Mohon tunggu...
Nabil Azra
Nabil Azra Mohon Tunggu... Desainer - penyuka desain dan menulis

Memaknai desain-Sebuah dunia tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Indonesia Sehat Pilihan

Monkeypox, Bisnis dan Hoaks

25 Juli 2022   08:26 Diperbarui: 25 Juli 2022   10:57 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar-turis terpapar monkeypox di bandara changi-jawapos

Setelah covid-19 memasuki era endemi, menyusul hepatitis akut yang menyerang anak-anak, giliran virus monkeypox (cacar monyet) pada Mei 2022, hadir. 

Kelihatannya sejak pandemi Covid-19 merebak, kehadiran varian penyakit, yang biasanya terlihat biasa kini  menjadi "tidak biasa". Tentu saja karena hampir dua tahun lebih kita merasa "trauma" dengan banyak kejutan dari "dunia virus".

Belakangan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengaktifkan tingkat siaga tertinggi untuk wabah cacar monyet yang berkembang dengan menyatakan virus monkeypox sebagai darurat kesehatan masyarakat dan ancaman cukup signifikan bagi kesehatan global. Bukan tidak mungkin  berpotensi meningkat menjadi pandemi.

Apalagi model penyebarannya tak lagi bersifat parsial. Bisa bergerak cepat mengikuti mobilitas penduduk yang juga bergerak pesat. 

Dimulai dari kasus pertama di Republik Demokratik Kongo, dan  Afrika Tengah dan Barat, kini bergerak hingga negara-negara Amerika Utara dan Eropa, di tempat yang bukan menjadi habibat biasanya.

Monkeypox adalah penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis). Di Afrika, infeksi monkeypox ditemukan pada spesies hewan, di antaranya monyet, tikus Gambia dan tupai. Inang utama dari virus ini adalah rodent (tikus).

sumber gambar-monkeypox-cacar monyet-liputan6
sumber gambar-monkeypox-cacar monyet-liputan6

Virus monkeypox merupakan anggota genus Orthopoxvirus dalam keluarga Poxviridae. Genus Orthopoxvirus juga termasuk virus variola (penyebab cacar Smallpox) dan virus vaccinia (digunakan dalam vaksin cacar Smallpox). 

Mengapa dinamakan monkeypox, sejak pertama di temukan di  Denmark pada tahun 1958, ketika ada dua kasus seperti cacar muncul pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian, sehingga cacar ini dinamakan monkeypox.

Tidak ada pengobatan khusus atau vaksin untuk virus ini. Pengobatan simptomatik untuk meredakan gejala dan suportif dapat diberikan untuk meringankan keluhan yang muncul. Penularan virus ini bisa diantisipasi dengan menjaga kebersihan lingkungan. 

Bisnis, Monkeypox dan Hoaks

sumber gambar-hoaks-kompas money
sumber gambar-hoaks-kompas money

Tentu saja yang menjadi kekuatiran kita yang lain adalah lini bisnis, karena mendapat "gangguan psikologis" beruntun setelah pandemi. Pelaku bisnis merasa cemas, jika kasus muncul signifikan, akan ditindaklanjuti dengan kebijakan pembatasan. 

Sehingga ada yang berkeyakinan, monkeypox ini bisa jadi bagian dari sentimen bisnis atau bahkan politik kepentingan (?) yang diciptakan?. 

Meskipun jika benar muncul, kasus yang terpapar berkisar angka 10 persen dari total populasi. Dan kasusnya yang terbilang jarang, masih belum ditemukan di Indonesia.

Di negara kita, kasus berkaitan dengan varian penyakit juga tak berkesudahan. Seperti sebuah kebetulan, ketika menjelang Idul Adha, merebak kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), yang dengan cepat menggerogoti bisnis peternakan hingga di buat kalang kabut. Keyakinan berbalut dengan ketidakpercayaan publik-seperti rekayasa kepentingan.

Sikap apriori ini tentu saja berkaitan dengan trauma besar kita atas guncangan Covid-19. The COVID-19 Risks Perception Survey,  penelitian yang dilakukan World Economic Forum (WEF), pada 1-13 April 2020. Survei tersebut menargetkan beragam responden, yakni pemerintah, akademisi, spesialis risiko bisnis, dan masyarakat sipil, melaporkan  sebanyak 68,6% responden menilai resesi global merupakan dampak pandemi yang paling menonjol.  

Sedangkan 56,8% responden, meyakini, gelombang kebangkrutan dan tumbuhnya konsolidasi beragam industri juga akan terjadi.   Selain itu, adanya kegagalan beberapa industri (55,9%) dan tingginya tingkat pengangguran struktural juga membayangi (49,3%) akibat pandemi Covid-19.

Dengan pukulan model tersebut, monkeypox menjadi bayang-bayang ketakutan yang lain. Meskipun ada sebagian orang berkeyakinan, anti virus paska pandemi Covid-19, juga membantu daya imun kita bertahan dari penyakit lainnya. Minimal, setidaknya pola hidup bersih yang standarisasinya naik berkat kasus Covid-19 bisa menjadi bentuk pertahanan baru.

Saat ini disinformasi tentang kebenaran penyakit menjadi stimulan munculnya hoaks. Jadi cara terbaik, selain pencegahan dengan prosedur hidup sehat, memilih dan memilah informasi dengan lebih masuk akal daripada pusing dan bingung dengan ketidakpastian.

Referensi; 1,2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Indonesia Sehat Selengkapnya
Lihat Indonesia Sehat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun