Mohon tunggu...
Nabilla RatusyawalMasitha
Nabilla RatusyawalMasitha Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi saya membaca buku dan mendengarkan musik, saya merupakan orang dengan kepribadian INFJ

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dampak Psikologis dan Emosional Kekerasan Anak Terhadap Ibu

22 Mei 2024   19:21 Diperbarui: 28 Mei 2024   18:48 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dampak psikologis dan emosional pada remaja mengacu pada efek yang terjadi pada kesehatan mental dan perasaan mereka sebagai hasil dari berbagai faktor, seperti tekanan sosial, perubahan fisik dan emosional, serta pengalaman hidup yang unik bagi periode remaja. 

Remaja sering kali menghadapi tantangan yang signifikan dalam proses pencarian identitas dan penyesuaian diri dengan lingkungan mereka, seperti kekerasan anak terhadap ibu yang merupakan fenomena yang semakin mendapat perhatian di masyarakat modern. 

Dampaknya tidak hanya terlihat secara fisik tetapi juga memiliki implikasi yang mendalam pada aspek psikologis dan emosional kedua belah pihak. Bagi ibu, kekerasan dari anaknya sendiri dapat menimbulkan trauma yang mendalam, rasa takut, dan perasaan tidak berdaya yang terus-menerus. Kondisi ini sering kali mengarah pada depresi, kecemasan, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD). 

Di sisi lain, anak yang melakukan kekerasan juga dapat mengalami perasaan bersalah, kebingungan, dan konflik internal yang kuat, yang jika tidak ditangani dengan baik, dapat berdampak buruk pada perkembangan emosional dan mentalnya. Memahami dan mengatasi dampak psikologis dan emosional ini adalah langkah penting dalam upaya memutus siklus kekerasan dan memulihkan hubungan yang sehat dalam keluarga.

Tak jarang kita temui di masa sekarang banyak berita-berita bersliweran mengenai pembunuhan anak terhadap ibunya sendiri dengan motif yang sangat  beragam, mulai dari perselisihan kecil hingga masalah ekonomi atau konflik berkepanjangan. 

Peristiwa-peristiwa ini mencerminkan adanya keretakan mendalam dalam hubungan keluarga dan memperlihatkan sisi gelap dinamika domestik yang sering kali tidak tampak dari luar. Ketiadaan komunikasi yang efektif, tekanan sosial, dan gangguan psikologis dapat menjadi pemicu utama di balik tindakan tragis tersebut.

Seperti berita yang terjadi pada 13 Mei 2024, yaitu mengenai Motif Anak Bunuh Ibunya di Sukabumi Hanya karena Kesal Dimarahi Seorang pria di Sukabumi membunuh ibunya karena kesal dimarahi, kasus kekerasan terhadap perempuan terus berulang dalam berbagai bentuk dan latar belakang seperti kasus-kasus yang pernah ada. Insiden tragis ini menyoroti betapa rentannya hubungan keluarga terhadap konflik internal yang tidak terselesaikan. 

Meski tampaknya sepele, akumulasi emosi negatif seperti rasa kesal dan frustrasi dapat memicu tindakan kekerasan ekstrem. Kejadian ini memperlihatkan pentingnya pendekatan yang lebih dalam menangani permasalahan keluarga, termasuk pendidikan emosional, konseling, dan dukungan psikologis yang memadai. Selain itu, perlunya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak buruk kekerasan dalam rumah tangga, serta pentingnya membangun komunikasi yang sehat dan mendukung antar anggota keluarga.

Isu kekerasan anak terhadap ibu, sungguh mengguncang dan mengundang refleksi mendalam tentang dinamika dalam keluarga modern. Kejadian tragis ini menggarisbawahi urgensi untuk lebih banyak lagi memahami dan mengatasi akar masalah yang mendasarinya. 

Salah satu aspek yang perlu ditekankan adalah perlunya meningkatkan kesadaran akan pentingnya komunikasi yang terbuka dan penuh pengertian antara anggota keluarga. Sering kali, konflik dan frustrasi yang diabaikan bisa memunculkan ledakan emosi yang berujung pada tindakan kekerasan yang tidak terbayangkan sebelumnya. Selain itu, perlu ada upaya serius dalam mendorong peran pendidikan dalam memperkuat nilai-nilai empati, pengendalian diri, dan penyelesaian konflik secara damai. 

Kita tidak boleh menutup mata terhadap fakta bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah yang kompleks dan memerlukan pendekatan yang holistik dari seluruh lapisan masyarakat, mulai dari keluarga, sekolah, hingga lembaga-lembaga penegak hukum. Hanya dengan langkah-langkah konkret dan kerja sama yang kokoh, kita dapat berharap untuk mencegah tragedi serupa terjadi di masa depan.

Oleh karena itu, pentingnya menjaga kesehatan psikologis dan emosional remaja, terutama dalam lingkup keluarga, sangatlah krusial karena lingkungan keluarga merupakan landasan utama bagi perkembangan mereka. Keluarga memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk identitas, nilai-nilai, dan cara pandang remaja terhadap diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. 

Dalam lingkungan keluarga yang hangat, mendukung, dan penuh pengertian, remaja cenderung lebih mampu menghadapi tekanan dan tantangan dengan lebih baik. Mereka merasa lebih nyaman untuk berbagi perasaan, kesulitan, dan kekhawatiran mereka, serta mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

Namun, dalam lingkungan keluarga yang tidak sehat atau penuh konflik, remaja dapat merasa terisolasi, tidak aman, dan tidak didukung, yang dapat meningkatkan risiko masalah psikologis dan emosional. Oleh karena itu, menjaga hubungan yang positif, komunikasi terbuka, dan memberikan dukungan emosional yang konsisten dalam lingkungan keluarga merupakan investasi penting untuk kesejahteraan remaja dan mencegah terjadinya hal-hal yang tak terduga dalam perkembangan mereka.

Selain itu, Upaya penanganan mengenai dampak psikologis dan emosional kekerasan anak terhadap ibu memerlukan pendekatan yang holistik. Pertama, dukungan psikologis melalui terapi individu dan kelompok sangat penting untuk membantu ibu mengatasi trauma dan stres pasca kekerasan. Terapi ini dapat melibatkan konseling, serta teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan dan depresi. Selain itu, pemberdayaan ibu melalui pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja juga esensial untuk meningkatkan kemandirian dan rasa percaya diri mereka. Di sisi lain, komunitas dan lembaga sosial perlu berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang mendukung dan aman bagi para ibu, termasuk penyediaan tempat perlindungan sementara dan bantuan hukum. Program sosialisasi dan edukasi mengenai hak-hak perempuan serta anak juga harus digalakkan untuk mencegah kekerasan lebih lanjut dan membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan terhadap ibu dan anak. Integrasi dari berbagai upaya ini diharapkan dapat memulihkan kesejahteraan psikologis dan emosional ibu serta mengurangi dampak negatif kekerasan dalam jangka panjang.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun