Mohon tunggu...
Nadhira Putri Febrianti
Nadhira Putri Febrianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - A college student

Soon to be a part time illustrator

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

"Lupa akan Etika", Komunikasi dalam Dunia Maya

30 Maret 2021   10:29 Diperbarui: 30 Maret 2021   10:34 1297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget tidak hanya sebatas alat komunikasi, tetapi juga menjadi sumber informasi dan mencari relasi baru. (Sumber: unsplash.com/Firmbee.com)

Hal ini sudah menjadi ‘budaya’ tersendiri didalam dunia maya. Bahkan sudah ada penelitian mengenai jumlah kebencian dibeberapa platform digital terkenal. Internet dengan segala kebebasan di dalamnya yang sangat menggiurkan, serta beban pekerjaan di dunia nyata, membuat dunia maya menjadi pelarian yang tepat bagi netizen.

Pengguna internet dan anonimitas-nya yang sering disalahgunakan sebagai tameng dalam menyebarkan perilaku negatif (Sumber: unsplash.com/engine akyurt)
Pengguna internet dan anonimitas-nya yang sering disalahgunakan sebagai tameng dalam menyebarkan perilaku negatif (Sumber: unsplash.com/engine akyurt)

Ada berbagai sebab kenapa hal ini bisa terjadi. Seperti dua faktor tadi yang mendasari terjadinya pengikisan etika komunikasi antar budaya di internet. Faktor lainnya adalah rasa ingin merasakan kebebasan berekspresi yang mungkin tidak didapat di dunia nyata. Kemudian rasa iri akan suatu objek juga menjadi pencetus ujaran kebencian ini. Kebencian adalah salah satu tanda dari kurangnya etika dan norma di masyarakat. Merasa memiliki kendali penuh atas pernyataan apapun yang dilontarkan tanpa memperhatikan konsekuensinya pada pengguna internet lain.

Balik ke budaya, apakah kita dapat menghancurkan circle ini? Panggung bebas dengan segala resiko didalamnya membuatnya bagaikan pisau bermata dua. Pengguna internet di Indonesia yang membludak tetapi tidak disertai dengan literasi yang memadai membuat mereka mengalami kemerosotan etika yang lumayan tajam. Seperti riset yang dirilis oleh Microsoft tadi, bukannya berbenah diri dengan memperhatikan tutur kata setiap berselancar di internet, netizen Indonesia justru sibuk menyerang akun Microsoft di berbagai platform digital. Yang mana menurut saya hal ini sangat lucu. Secara tidak sadar netizen Indonesia telah membuktikan hasil dari laporan riset tadi. Bahwa netizen Indonesia adalah netizen yang ‘barbar’. Warga Indonesia pasti tidak asing dengan kata ini.

Istilah ini biasa digunakan untuk mengungkapkan betapa ‘berbahaya’-nya apabila ada yang berani berurusan atau membuat masalah dengan netizen Indonesia. Padahal jika ditinjau, barbar sendiri memiliki artian negatif. Orang barbar adalah manusia yang dianggap biadab atau primitif. Tetapi hal ini justru menjadi kebanggaan tersendiri bagi netizen Indonesia. Mereka tidak sadar bahwa ke-barbar-an mereka justru membuatnya semakin dihindari di dunia maya. Saya sendiri sudah merasakan hal tersebut.

Saya senang berseluncur di internet untuk mencari teman baru dari negara lain. Disalah satu platform digital, seorang pengguna internet dari negara lain bertanya kepada saya dari negara mana saya berasal. Tentu saya jawab dengan Indonesia, tetapi tak lama setelah saya menjawab pertanyaan tersebut, saya tidak bisa lagi mengirimkan pesan kepada pengguna tersebut. Menandakan bahwa dia telah memutus koneksi dengan kita. Saya sangat bingung saat itu. “Apa yang salah dari negara saya?”, “Apakah saya mengatakan sesuatu yang salah?”. Lalu setelah mendengar berita tentang riset tadi, saya jadi paham kenapa hal itu terjadi pada saya. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa sesama warga Indonesia pun perlakuan negatif cukup sering saya jumpai. Ujaran kebencian sudah menjadi makanan sehari-hari, ditambah dengan kebanggaan akan sifat ‘barbar’ tersebut menambah rasa overproud kita pada pemikiran yang seharusnya perlu dirubah.

Sekali lagi, kita tidak sendirian. Kita harus memahami dan mencari kesepakatan bersama apabila ingin berkomunikasi dengan orang dari budaya yang berbeda. Biasakan untuk menempatkan perspektif kita pada orang tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun