Nilai Kemanusiaan dan Harapan di Tengah Keterbatasan
Meskipun hidup di tengah segala keterbatasan, Jati Wesi tetap menampilkan sifat altruisme yang kuat. Ia meracik parfum bukan sekadar untuk keuntungan pribadi, tetapi juga untuk membawa kebahagiaan bagi orang lain. Sikapnya ini mencerminkan solidaritas yang kuat di antara warga Bantar Gebang, yang kebersamaannya menjadi penopang utama dalam menghadapi kesulitan.
Novel Aroma Karsa karya Dee Lestari bukan sekadar fiksi, tetapi juga cerminan nyata dari kondisi sosial di Bantar Gebang. Isu perdagangan anak, eksploitasi pekerja, dan marginalisasi sosial yang digambarkan dalam novel tersebut masih relevan hingga saat ini. Melalui karakter Jati Wesi, pembaca diajak untuk melihat potensi dan ketangguhan warga Bantar Gebang yang terus berjuang di tengah segala keterbatasan.
Jati Wesi dalam Aroma Karsa adalah simbol kehidupan di Bantar Gebang, dengan segala kepahitan dan harapannya. Dari perdagangan anak, kerja paksa, hingga tragedi pemulung yang hilang atau meninggal, Jati mencerminkan realitas sosial yang keras. Namun, ia juga menjadi lambang ketangguhan dan empati di tengah keterbatasan. Melalui novel ini, Dee Lestari berhasil mengajak pembaca untuk tidak hanya melihat Bantar Gebang sebagai tempat pembuangan sampah, tetapi juga sebagai rumah bagi mereka yang penuh harapan dan keberanian.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI