipelosok kota, warga hanya bisa melalui wabah itu dengan obat-obatan seadanya hingga, wabah itu berhenti tepat menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Kebahagiaan mereka semakin bertambah hingga mereka melakukan puasa sunnah 5 hari dibulan syawal, tepat sehari setelah Hari Raya Idul Fitri. 

Dihari ketujuh Syawal ini lah mereka menyebutnya sebagai riyoyo kupat atau hari raya Ketupat

Sebagai masyarakat yang memegang teguh budaya santri mereka menyimbolkan akhir puasa sunnah Syawal yang mereka lakukan dengan sebutan hari raya kupat.

Kemudian Banca'an adalah sebuah budaya syukur dari masyarakat leluhur yang belum mengenal Islam dimana dalam banca'an tersebut merupakan representasi rasa kehambaan dengan memberikan sesaji dengan berharap keberkatan dari tuhan.

Sehingga perkawinan budaya Islam santri dan budaya Hindu terjadi didalam tradisi Kupatan,  Bancaan Kembang Alang-alang.

  • Penuh Filosofi Rasa Penyesalan dan Petuah serta Harapan

Hingga kini warga asli kampung Lontar masih terus menghidupkan tradisi tersebut dengan menggelarnya ditiap-tiap rumah dan juga di langgar-langgar diseluruh kampung.

Yang membuat tradisi Kupatan Bancaan Kembang Alang-alang ini menjadi sebuah hal yang menarik dan ditunggu-tunggu adalah tradisi ini hanya bisa dijalankan satu tahun sekali tepat tujuh hari setelah Hari Raya Idul Fitri.

Dimana lazimnya, Hari Raya Idul Fitri identik dengan adanya hidangan ketupat atau dalam bahasa warga kampung Lontar disebut Kupat.

Dalam perayaan tersebut setiap warga membawa ketupat dan Lepet yang merupakan wujud simbol penyesalan atas kesalahan dan kekhilafan warga  yang mereka namai Kupatan.

Warga kampung Lontar mengekspresikan Kupatan dengan membuat Kupat Lepet dengan berbagai ukuran ada yang besar maupun kecil dengan berbagai isi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun