Mohon tunggu...
Nadhif Nidhom
Nadhif Nidhom Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi yang belum bisa melakukan banyak hal.

sebuah ruang untuk belajar menghargai proses.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perilaku Kebiasaan Merokok sebagai Gaya Hidup: Teori Etnometodologi-Harold Grafinkel

15 Desember 2022   04:00 Diperbarui: 15 Desember 2022   04:06 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masa remaja adalah masa dimana mereka mencari jati dirinya,masa remaja juga adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Tetapi remaja zaman sekarang kebanyakan menginginkan kebebasan, tidak mau terikat dengan aturan-aturan tertentu tetapi terkadang keinginan untuk bebas itu justru membuat beberapa remaja melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma yang berlaku,itu disebabkan karena salah nya pergaulan,padahal pergaulan yang akan menentukan kita dimasa depan,apabila kita terjerumus dari hal-hal yang menyimpang maka rusaklah generasi penerus bangsa ini.Kerusakan moral akhir-akhir ini semakin tampak,banyak faktor penyebab kerusakan moral,seperti gaya hidup remaja yang kekinian.

Bermula ketika waktu SMP hampir semua lingkungan pertemanan adalah perokok. Singkat saja pada akhirnya saya juga terbawa godaan untuk merokok karena pada saat itu disuruh untuk mencobanya dan katanya enak. Dan alhasil hingga saat ini ketika menduduki bangku mahasiswa saya masih merokok.

Kaitannya dengan perilaku kebiasaan merokok sebagai gaya hidup yakni ketika saya berada di lingkungan rumah tinggal dan lingkungan saat di kampus. Contoh ketika saya meroko di tongkrongan anak-anak kampus merasa sedikit terkucilkan karena rokoknya hanya yang berharga murah saja, ketika saya mengeluarkan jenis merk A dan milik mereka jauh lebih tinggi dari merk A  maka contoh percakapannya "wah, rokoknya tukang", dan lain-lain. Padahal diwaktu lain ketika mereka sedang tidak memiliki rokok, jenis merk rokok A yang saya bawa ini terkadang mereka hisap juga. Lain hal dengan tongkrongan anak desa jika sudah berada di dalam percakapan ketika nongkrong maupun diskusi tidak ada satupun yang membahas soal rokok. Itu sebabnya kenapa rokok bisa mempengaruhi gaya hidup sesuai lingkungannya masing-masing.

Menurut saya, pengalaman ini merupakan contoh dari teori etnometodologi karena, terdapat sebuah perbedaan struktur bahasa dalam percakapan diantara kedua lingkungan tongkrongan tersebut dan keterlibatan saya dengan kelompok maupun saya dengan kelompok lainnya.

Saya mengenal teori etnometodologi dari jurnal yang berjudul "Etnometodologi Sebagai Pendekatan Baru dalam Kajian Ilmu Komunikasi" karya Daniel Susilo. Mengutip bagian pemahaman tentang teori tersebut. Etnometodologi menurut Garfinkel (dalam Ritzer 2014, 302) memusatkan perhatian pada organisasi sehari -- hari. Etnometodologi berpadangan bahwa kegiatan yang dilakukan individu dilakukan sehari--hari dan relatif tanpa berpikir (Ritzer 2014, 302). Hal ini menjadi fokus utama Etnometodologi tidak pada struktur, namun memfokuskan bagaimana individu membangun kesadaran dan pemahaman akan struktur.

Dalam pemahaman saya, teori etnometodologi itu sebuah realitas terbentuk karena partisipasi individu dalam komunitas tersebut. Di sisi lain juga saya memahami pendekatan etnometodologi tersebut memiliki ragam yang berbeda, karena subjek urusannya adalah berbagai jenis perilaku dalam kehidupan sehari-hari sehingga banyak muncul kajian lanjutan sesuai dengan disiplin ilmu tertentu. Etnometodologi dengan analisis percakapannya tidak dapat dipungkiri juga memberi pengaruh yang besar dalam agenda penelitian komunikasi. Khususnya menyangkut konsep percakapan sebagai suatu bentuk interaksi. Jadi seperti contoh yang sudah saya terapkan di atas yakni kembali kepada individu meyikapi kedua tongkrongan tersebut dengan baik.

Teori etnometodologi diperkenalkan oleh Harold Grafinkel. beliau dilahirkan pada 29 Oktober 1917 di Newark, New Jersey. Terlahir dari keluarga yang tidak ingin beliau kuliah, namun menginginkan Grafinkel belajar dagang. Karena ayahnya seorang pengusaha kecil barang rumah tangga untuk keluarga imigran. Grafinkel mengikuti semua kemauan ayahnya, tetapi ia juga kuliah di Universitas Newark. Beliau banyak diajar oleh dosen lulusan Columbia, jadi perkuliahan yang ia dapat sangat berkualitas dan teoritis. Setelah lulus pada tahun 1939 Grafinkel menghabiskan musim panas di camp kerja Quaker di Georgia. Di sana beliau mengetahui University of North Carolina memiliki program sosiologi yang diorientasikan ke proyek-proyek kerja publik. Guy Johnson dipilih Grafinkel sebagai penasihat tesisnya. Grafinkel memilih tesis pembunuhan interrasial dan beliau lebih tertarik pada teori, khususnya teori Florian Znaniecki tentang tindakan sosial serta arti penting dari sudut pandang aktor.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun