17 Agustus 1945 adalah tonggak sejarah bagi bangsa Indonesia.Â
Sebuah deklarasi berani yang lahir dari darah, air mata, dan tekad bulat untuk menjadi bangsa yang bebas dan berdaulat.Â
Namun, setelah 80 tahun merdeka, kita perlu merenungkan kembali: Apa sebenarnya makna kemerdekaan bagi bangsa Indonesia?
# Lepas dari Penjajahan, Tapi Apakah Benar-Benar Merdeka?
Kemerdekaan secara formal berarti Indonesia tidak lagi dijajah oleh kekuatan asing.Â
Tapi hari ini, penjajahan telah berubah bentuk. Kita mungkin tidak lagi dikuasai oleh tentara kolonial, tapi:
Apakah kita benar-benar bebas dari penjajahan ekonomi oleh kapital asing?
Apakah pikiran kita merdeka dari budaya konsumtif dan hedonistik yang ditanamkan oleh globalisasi?
Apakah kita berdaulat dalam menentukan arah pembangunan, atau hanya mengikuti kepentingan elite dan oligarki?
# Hak Menentukan Nasib Sendiri: Sudahkah Rakyat Dilibatkan?
Salah satu makna utama kemerdekaan adalah kedaulatan rakyat. Tapi yang terjadi justru sebaliknya:
Demokrasi sering direduksi menjadi sekadar pesta lima tahunan.
Rakyat masih banyak yang tidak dipedulikan suaranya dalam kebijakan publik.
Korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan menjadikan rakyat penonton di negeri sendiri.
# Kemerdekaan = Tanggung Jawab, Bukan Sekadar Seremonial
Setiap 17 Agustus, kita kibarkan bendera, adakan lomba, dan upacara. Tapi:
Di luar seremoni, apa bentuk kontribusi nyata kita terhadap bangsa ini?
Apakah kita mendidik anak-anak dengan nilai kebangsaan?
Apakah kita ikut memberantas hoaks, kemalasan berpikir, dan budaya korup?
# Kemerdekaan dan Krisis Moral
Bangsa ini dihadapkan pada krisis moral yang parah:
Korupsi dianggap biasa.
Ketidakjujuran dianggap pintar.
Pendidikan tinggi tidak menjamin karakter luhur.
Jika moral bangsa telah runtuh, maka sesungguhnya kita hanya bangsa yang merdeka secara administratif, tapi terjajah secara mental dan moral.
# Kemerdekaan: Proses yang Terus Berjalan
Kemerdekaan bukan titik akhir, tapi proses panjang membangun bangsa berkarakter:
Membangun sistem pendidikan yang mencerdaskan dan membebaskan.
Membangun ekonomi yang adil dan berpihak pada rakyat kecil.
Menegakkan hukum tanpa pandang bulu.
Merawat keberagaman sebagai kekuatan, bukan ancaman.
# Merdeka Itu Berpikir dan Bertindak untuk Kebaikan Bersama
Bangsa ini tidak kekurangan orang pintar. Tapi terlalu banyak yang tidak peduli, terjebak dalam egoisme, dan malas berpikir kritis.Â
Tugas kita hari ini bukan hanya merayakan kemerdekaan, tapi mengisinya dengan tindakan nyata.
Karena kemerdekaan yang sejati adalah:
Ketika rakyat tidak lagi takut menyuarakan kebenaran, dan pemimpin tidak lagi berkhianat terhadap kepercayaan rakyatnya.***
Agustus 2025
Nadji P Shima
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI