Mohon tunggu...
Nabila Shobawa
Nabila Shobawa Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Focus on the positives and be grateful

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dia Sang Wanita Arang

18 Agustus 2020   13:03 Diperbarui: 18 Agustus 2020   13:01 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namanya Maudya Aira Natasyah Anggiya terlahir dari pelosok negeri Indonesia. Lingkungan sekitar memanggilnya dengan sebutan Ai. Lain hal tetangga di sekitar teman sebaya dan sekolah Ai justru memanggil Ai dengan nama panggilan Arang. 

Wanita yang tumbuh dari keluarga yang sangat sederhana begitu antusias dalam mengejar pendidikan yang di raihnya, lihat saja meski teman-teman di sekitar membuli, mencaci dan mengejek Ai tak patah semangat untuk mengejar cita-citanya untuk menjadi seorang dokter. 

"Ai, jujur saja ibu tak sanggup jika harus membiayai kuliah kamu untuk mengambil jurusan kedokteran." sahut ibu Ai. 

"Ibu, Ai tak akan meminta apapun dari ibu kecuali satu, doa." Senyum Ai sembari memandang sang ibu. 

"Hai Arang!" sahut teman bermain Ai menyapa Ai yang sedang bergegas menuju bis. Pandangannya begitu rumit begitu juga dengan pikirannya yang begitu bercabang. Keputusannya untuk mengambil beasiswa kedokteran tidklah mudah. 

***

19 tahun kemudian terlihat sebuah mobil mewah yang terparkir di depan rumah Ai. "Mobil siapa itu bu Romlah?" tanya seorang tetangga ke ibu Ai yang baru saja pulang berbelanja sayur. "Saya juga tidak tau," jawab ibu Ai sembari bergegas menuju rumah.

"Pak,  pak!!! " teriak ibu Ai. 

"Ibu... " sambil mencium tangan 

"Ini siapa, pak?"

"Ini Ai, bu?"

"Ai?  Kamu benar Ai. Anak ibu, nak?"

"Aiiii...." peluk ibu dengan haru.

"Berkat doa dari ibu, Ai di percaya sebagai dokter spesialis dalam di Abu Dhabi, bu." 

"Nak, bukan hanya rupamu yang berubah menjadi putih dan cantik tapi nasibmu juga,"

Begitu ramai rumah Ai, di datangi para tetangga juga tak ketinggalan teman-temannya yang dulu pernah membuli Ai lantaran kulitnya hitam pekat seperti arang. 

Sarah yang sering mengucilkan Ai dan mengejek "Dia sang wanita arang" begitu menyesal dengan tindakan dulu yang sering ia lakukan. Begitu juga dengan Niko laki-laki yang pernah menolak Ai begitu menyesal telah menolak wanita yang memiliki mimpi besar. 

"Dia sang wanita arang. Andai saja dulu aku menerimamu, Ai mungkin kau ada bersamaku," gerutu Niko.

Dari kisah ini, di saat kau berbeda dengan yang lain jangan bersedih apalagi terpuruk sungguh itu adalah kemenangan yang keliru. Di saat kau berbeda bukan berarti tidak terlepas dari cacian atau bulian dari lingkungan sekitar tapi justru itu semua akan tampak besar dan nyata serta  goncangannya pun akan tampak dahsyat namun percayalah. 

Seseorang yang beerbeda bukan berarti ia tak memiliki mimpi, justru dengan mimpi yang di wujudkannya menjadikan ia sebagai seseorang yang berbeda sesungguhnya.

Lemah ayu, Kertasemaya, Indramayu

Selasa, 18 Agustus 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun