Mohon tunggu...
Nadia AyuFameilia
Nadia AyuFameilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Selalu menjadi manusia baik walaupun semesta tidak pernah baik kepadamu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hubungan Pendidikan dengan Agama Islam

3 Agustus 2021   23:57 Diperbarui: 4 Agustus 2021   00:12 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan adalah proses berkesinambungan dalam kehidupan manusia mulai dari usia 0 (nol) hingga manusia dewasa. Bahkan Muhammad Abd. Alim mengatakan bahwa pendidikan dimulai dari ketika memilih perempuan sebagai istri. Karena Islam sangat memperhatikan pendidikan, terutama proses tumbuh kembang anak sejak awal pemilihan benih hingga membentuk individu individu dalam kehidupan.

Menurut Harun Nasution yang dikutip oleh Syahidin mengartikan tujuan Pendidikan Agama Islam (secara khusus di sekolah umum) adalah untuk membentuk manusia takwa, yaitu manusia yang patuh kepada Allah dalam menjalankan ibadah dengan menekankan pembinaan kepribadian muslim, yakni pembinaan akhlakul karimah.

Muhaimin memberikan karakteristik Pendidikan Agama Islam yang berbeda dengan yang lain, yaitu:
 1. Pendidikan Agama Islam berusaha menjaga akidah peserta didik agar tetap kokoh dalam situasi dan kondisi apapun
 2. Pendidikan Agama Islam berusaha menjaga dan memelihara ajaran dan nilai-nilai yang tertuang dan yang terkandung dalam Alquran dan al-sunnah serta otentisitas keduanya sebagai sumber utama ajaran Islam
3. Pendidikan Agama Islam menonjolkan kesatuan iman, ilmu, dan amal dalam kehidupan keseharian
4. Pendidikan Agama Islam berusaha membentuk dan mengembangkan kesalehan individu dan sekaligus kesalehan social
5. Pendidikan Agama Islam menjadi landasan moral dan etika dalam pengembangan iptek dan budaya serta aspek-aspek kehidupan lainnya

Pendidikan Agama Islam yang sesuai dengan tuntunan Nabi Muhmmad SAW sebagai mana tercantum dalam AlQur'an dan Hadist serta pendidikan Islam yang berkaitan dengan pengamalan dari nilai-nilai Agama Islam yaitu rukun iman dan rukun islam secara keseluruhan. Epistemologi; Hubungan dengan Pendidikan Islam dan Pendidikan Islam Karena filsafat dikenal dalam kehidupan manusia, menurut asal kata "filsafat" itu sendiri, yaitu philos yang berarti "cinta" dan sophos yang berarti "kebenaran", maka sejak itu pencarian manusia akan kebenaran mulai dilakukan, pengetahuan manusia tentang alampun mulai berkembang, dari pengetahuan animisme dan dinamisme dengan berkembangnya berbagai mitos tentang para dewa dengan berbagai kekuatan gaib sehingga manusia kemudian mencoba mengartikan dunia ini terlepas dari belenggu mitos.

Menurut Mujamil Qomar, jika epistimologi dikaitkan dengan pendidikan Islam, pembahasannya meliputi; diskusi yang berkaitan dengan seluk beluk pengetahuan pendidikan Islam mulai dari sifat pendidikan Islam, asal usul pendidikan Islam, sumber pendidikan Islam, metode membangun pendidikan Islam, unsur pendidikan Islam, target pendidikan Islam, sasaran pendidikan Islam, berbagai jenis pendidikan Islam dan sebagainya (Qomar , 2005: 249).

Berdasarkan beberapa makna yang diberikan kamus lisan al Arab mengartikan sebagai al fashl wa infishal (memisahkan dan terpisah) dalam kaitannya dengan metodologi dan al dhuhur wa al idhar (jelas dan penjelasan) berkaitan dengan visi dari metode bayani (al-Jabiri, 2000: 60). Sementara itu, secara terminology bayan mempunyai dua arti (1) sebagai aturan penafsiran wacana, (2) sebagai syarat-syarat memproduksi wacana. Berbeda dengan makna etimologi yang telah ada sejak awal peradaban Islam, makna etimologis ini baru lahir belakangan, yakni pada masa kodifikasi (tadwin).

Perkembangan Bayani Pada masa Syafi'i (767-820 M), bayani berarti nama yang mencakup makna-makna yang mengandung persoalan ushul/pokok dan yang berkembang hingga ke furu' atau cabang. Dari segi metodologi, Syafi'i membagi bayan dalam lima bagian dan tingkatan, yaitu: 1) Bayan yang tidak butuh penjelasan lanjut berkenaan dengan sesuatu yang telah dijelaskan Tuhan dalam al Qur'an sebagai ketentuan bagi makhlukNya, 2) Bayan yang beberapa bagiannya masih global sehingga butuh penjelasan sunnah, 3) Bayan yang keseluruhannya masih global sehingga butuh penjelasan sunnah, 4) Bayan sunnah sebagai uraian atas sesuatu yang tidak terdapat dalam al Qur'an, 5) Bayan Ijtihad yang dilakukan dengan Qiyas atas sesuatu yang tidak terdapat dalam al Qur'an maupun sunnah. Dari lima derajat bayan tersebut, Syafi'I kemudian menyatakan bahwa yang pokok ada tiga yaitu al Qur'an, sunnah dan qiyas, kemudian ditambah ijma (Soleh, 2003: 182). Metode Bayani untuk mendapatkan pengetahuan, bayani menempuh dua jalan. Pertama berpegang pada redaksi teks dengan menggunakan kaidah bahasa Arab. Kedua, menggunakan metode qiyas (analog) dan inilah prinsip utama epistemologi bayani.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun