Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Stop Mengawetkan Pandemi Covid-19 di Sini

8 Juli 2020   07:18 Diperbarui: 8 Juli 2020   07:18 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo Credit: pexels.com/cottonbro

Salut pada yang tak pernah henti mengais rezeki selama pandemi!

Barusan saya VC (video call) lagi dengan beberapa teman di LN (luar negeri) baik yang di beberapa negara di Eropa juga yang di negera tetangga. 

Tiap hari mereka kerja seperti sedia kala, pergi kerja naik transportasi umum seperti LRT/MRT dengan lagi-lagi hanya pakai masker. Bahkan beberapa teman di negara tetangga yang kerja di tempat judi terhitung tidak libur kerja dari sejak ada pandemi meski di sana sempat lockdown karena tempat judi di sana memang keberadaannya selalu tersembunyi dengan sistem sama-sama ditahu dan dipahami. 

Mereka yang terus bekerja itu pastinya jauh di dalam hati mereka ya adalah rasa takut/khawatir, hanya saja pikiran positiflah yang mereka menangkan sehingga mereka seolah tak merasakan itu semua, menjadi tetap kuat, berani, dan tak kehilangan semangat.

Tanpa bermaksud meremehkan pandemi saya cuma sharing fakta bahwa beberapa teman di LN itu rajin live streaming kerja macam biasa bahkan dari sejak pandemi baru mulai, alhamdulillah masih sehat-bugar mereka hingga saat ini. Karena mereka bukan dari kalangan kaya dengan tabungan melimpah maka akhirnya prinsip mereka: lebih baik mati karena memperjuangkan hidup daripada mati karena meratapi hidup, ya karena mereka tidak bisa berpenghasilan tanpa bekerja (tidak memiliki tabungan uang seperti orang-orang kaya). 

Ndilalah kuasa Tuhan dengan segala keterbatasan dan resiko besar itu mereka masih baik-baik saja sehat-wal'afiat. Justru yang kena covid 19 teman saya yang di sini yang tak kerja/stay di rumah saja (tidak semua memanglah). Karena apa? Karena stress meruntuhkan daya tahan tubuhnya virus pun masuk, ya mudah-mudahan saja antibodinya bekerja atau tak ada penyakit bawaannya.

Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa virus ini hanya menyerang tubuh yang rentan karena jiwa-raga yang tidak sehat secara optimal. Yang imunitasnya drop atau yang memang punya penyakit bawaan. 

Yang sehat dan kuat meski bersama bersentuhan fisik dengan yang positif sakit pun tidak akan kena. Para medis yang kena itu bisa diperkirakan karena kelelahan dan stress yang memperburuk daya tahan tubuhnya. Jadi bisa disebut lebih baik kembali beraktivitas yang bisa menanggulangi kecemasan karena faktor ekonomi, akhirnya bisa happy, maka terhindar dari stress yang tinggi.

Sungguh saya sangat salut pada mereka yang berani keluar rumah dari sejak ada pandemi hingga kini semata-mata demi mengais rezeki (bukan pada yang tambeng yakni yang keluar rumah bukan untuk bekerja dan tidak mengindahkan protokol kesehatan) seperti para medis yang bertugas dengan resiko tinggi, daripada yang terus parno berlebihan dari pandemi belum masuk kesini hingga sekarang ini. 

Wajar angka korban terus bertambah karena waktu terus berjalan ke depan banyak orang berpenyakitan makin digerus waktu. Di negara-negara lain pun sama tetap saja ada kematian setiap harinya tapi tidak semua negara nge-share secara leluasa jumlah korbannya. 

Di kita kan intrik politik yang keendus tak bersudah. Sementara di negara lain tidak terlalu di-share justru demi agar bersatu untuk kepentingan bersama/semua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun