Mohon tunggu...
Nabila Fauziah
Nabila Fauziah Mohon Tunggu... International Relations Student

Interest at political and social issues

Selanjutnya

Tutup

Financial

Neraca Pembayaran Internasional dan Ketergantungan Ekonomi : Posisi Indonesia dalam ASEAN

6 Mei 2025   07:55 Diperbarui: 6 Mei 2025   07:55 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi jabat tangan di atas latar dollar AS 

Neraca Pembayaran Internasional (NPI) adalah catatan semua transaksi ekonomi suatu negara dengan luar negeri. Kondisi NPI menunjukkan tingkat ketahanan ekonomi eksternal suatu negara. Dari perspektif hubungan internasional, performa NPI mencerminkan seberapa besar ketergantungan ekonomi pada kekuatan global. Misalnya, teori ketergantungan menegaskan bahwa negara dunia ketiga kerap tertinggal akibat posisi mereka dalam ekonomi global. Indonesia, sebagai negara berkembang dan anggota ASEAN, wajib memahami dinamika ini. Artikel ini membahas bagaimana posisinya di arena regional ASEAN memengaruhi NPI dan ketergantungan ekonominya, dengan data BI, IMF, dan sumber kredibel lainnya sebagai rujukan.

Kinerja neraca pembayaran Indonesia 2024 menunjukkan ketahanan sektor eksternal sekaligus tantangan ketergantungan. Bank Indonesia mencatat NPI 2024 surplus USD 7,2 miliar, meningkat dari USD 6,3 miliar tahun sebelumnya. Kenaikan surplus ini terutama ditopang oleh arus modal dan finansial yang melimpah: surplus modal-finansial membengkak menjadi USD 16,4 miliar (dari USD 9,9 miliar). Sebaliknya, transaksi berjalan (current account) mencatat defisit USD 8,9 miliar atau sekitar 0,6% PDB, jauh melampaui defisit 2023 sebesar USD 2,0 miliar (0,1% PDB)antaranews.com. Kondisi ini mencerminkan ketergantungan Indonesia pada ekspor komoditas primer (seperti migas, batu bara, nikel) yang rentan gejolak harga global. IMF bahkan mengingatkan risiko ekonomi Indonesia akibat fluktuasi harga komoditas dan melambatnya pertumbuhan mitra dagang utama.  

Beberapa pola ketergantungan ekonomi Indonesia dalam kerangka regional ASEAN dapat diidentifikasi, antara lain:

  • Ketergantungan pada komoditas primer global. Ekspor nonmigas (terutama komoditas) tumbuh seiring kenaikan harga, menunjang surplus neraca perdagangan, tetapi menambah volatilitas saat harga tertekan.

  • Aliran modal asing sebagai penyangga. Surplus transaksi modal-finansial (FDI dan portofolio) menutup defisit transaksi berjalan. Misalnya, investor asing tetap optimis masuk ke Indonesia, menambah surplus investasi langsung.

  • Integrasi perdagangan ASEAN yang terbatas. Ekspor Indonesia ke sesama anggota ASEAN masih kecil (baru ~18% dari total ekspor nonmigas). Secara agregat, intra-ASEAN hanya 22% dari total perdagangan kawasan, menandakan kemitraan regional belum optimal.

  • Ketergantungan kebijakan dengan kekuatan global. Perdagangan Indonesia masih terpusat pada AS dan China. Seperti dikritik Kontan, "tidak hanya bergantung pada Amerika Serikat dan China" tetapi mesti cari pasar alternatif. Ketergantungan semacam ini mengikis ruang manuver kebijakan luar negeri Indonesia.

Dalam banyak tahun terakhir, surplus NPI Indonesia ditopang arus modal asing. Direktur BI menyebut investasi langsung tetap surplus di tengah optimisme investasi domestik. Ilustrasi jabat tangan di atas latar dolar AS menggambarkan besarnya arus modal masuk ke Indonesia. Kondisi ini memperkuat cadangan devisa (mencapai ~USD 156 miliar akhir 2024) tapi juga membuat Indonesia sensitif terhadap perubahan sentimen global. Misalnya, kenaikan suku bunga global dapat memicu arus keluar modal, memengaruhi NPI.

Keterbukaan pasar ASEAN juga punya konsekuensi. Integrasi ekonomi yang longgar di ASEAN belum menghasilkan perdagangan signifikan antar-anggota. Dengan pangsa ekspor ASEAN rendah, Indonesia masih bertumpu pada pasar global besar. Astatiani & Tobing (2023) bahkan menegaskan bahwa "terlalu bergantung pada pasar tunggal dapat membuat suatu negara rentan terhadap fluktuasi ekonomi global". Dalam konteks ini, pilihan mitra dagang menjadi penting: misalnya, merujuk ke ASEAN sebagai blok atau beralih ke strategi bilateral. Seperti dicatat Neraca, ASEAN dapat menggunakan perjanjian RCEP untuk mendiversifikasi pasar ekspor dan mengurangi ketergantungan pada AS. Sayangnya, konsolidasi kawasan belum optimal; Indonesia sebagai ekonomi terbesar ASEAN seharusnya lebih memimpin solidaritas regional, tapi diplomasi ekonomi cenderung berjalan bilateral. 

Secara struktural, isu-isu berikut penting diperhatikan dalam analisis ketergantungan ekonomi ini:

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Financial Selengkapnya
    Lihat Financial Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun