Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kabut Silsilah

8 Desember 2019   06:53 Diperbarui: 8 Desember 2019   10:32 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ( sumber: pexels.com/fotografer: Frenchy Twenty Five)

Usia ibu kini 46 tahun, semakin nrimo karena hanya bapak dan akulah yang dimilikinya di dunia. Bisanya hanya berurai airmata. Mengapa bukan ibu mulia ini yang mengadakanku ke dunia? Sekali lagi aku belum dapat memahami semua ini. Ibu dan bapak bagiku hanya mama dan papa yang selama ini mencintai dan kucintai. Perempuan itu aib semata. Sungguh sulit bisa kuterima bahwa di rahimnya dulu hidupku bermula.

Dan dia, lelakiku itu 25 tahun. Bagaimana mungkin bayiku dan bayi perempuan itu berbagi Ayah? Aku berpacaran dengan lelakiku bahkan bertunangan yang tak lain adalah brondong perempuan terkutuk itu. Lelaki muda ibu kandungku. Betapa menjijikkan hidup ini. Aku dan bayi perempuan itu harus berbagi ibu karena kami pernah sama-sama berada di rahim perempuan jalang itu. Sementara bayiku dan bayinya yang adalah adikku itu harus berbagi bapak karena darah lelaki 25 tahun itu sama-sama mengaliri. Inilah hidup yang terkutuk, itu!

                                   ***
Batu, 25 Februari 2015, Nadya Nadine.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun