Mohon tunggu...
Being Human
Being Human Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Only being human

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tuhan dan Pelarian

6 Januari 2014   13:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:06 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentang Tuhan yang katanya ada dimana-mana, lebih dekat dari urat nadi, berumah dimasjid, gereja, pure, sinagog, dan seterusnya. Tentang Tuhan yang selalu disebut-sebut namaNya dan sifatNya dimajelis dzikir dalam agama Islam. Tentang Tuhan mereprsentasikan diri menjadi kepingan-kepingan batu berestetika yang mewakili sifat-sifatNya dalam agama Hindu dan Budha. Tentang Tuhan dalam trinitas yang disebut Jesus sedangkan dalam kejawen disebut manunggaling kawula Gusti, dan dalam tassawuf disebut makrifat sebagaipenyatuan manusia dengan Tuhan yang memiliki beragam aliran. Saya bertanya mengenai kehadiranNya dipikiran dan dibatin saja, bukan secara fisik layaknya materi ini. Mungkin Tuhan tidak mau mati atau Tuhan sudah mati? Saya semakin bertanya-tanya, kenapa Tuhan tak pernah hadir dibatin  dan pikiran saya disaat saya bersenang-senang dengan orang-orang disekitar saya atau mungkin saya manusia yang pelupa tentang Tuhan.  Apakah Tuhan pemalu? Seperti layaknya seseorang yang telanjang dan mencari tempat untuk bersembunyi? Apakah Tuhan malu karena melakukan banyak kejahatan dan melarikan diri dan kemudian sembunyi layaknya seorang teroris atau pencuri dompet? Atau mungkin Tuhan sedang bermain petak umpet layaknya bocah-bocah kampung tempo dulu? Tuhan mungkin sedang tersesat mencari manusia dialam semesta ini? Tuhan kenapa kau hanya hadir disaat saya dilanda kesedihan? Apakah Engkau senang diatas penderitaan manusia? Lalu setelah saya tidak sedih, Engkaupun lenyap. Apakah Kau hanya pelarianku saat diriku sedang melankolis dan membutuhkan sandaran untuk menangis. KehadiranMu terdorong oleh rasa kesedihanku, rasa kebutuhanku yang habis manis sepah dibuang dan rasa kekecewaanku. Engkau menjadi pelampiasan kekecewaanku atas kehidupan yang hitam. Seandainya kehidupan hanya putih, mungkin Engkau tak pernah ada? Engkau mungkin hanya terlahir dari penderitaan manusia yang membutuhkan pelampiasan. Mungkin Engkau hanya begitu. Kemudian Engkau yang seharusnya muncul atas kehendak pemikirMu dan pembatinMu namun sayangnya Engkau terdistorsi oleh pemuka-pemuka agama dan keputusan-keputusan lembaga agama yang mengguruiMu serta indoktrinisasi dari keluarga.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun