Mohon tunggu...
Nadhlif Pelu
Nadhlif Pelu Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Sunan Ampel Surabaya

Menuangkan buah pikiran dan proses belajar melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Muhasabah Diri dalam Bermedia Sosial

6 Maret 2024   21:01 Diperbarui: 6 Maret 2024   21:04 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era modernisasi ini, ketika begitu banyak informasi yang bertebaran di media sosial dengan sumber informasi yang begitu luas namun tidak tereditorialisasi dan diawasi dengan baik tetapi bisa diakses oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja, kejernihan dan kebijaksanaan dalam berpikir dan bertindak adalah kunci. Salah satu cara untuk menjaga kejernihan dan kebijaksanan dalam berpikir adalah dengan bermuhasabah diri atau introspeksi diri.

Muhasabah diri adalah salah satu pemikiran tasawuf Al-Muhasibi (tokoh sufi), di mana beliau banyak melakukan muhasabah, refleksi, dan introspeksi diri dalam tasawufnya. Beliau banyak mempertanyakan pertimbangan yang kritis dan seleksi yang ketat sebelum berpikir dan bertindak. Media sosial merupakan suatu platform digital yang menyediakan fasilitas untuk  melakukan aktivitas sosial seperti berkomunikasi dengan teman, keluarga, kerabat, saling bertukar informasi baik dalam bentuk tulisan, foto, maupun video.

Konsep muhasabah diri ini sangat diperlukan dalam bermedia sosial di era ini, karena ada fenomena di mana seseorang berkomentar buruk atau bahkan menghina orang lain hanya dengan melihat sebagian kecil hidup orang itu di media sosial. Padahal dari pada berkomentar buruk terhadap kehidupan orang lain dia bisa melihat ke dalam dirinya sendiri bahwa masih banyak kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan olehnya yang perlu untuk diperbaiki dan itu lebih baik untuk dilakukan.

Fenomena ini dapat terjadi karena setiap individu di zaman ini memiliki tempat untuk bersuara dan menyampaikan pendapatnya tanpa diketahui identitas aslinya (anonim) yaitu dengan media sosial. Media sosial memberikan kebebasan bersuara pada setiap individu, namun pada saat yang sama terjadi penyalahgunaan di mana terdapat individu-individu tertentu yang membuat akun tanpa identitas (anonim) untuk melontarkan komentar buruk dan hinaan kepada orang yang tidak disukainya ataupun yang tidak dikenalinya hanya karena ingin mendapatkan perhatian dari orang banyak di media sosial. Dengan adanya muhasabah diri dalam bermedia sosial kita bisa lebih mempertimbangkan setiap gerakan jari-jemari kita ketika mengetik pesan, berkomentar, memberikan tanda suka pada postingan orang lain, atau bahkan membuat konten di akun media sosial yang kita punya karena sadar atau tidak sadar semua tindakan kita di media sosial merupakan representasi dari diri kita di dunia nyata.

Maka dari itu, ketika kita berkomentar yang baik, memberikan tanda suka pada konten-konten yang bermanfaat, menyebarkan hal-hal yang dirasa perlu diketahui khalayak ramai, itu menandakan bahwa diri kita memiliki pemikiran yang positif dan kita sadar secara penuh bahwa setiap tindakan kita di media sosial berdampak pada orang lain dan diri kita sendiri. Namun ketika kita berkomentar buruk, memberikan tanda suka pada konten yang mengandung hal-hal tidak berguna atau bahkan membodohi masyarakat berarti secara tidak sadar kita memiliki pikiran yang negatif, meskipun di kehidupan nyata kita tidak melakukan hal semacam itu, karena sering kali terdapat individu yang ingin melakukan suatu hal namun tidak bisa dilakukan di dunia nyata karena takut identitas keluarga atau dirinya tercoret di masyarakat atau karena tidak sesuai dengan norma yang ada. Namun ketika individu ini membuat akun tanpa identitas (anonim) di media sosial, dia dapat melakukan hal-hal buruk yang ingin dia lakukan di dunia nyata tanpa perlu mendapatkan sanksi sosial atau resiko yang ada, itulah mengapa ketika ada individu yang sering melontarkan ujaran kebencian dan hinaan di media sosial ketika diketahui identitas aslinya ternyata dalam kehidupan sehari-harinya dia merupakan individu yang baik dan santun, tidak seperti apa yang diperbuatnya di media sosial.

Media sosial memegang peranan penting bagi hidup mayoritas individu zaman ini, terkhususnya anak muda, di mana mereka menghabiskan rata-rata 6-8 jam sehari untuk berselancar di media sosial dan tenggelam dalam tsunami informasi sampai pada tahap di mana mereka tidak mampu untuk membedakan berita mana yang asli dan tervalidasi sumber informasinya dan mana yang tidak. Dengan bermuhasabah diri kita akan lebih berhati-hati dalam mengeluarkan informasi maupun menerima informasi karena baik tidaknya media media sosial itu tergantung pada penggunanya, ketika kita selektif dan kritis dalam menerima setiap informasi yang ada di media sosial maka kita akan mendapatkan hal-hal yang bermanfaat bagi hidup kita. Namun apabila kita biarkan tsunami informasi menenggelamkan kita maka lama-kelamaan otak kita tidak akan mampu menganalisa secara mendalam apakah informasi yang kita terima benar atau tidak.

Metode reflektif dengan observasi ke dalam diri sendiri ini bisa diterapkan oleh semua kalangan tanpa memandang profesi, gelar, pangkat, golongan, bahkan agama sekalipun. Al-Muhasibi mengajarkan bahwa banyak nilai, perasaan, konsep dan pemikiran yang ada dalam diri manusia perlu dikritisi dan ditimbang terlebih dahulu. Mungkin apa yang kita yakini kebenarannya ternyata fakta menunjukkan hal yang berlainan atau bisa jadi banyak dari perbuatan-perbuatan kita muncul dari dorongan ego dan syahwat, tidak muncul atas pertimbangan rasio. Olehnya, dengan menyelami lebih dalam diri sendiri, seseorang akan lebih jernih melihat konsep dan nilai yang dipegang serta perasaan yang sedang bersarang dalam dirinya.

Bijaklah dalam bermedia sosial karena dirimu di media sosial menunjukkan identitas dirimu yang sebenarnya yang tidak dilihat orang lain di dunia nyata. Bermuhasabahlah dan lihatlah ke dalam diri karena sering kali kita mencari identitas diri di luar diri bukan di dalam diri. Kemampuanmu mengenali dan mengontrol diri terpancar dari tindakanmu di media sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun