Mohon tunggu...
Nadya Atsilah
Nadya Atsilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student of Vocational School IPB University

Deskripsi diri Anda lebih lanjut.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dilema Sekolah Daring di Masa Pandemi

12 Juli 2021   13:00 Diperbarui: 12 Juli 2021   18:16 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://online-learning.harvard.edu/sites/default/files/styles/header/public/course/BDSG_OLP_resized.png?itok=_hDZKRG2

Penyakit Covid-19 atau yang dikenal virus corona adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru-baru ini ditemukan. Kasus pertama virus ini terjadi di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019 lalu. Setelah itu, Covid-19 menular antar manusia dengan sangat cepat dan menyebar ke ratusan negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia, pemerintah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk semua provinsi demi menekan penyebaran virus corona ini.Pandemi Covid-19 ini sudah lebih dari sepuluh bulan melanda seluruh dunia yang sangat berdampak terhadap perubahan aktivitas belajar mengajar. Di Indonesia, aktivitas belajar-mengajar dilakukan secara daring (online learning) yang menjadi sebuah pilihan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Dilansir dari Kemdikbud.go.id, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Pendidikan daring sudah mulai dilaksanakan dari tingkat SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi. Tidak ada lagi aktivitas pembelajaran secara tatap muka sebagaimana dilakukan oleh guru ataupun dosen seperti biasanya.

Pada pembelajaran daring ini, bantuan berupa kuota belajar gratis juga diadakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang akan diberikan setiap bulannya. Apa saja yang bisa diakses dengan kuota belajar? Kuota belajar tersebut dapat digunakan untuk mengakses Google Classroom, Ruang Guru, Zenius, Zoom, Eduka System, Google Meet bahkan Whatsapp pun bisa diakses dengan kuota ini. Menurut Ana Shofiana Syatiri (2020), pemberian kuota belajar ini yang dapat hanya dari sekolah-sekolah di kota besar. Sementara jika melihat ke sekolah yang berada di daerah, masih jauh dari yang diharapkan.


Dengan diadakan pembelajaran secara daring ini, ternyata memiliki beberapa dampak untuk siswa, orang tua siswa dan guru.

Ketidaksiapan Guru dan Orang Tua Dengan Pembelajaran Daring
Sekolah sebagai tempat belajar-mengajar antara siswa dengan guru atau mahasiswa dengan dosen akhirnya tidak bisa dilakukan. Sebagai gantinya yaitu diadakan pembelajaran secara daring. Pembelajaran secara daring belum dipersiapkan secara matang tentu berdampak terhadap metode pembelajaran yang dilakukan oleh para tenaga kependidikan. Dengan demikian, penerimaan atas pembelajaran daring ini pun beragam, sering kali siswa tidak memahami materi ataupun tugas yang diberikan oleh guru.

Terlebih jika orang tua siswa yang sibuk bekerja dengan terpaksa harus mendampingi anak-anaknya pada saat pembelajaran daring dimulai. Siswa yang biasanya belajar di sekolah, berubah seketika untuk melakukan aktivitas pembelajaran di rumah. Untuk tingkat SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi mungkin tidak terlalu mengkhawatirkan. Namun, untuk tingkat SD sampai SMP, tidak sedikit orang tua siswa yang mengeluh akibat pembelajaran daring ini.

Orang tua siswa mengkhawatirkan dengan cara mengajar gurunya. Terkadang ada beberapa guru yang hanya sekedar memberikan tugas kepada muridnya tanpa menjelaskan materi terlebih dulu. Bahkan tidak sedikit guru yang memberikan tugas dengan deadline yang sama dengan pelajaran yang lainnya. Padahal, jika sekolah dilaksanakan secara tatap muka, tugas yang diberikan guru tidak sebanyak saat sekolah daring.

Keterbatasan Gawai dan Kuota Internet Selama Pembelajaran Daring.
Di beberapa daerah di Indonesia, pembelajaran secara daring masih terganggau karena beberapa faktor, seperti ketebatasan kuota internet, gawai yang kurang canggih, bahkan ada yang tidak memiliki gawai serta faktor ekonomi lainnya. Tidak semua siswa memiliki fasilitas yang menunjang kegiatan belajar secara daring. Koneksi internet yang lemah, gawai yang tidak mumpuni, dan kuota internet yang cukup mahal bagi beberapa siswa yang keterbatasan ekonomi.

Perkembangan Kesehatan Anak Menjadi Terganggu
Dampak dari pembelajaran daring ini siswa jadi lebih sering terpapar dengan layar gawai atau laptop setiap harinya. Akibatnya dapat merusak penglihatan. Menurut Alodokter, radiasi gelombang radio dari gawai memiliki dampak pada terbentuknya kelainan jaringan dan metabolisme sel-sel saraf di otak. Akan tetapi, dampak lebih lanjut radiasi gawai pada tumbuh kembang anak masih belum dapat disimpulkan dengan jelas.

Dampak lainnya yaitu gangguan tidur. Karena tugas yang diberikan oleh guru menumpuk dengan deadline yang sama, mau tidak mau siswa pun harus menyelesaikan tugas tersebut hingga larut malam. Akibatnya, jam tidur siswa menjadi berantakan. Efeknya siswa menjadi cepat lelah, kurang fokus dan mudah terserang penyakit karena kondisi badannya yang tidak baik.

Kegiatan belajar mengajar secara daring memang bukan hal yang mudah. Namun, belajar daring adalah satu-satunya cara yang paling memungkinkan di masa pandemi. Tentu bukan perkara mudah untuk menjalankan pembelajaran daring. Seperti yang telah diulas di awal, baik bagi para guru, siswa, maupun orang tua siswa pasti menghadapi tantangan-tantangan yang harus dilewati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun