Mohon tunggu...
Nadira Zahra F
Nadira Zahra F Mohon Tunggu... Lainnya - XI IPS 2 - 26

SMAN 28 JKT

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cedera Pertamaku

19 November 2020   10:43 Diperbarui: 20 November 2020   22:53 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : dokumen pribadi

Siang itu aku sedang melakukan pemanasan di salah satu GOR Bulutangkis di Kota Jakarta, sekitar setengah jam lagi aku akan bertanding. pertandingan ini amat penting karena apabila kalah, aku tidak akan lolos ke babak final. Sembari menunggu pertandingan dimulai, aku terus melakukan pemanasan dengan serius tentunya agar terhindar dari cedera saat bertanding nanti.

"Nadira, 15 menit lagi masuk ke hall, ya. saya mau briefing" Ucap pelatihku. Aku hanya mengangguk sambil terus melakukan pemanasan. Sejujurnya, perasaanku saat itu campur aduk, takut, cemas, gugup, dan lain lain. Ingin sekali rasanya teriak untuk melepaskan beban yang ada di dadaku saat itu.

Sebelumnya mari kuperkenalkan diriku terlebih dahulu, Namaku Nadira. Aku sudah berlatih bulutangkis sejak berumur 8 tahun. Aku berlatih bulutangkis di PB. Jaya Raya Jakarta. Aku memang sudah menyukai olahraga ini sedari kecil, awalnya memang hanya iseng namun setelah beberapa bulan masuk klub bulutangkis ini, aku menjadi semakin serius dan tekun berlatih.

Kembali ke cerita sebelumnya, tak terasa sudah 15 menit menuju pertandingan dimulai, aku segera memasuki hall dan menghampiri pelatihku yang terlihat sedang menungguku di ruang tunggu pemain. "Nad, nanti mainnya santai aja, ga usah dijadiin beban. lakuin yang terbaik sebisa mungkin. main maksimal, dan fokus terus. Lanjut atau ngga ke final itu urusan belakangan yang penting sekarang kamu main maksimal dulu " Pelatihku memberiku masukan serta briefing, aku hanya mengiyakan sembari terus berdoa agar diberikan kelancaran dan kemenangan dalam pertandingan nanti.

Beberapa saat kemudian, terdengar dari pengeras suara yang ada di lapangan, namaku dipanggil untuk segera memasuki lapangan pertandingan. Aku dengan segera menghampiri kedua orang tuaku, salam serta meminta doa mereka agar dilancarkan selama pertandingan, "Mah, Ayah, Dira tanding dulu. doain, ya." ucapku sambil memberi salam kepada mereka. Aku memasuki lapangan pertandingan dengan gugup namun tenang. 

Pertandingan berjalan dengan lancar, aku berhasil memenangkan babak pertama dan mengungguli pertandingan. 

"Kamu udah bisa nguasain kelemahan lawan kamu, incer aja terus dia disitu. bisa kok menang yuk semangat" ucap pelatihku memberikan briefing saat break babak pertama. Mendengar pelatihku berkata seperti itu tentunya menambah percaya diri dan semangatku, aku yakin bisa memenangkan pertandingan ini.

Babak kedua berlangsung, awalnya semua berjalan dengan lancar. Aku mengungguli beberapa poin dari lawanku pada awal awal babak kedua. Namun tiba tiba, saat aku ingin mengejar shuttlecock ke bagian belakang lapangan, aku tergelincir akibat lapangan yang licin. Kaki ku terasa amat sakit bahkan untuk berdiripun rasanya tidak bisa. Tim medis segera menghampiri, mereka memberikan beberapa pertolongan pertama kepada kakiku yang nampaknya tidak mengurangi rasa sakit yang ada. Wasit bertanya kepadaku dan pelatih apakah aku bisa melanjutkan pertandingan atau tidak. Namun, aku hanya bisa meringis menahan sakit dan tangisku. Akhirnya aku menyerah dan memutuskan untuk tidak melanjutkan pertandingan itu.

Aku tidak bisa menjelaskan betapa kacaunya perasaanku saat itu, aku hampir saja memenangkan pertandingan dan masuk ke babak final. Namun semuanya gagal karena aku mengalami cedera pada kaki ku. Aku merasa telah membuat orang tua, pelatih dan tentunya diriku sendiri kecewa. Namun dibalik itu semua, aku tetap bersyukur dengan diriku karena telah meraih juara 3 dengan usaha maksimal yang telah kukeluarkan, masalah hasil tentunya kita hanya bisa menyerahkan kepada tuhan yang maha kuasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun