Oleh : Samuel Apriadi Simanullang
Hari pertama kulihat bunga yang indah menghiasi pekarangan yang bersih
Entah dari mana asalnya,
pandangan pertama memikat hati
Hei, ini bukan bunga denotasi
Coba pikirkan ulang berkali-kali
Kita mulai cerita cinta ini
Hari kedua, kucoba tuk mendekati
Aku tak sanggup bila otak telanjang begini
Ku uraikan dengan lantunan doa
bercampur nektar dan sari-sari
Kita tak se-iman, namun ku harap kau amini
Ah berlebih
Ku ganti dengan kalimat sederhana
“Bolehkah engkau aku dekati?”
“All is safe”, keluar dari bibir manis
nan berseri
Ku persingkat cerita ini
Sudah dekat, menjalin hubungan, lalu
berjanji
Tapi apakah memang ini rasa
mendapati?
Tentu wanita yang disukai
Ntahlah, bertahun lalu
semua itu pernah terjadi
Aku sudah lupa rasanya bagaimana,
siapa tahu kini memang benar
seperti ini
Forget it, creepy!
Aku tak tahu cara untuk membuatmu
tertawa
Ku rasa humor kita jauh berbeda
Namun, aku bingung
mengapa mereka bisa
Ataukah aku harus ikut stand up
comedy Indonesia?
Sudahlah, wanita mengandalkan hati,
bukan logika
Ku rasa itu bukan soal lucunya, tapi
nyamannya
Pecahan puzzle ini
kan ku rampungkan demi makna
Akankah berujung sedih atau bahagia
Kita lihat saja
Sering ku memikirkan hal ini sebelum
terjadi
Pikir, aku harus pergi dan tahu diri
Aku peka untuk hal itu, puzzle itu bisa
ku susun rapi
Dan kesimpulan itu bisa kudapati
Berdiam diri, bukan menjauh lalu
pergi
Aku akan tetap disini, hingga nanti
Tepatnya hingga kau ingatkan aku
untuk tidak mendekat lagi
Kata “iya” itu sederhana, namun
ambigu untuk ku pahami
Ku coba untuk menerjemah di dalam
larik ini
Mungkin kelak bunga itu melihat dan
menilai sendiri
Tulisan ini tiada ku revisi
Timbul dari hati, bait ke bait ku ketik
di keyboard ini
Aku juga membayangi
Dan ku renungkan kembali, soal
perpisahan nanti
Perpisahan bukan berarti berhenti
mencintai
Hanya menjaga hati, kepada mereka
yang akan mengganti
Sanubari maafkan aku telah
menyakiti
Meski engkau tak tahu atma berjuang
hingga senja di hari ini
Tenang saja, kemarin ku anggap
cerita pelipur hangatnya kamar ini
Aku tak perlu dikasihani
Soal rasa, beri aku waktu untuk
kembali hingga kemarin pagi
Tak terasa syair ini sudah sepanjang
tali tak hingga senti
Bila kau suruh untuk bernyanyi
Larik ini ku gubah menjadi syair hati
Tunggu! Aku masih di sini
Ku masih ingin tahu kisah apa yang
akan ku alami
Bila tak kudapati cinta sejati
Tak mengapa, setidaknya ku dapat
Ide untuk menulis di pertengah bayan ini
Ku akhiri episode ini
Salamku,
Samuel Apriadi