"Gubrak! "
Aku lelah dengan semua ini. Semenjak kecil aku selalu menuruti apa yang ibu minta dari mulai bergaul dengan sesama sampai menempuh pendidikan.Â
"Semoga tahun sekarang lulus," ucapku sambil memandangi leptop sembari menunggu pengumuman kelulusan masuk perguruan tinggi negeri (PTN). Â
To tet, Â ternyata hasilnya sama seperti empat tahun yang lalu. Aku masih belum juga di terima di ptn dengan jurusan kedokteran.Â
"Bagaimana hasilnya, Â Maria? Â Tanya ibu sembari membaca majalah.Â
"Hasilnya masih sama bu, Â tidak lulus. " dengan raut wajah menunduk.Â
"Tak apa-apa, Â kan tahun depan masih bisa ikut? "
Aku tak tau harus bagaimana lagi, Â ibu tetep kekeh untuk memasukkanku ke dunia kesehatan yakni kedokteran. Mungkin karena basic keluarga ku di bisang kesehatan makanya ibu ingin juga aku terlibat di dalamnya. Ibu adalah dokter gigi sedangkan ayah adalah dokter bedah dan kakak dokter paru. Mungkin itu yang menyebabkan ibu ambisius untuk mendaftarkanku masuk ke jurusan kedokteran.Â
Di usia ku yang menginjak dewasa tentu aku juga ingin memiliki sesuatu hal yang menjadi keinginanku. Â Sudah empat tahun aku belajar tentang kedokteran tapi hasilnya tetap nihil. Waktu emat tahun bukanlah waktu yang sebentar, di sisi lain teman-temanku yang sudah meniti karir ada juga yang sedang mengembangkan usahanya. Â Sedangkan aku, masih bergelut untuk tetap kekeh masuk ke dunia kedokteran.Â
"Ayah, bolehkah aku daftar di bidang lain selain kesehatan? "
Ayah terdiam dan langsung meletakkan buku dan juga kacamata. Â "Memangnya, hasil pengumuman kemaren bagaimana? " tanya ayah.Â
"Aku tidak lulus lagi, Â ayah.. " ucapku semberi meneteskan air mata.Â
"Maria tau, Â pasti ayah dam ibu benci mendengarnya. Â Empat kali berturut-turut masih saja gagal, "
"Sudah, Â tidak apa-apa, "Ayah memelukku dan berusaha menenangkanku.Â
"Apa yang menjadi keinginanmu?" tanya ayah.Â
"Aku ingin mengambil program studi ekonomi jurusan akuntansi, "
Ayah menganggukkan kepala dan mengatakan "Ya sudah. "
Ku coba mendatangi ibu untuk mengatakan hal yang baru saja ku obrolkan dengan ayah. Jawaban ibu nyaris tak terpikirkan, Â berbeda dengan jawaban ayah.Â
"Ya sudah, kamu coba daftar kuliah kedokteran tahun depan, "Â