Berdasarkan cara pengorganisasian Upacara Ngaben, Kebayantini (2013: 6-7) menjelaskan ada sejumlah varian yang disesuaikan dengan desa, kala, dan patra. Pertama, ngaben iri, yaitu upacara ngaben yang dilakukan secara mandiri oleh keluarga yang diaben. Kedua, ngaben ngerit(massal), yaitu pengorganisasian upacara ngaben secara kolektif. Maksudnya, ada sejumlah keluarga bergabung menjadi satu untuk merancang dan melaksanakan upacara ngaben secara bersama-sama. Ketiga, ngaben ngiring, yaitu seseorang ikut serta ngaben pada salah satu keluarga, biasanya keluarga dari wangsa brahmana atau wangsa ksatria yang sedang melangsungkan upacara ngaben bagi salah seorang anggota keluarganya yang meninggal dunia. Pelaksanaan upacara ngaben di Bali sering kali rumit dan timbul masalah, menurut Kebayantini (2013: 7) hal ini karena dibangun oleh budaya agama dengan tingkat rigiditas yang tinggi. Masyarakat Hindu-Bali terjebak oleh tradisi yang cenderung mengkonstruksi kemegahan prosesi ritual yang menghabiskan biaya tinggi, tetapi mengabaikan kemampuan individu yang menyelenggarakan upacara tersebut.Â
Kebudayaan yang sudah ada di Indonesia harus dilestarikan agar semakin berkembang dan semakin maju di kalangan internasional sehingga banyak orang luar yang mengetahui dan mengenal lebih dalam tentang kebudayaan Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI