Mohon tunggu...
Nafa Zahra Saphira
Nafa Zahra Saphira Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Penulis amatir yang sedang berusaha keluar dari zona nyaman. Gemar baca buku, terutama novel fiksi dan komik jejepangan. Sedikit banyak tahu tentang Kpop. Belakangan ini senang menulis daily jurnal. Memiliki keyakinan bahwa setiap karya pasti akan memilki pembacanya masing-masing.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pasifik

1 November 2023   19:32 Diperbarui: 1 November 2023   19:35 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Victor Vescovo fivedeeps.com/home/expedition/pacific/live/

Gemuruh awan mengagetkan Cea. Dingin mendominasi udara di sekeliling feri yang ia naiki. Awan hitam dari kejauhan Pasifik tampak berbondong-bondong mendekat. Tak lama, Nil dan Ami, kawan Cea, beserta seorang turis muncul ke permukaan air. Cea segera membantu mereka naik dan memberi handuk kering. Tiga orang itu terengah-engah dengan wajah pias.

Sesuai prosedur wreck diving, penyelam pemula dilarang memasuki dan menyentuh bangkai kapal. Namun, Sam, turis pria yang berbulan madu bersama istrinya di kepulauan Pasifik, bertindak bodoh. Ia mengaku sengaja memisahkan diri dan memasuki bangkai kapal, bahkan merabanya. Setelah itu, tiba-tiba arus kencang datang, lalu lumpur kapal berguguran membuat visibilitas terhalang. Malang, istri Sam kehilangan arah dan terpisah dari Ami yang mendampinginya.

"Masih satu," ucap Nil sambil melepas masker selam. "Ini darurat. Situasi di bawah tidak terkendali."

Mendengar hal itu, dua kru lain dalam feri sigap memakai peralatan selam lengkap dan satu oksigen tambahan. Sam duduk terkulai lemas mengetahui sang istri menghilang akibat ulahnya. Suasana tegang dengan cepat menyelimuti seisi feri.

Rintik hujan turun. Angin kencang menggoyang feri yang lengang. Sudah dua kali tim penyelamat naik turun, wanita itu masih tidak terlihat. Bantuan dari darat yang Ami panggil sedari tadi tak kunjung datang. Cea gelisah. Ia mengajukan diri untuk menyelam bersama Nil.

Air Pasifik berubah asing dan dingin di tubuh Cea. Ia merasa bangkai kapal itu terletak jauh lebih dalam dari perkiraannya, seolah saat ini mereka sedang menyelami laut dalam. Cahaya dari permukaan pun tidak cukup menerangi dasar samudera. Aneh. Ini perairan dangkal, hanya beberapa puluh meter dari permukaan, seharusnya tidak seperti ini.

Sesampainya di dasar, mereka berpencar. Cea menajamkan pandangan dan bernapas dengan tenang. Tiba-tiba ekor mata Cea menangkap sekelebat cahaya hijau melesat tak jauh darinya. Yakin itu bukan Nil, ia segera berenang memutar mencari cahaya tadi.

Masuk ke tengah kapal, di luar dugaan ia melihat turis wanita yang mereka cari. Mengambang di depannya dengan mata terbuka tanpa mengenakan peralatan selam, hanya kaus dan celana yang melekat di tubuhnya. Gelembung udara berdesakan keluar dari lubang hidung, mulut, dan telinga.

Tanpa berpikir panjang, Cea meraih wanita itu dan memberikan selang oksigen kepadanya. Namun, wanita itu justru menyeringai dan membuka mulutnya lebar-lebar. Cea melihat gigi-gigi wanita itu runcing berkilatan. Cea bergerak mundur. Bola mata wanita itu menyala hijau terang menatapnya lamat-lamat.

Akibat panik dan takut, Cea kehilangan kontrol. Ia harus menemukan Nil, ada yang tidak beres di sini. Sekuat tenaga Cea berenang keluar kapal. Lalu di sana, Cea menemukan Nil mengambang tak jauh darinya. Tetapi sebelum ia berhasil mendekat, cahaya hijau yang sama melesat ke arah Nil.

Cea mengarahkan senter, lalu melihat sesosok manusia sedang mengoyak pakaian dan peralatan selam Nil, yang tak sadarkan diri, dengan kuku dan giginya. Jantung Cea berdegup kencang. Mendadak tekanan udara di sekitarnya terasa lebih berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun