Mohon tunggu...
Nadia Zidna R_22104080069
Nadia Zidna R_22104080069 Mohon Tunggu... Mahasiswa PGMI UIN Sunan Kalijaga

Mahasiswa Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengalaman Memukau Melihat Yogyakarta Royal Orchestra Pertama Kali

19 Juni 2025   02:00 Diperbarui: 19 Juni 2025   05:39 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto penampilan, Sumber : pribadi 

Yogyakarta – Rabu sore, 18 Juni 2025, menjadi momen yang tak akan saya lupakan. Untuk pertama kalinya saya menyaksikan sebuah open rehearsal konser orkestra secara langsung di lingkungan Keraton Yogyakarta. Bertempat di Kagungan Dalem Gedhong Sasana Hinggil Dwi Abad, Alun-Alun Kidul, acara ini bertajuk “Kidung Pertiwi”—konser dari Yogyakarta Royal Orchestra.
Meski hanya gladi resik, suasananya terasa megah dan penuh khidmat. Pengunjung mulai berdatangan sejak pukul 14.00 WIB. Panitia dengan ramah mengarahkan para penonton yang hadir tanpa tiket karena memang acara ini terbuka untuk umum dan gratis. Hanya saja, kapasitas gedung dibatasi maksimal 600 orang, membuat tempat duduk cepat terisi.

Saat musik mulai dimainkan pada pukul 15.00 WIB, saya benar-benar terkesima. Perpaduan alat musik modern dan tradisional menghasilkan harmoni yang menyentuh hati. Ada getaran emosional yang sulit dijelaskan ketika alunan nada dari Yogyakarta Royal Orchestra memenuhi ruangan bersejarah itu. Sebagai penonton awam yang belum pernah melihat pertunjukan orkestra, rasanya seperti disihir oleh keindahan suara dan atmosfernya. 

Kekaguman saya juga muncul karena konsep acara ini tidak kaku. Penonton bisa melihat bagaimana proses latihan para musisi, bagaimana mereka berkomunikasi, mematangkan irama, hingga mengevaluasi bagian-bagian yang kurang pas. Ini bukan sekadar menonton, tapi juga belajar menghargai kerja keras di balik sebuah pertunjukan megah.

Selain musik, saya juga terkesan dengan etika budaya yang dijaga. Semua pengunjung diminta berpakaian sopan dan tidak mengenakan motif batik Awisan Dalem. Ketentuan ini mengingatkan saya bahwa berada di lingkungan Keraton bukan hanya soal menonton acara, tapi juga menghormati adat dan tradisi yang dijunjung tinggi.

Alun-Alun Kidul yang biasanya ramai dengan wisatawan berubah menjadi ruang seni yang hidup sore itu. Bahkan, saya sempat melihat beberapa anak kecil ikut terpesona, duduk tenang menikmati alunan musik—sesuatu yang mungkin jarang mereka temui di luar acara seperti ini.

Menyaksikan open rehearsal “Kidung Pertiwi” bukan sekadar menonton latihan. Ini adalah pengalaman spiritual dan budaya, sekaligus pelajaran tentang cinta terhadap seni dan tanah air. Saya pulang dengan hati penuh kekaguman, dan satu harapan sederhana: semoga konser semacam ini terus dibuka untuk publik, agar semakin banyak orang bisa merasakan keindahan yang saya rasakan hari ini.

Tak hanya penonton dewasa, remaja hingga lansia tampak ikut serta dalam suasana tersebut. Beberapa orang terlihat menutup mata, seolah ingin benar-benar menyerap setiap nada yang mengalun. Ada juga yang mengabadikan momen dengan ponsel, namun tetap menjaga ketenangan agar tidak mengganggu. Nuansa ketenangan yang dipenuhi musik justru menciptakan koneksi batin yang kuat antara musisi dan hadirin. Di sisi lain, saya merasa beruntung bisa menyaksikan momen langka ini secara langsung—sebuah latihan yang terasa seperti pertunjukan sesungguhnya.

Yang juga membuat saya terkesan adalah pengaturan acara yang rapi namun tetap hangat. Tidak ada sekat antara penonton dan musisi. Semua terasa dekat dan manusiawi. Seorang pemain biola bahkan sempat tersenyum kepada anak kecil yang duduk di barisan depan. Interaksi kecil seperti itu justru menambah keintiman suasana. “Kidung Pertiwi” bukan hanya konser—ia adalah persembahan cinta dari Yogyakarta untuk semua yang hadir.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun