Mohon tunggu...
Si Penonton Layar
Si Penonton Layar Mohon Tunggu... Apoteker - Penikmat Film/Pembaca buku/Penikmat hal-hal unik

Berbagi sudut pandang tentang film dari sisi penonton, dan berbagi banyak hal yang perlu diulas

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kita Lebih Suka Cerita Ketimbang Berita

21 November 2022   04:07 Diperbarui: 11 Desember 2022   22:30 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Thom Milkovic on Unsplash 

Berawal dari kebuntuan menulis artikel saya mencoba mencari informasi, inspirasi tentang menulis. Beberapa kata kunci saya ketik diberanda mesin pencarian seperti menulis opini, menulis esai, menulis artikel, dan semacamnya. 

Pada akhirnya saya tetap mengalami kebuntuan untuk menuliskan ide-ide tulisan yang sudah saya kumpulkan. Bagaimana ya menuliskan ide menjadi bahan bacaan yang baik dan enak untuk dibaca. 

Setelah dipikir baik-baik ternyata saya sendiri masih terkungkung dalam kerangka berpikir seorang mahasiswa farmasi. Dulu sewaktu menjadi seorang mahasiswa farmasi tulisan laporan harus terstruktur rapi, memiliki sumber yang jelas, bahasa yang dipakai haruslah ilmiah, bahkan saat menuliskan pembahasan praktikum harus singkat lugas dan tidak bertele-tele. 

Pada akhirnya saya sadar kalau gaya tulisan yang terbentuk selama ini adalah seorang farmasis. Tidak buruk sebenarnya memiliki kerangka berpikir seorang farmasi ataupun gaya penulisan farmasi. Namun, penulis yang baik bisa menempat gaya tulisannya dengan baik dan cermat. Demi tersampainya informasi ke pembaca tentunya. Karena, sudah bukan mahasiswa farmasi lagi, baiknya harus sedikit memahami gaya tulisan apa yang disukai para pembaca.

Kesadaran inilah yang membawaku ke pemikiran bahwa pola pikir mempengaruhi gaya tulisan. Saya belum mengembangkan pola pikir seorang penulis yang baik. Belum bisa mengembang kata menjadi kalimat yang gurih untuk dibaca para pembaca. Masih terkungkung tulisan itu lugas, dan ilmiah.  Padahal tidak semua orang bisa memahami kata-kata ilmiah dunia farmasi.

Akhirnya saya mencoba mencari cara menulis dengan gaya storytelling dan menemukan webinar dari Mas Agus Mulyadi dan Mas Iqbal Aji. Kedua penulis ini aktif sebagai penulis di Mojok. Dalam webinar tersebut memperlihatkan kalau kedua penulis ini memiliki gaya penulisan yang berbeda Mas Iqbal dengan opininya, dan Mas Agus menulis dengan gaya bercerita. Dari webinar yang berdurasi satu jam lebih itu ada celetukan dari Mas Agus yang membuat saya berkata 

"iya juga ya, bener banget"

Mas Agus menjelaskan kalau kita lebih suka membaca cerita ketimbang berita. Berangkat dari sana saya sadar tulisan yang gurih dan enak dibaca oleh masyarakat umum adalah tulisan storytelling. Sebuah cara penulisan yang jauh dari gaya tulisan saya yang kaku. Kalau dipikir-pikir saya pun selalu menikmati tulisan yang bergaya cerita. Terasa seru untuk dibaca dan diikuti, dan saat menceritakan kisahnya ada selipan informasi untuk para pembacanya. Informasi yang ditulis secara storytelling menurut saya efektif tersampaikan untuk pembaca.

Untuk menulis dengan gaya storytelling ini susah susah gampang. Kita harus bisa mendeskripsikan suatu peristiwa dengan tulisan. Menarasikan dan mengemas suatu peristiwa menjadi kisah yang menarik. Tentu saja semua tulisan kisah tersebut harus mendetail dan terperinci untuk membangun kisah yang ingin kita sampaikan. Ditambah lagi penggunaan kata dan diksi tidak harus menggunakan pakem yang dibalut ilmiah. 

Walaupun sulit untuk mencoba gaya penulisan baru, tidak apa malah terasa seru untuk dinikmati dan melakukan prosesnya. Bukankah hidup akan terasa seru jika kita menghadapi tantangan baru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun