Mohon tunggu...
Muhammad Nabhan Fajruddin
Muhammad Nabhan Fajruddin Mohon Tunggu... Lainnya - Petualang Ilmu

Mahasiswa di UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keberagaman Motivasi Menuju Tuhan

12 Februari 2021   17:48 Diperbarui: 5 Juli 2023   13:42 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siswa yang paling pandai dan menempati rangking teratas di sekolah biasanya mendapat hadiah yang beragam, pihak sekolah selaku lembaga pendidikan biasanya memberi hadiah berupa piala, buku, atau beasiswa. Belum lagi jika siswa yang pandai dari kalangan  berada, maka siswa itu akan mendapatkan hadiah yang berharga dan mahal, misalnya mendapat smartphone, laptop, liburan ke luar negeri, atau sesuatu yang disukai si siswa pandai sebagai hadiah atas pencapaiannya. Manusia merupakan makhluk yang gemar akan hadiah dan iming-iming, mulai dari anak kecil, remaja, hingga para pejabat negeri ini pun suka diberi hadiah. Peran hadiah adalah sebagai motivasi manusia untuk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh.

Berbagai agama yang ada di seluruh dunia pasti menjanjikan pahala ketika melakukan ritual atau ibadah dan menaati perintah aturan agamanya. Sebaliknya, mendapatkan dosa ketika melanggar aturan agama. Kemudian orientasi dari pahala dan dosa adalah, jika bisa mengumpulkan pahala yang banyak maka surga hadiahnya. Jika dosanya yang menumpuk maka neraka ganjarannya. Cara berpikir umat beragama yang umum terjadi di kehidupan ini.

Berbicara soal surga menurut Islam, Tuhan menghadiahkan surga yang di dalamnya terdapat sungai susu, kebun hijau, bidadari, dan hidangan-hidangan. Namun, semua itu adalah idiom surga berdasarkan konteks pengalaman budaya masyarakat Arab, karena secara geografis wilayah timur tengah berupa gurun pasir yang gersang maka Tuhan membuat gambaran surga adalah tempat yang serba hijau dan menyejukkan. Tentunya gambaran surga ini berbeda dengan "idiom surga orang Jawa karena di Jawa tentunya sudah kenyang dengan kekuasaan dan kesejahteraan yang diberikan alam  kepada penduduknya. Maka, surga adalah suatu tempat yang indah sesuai kehendak dan keinginan penduduk surga nantinya.

Surga itu adalah sebuah nilai, surga itu adalah sebuah kualitas yang diciptakan Tuhan agar kita merasa bahagia di dalamnya. Format budaya yang beragam bisa berbeda-beda dalam menggambarkan surga yang berbeda pula. Tuhan berkali-kali mengiming-imingi surga, karena Tuhan tahu bahwa arti kehidupan bagi manusia adalah kesanggupan untuk menaklukkan dan mendapatkan segala hadiah atau iming-iming. Misalnya siswa diiming-imingi oleh orang tuanya kalau berhasil menjuarai lomba cerdas cermat akan dibelikan sepeda, hal ini mendorong siswa ini maksimal dalam berlatih mempersiapkan lomba untuk mendapat hadiah sepeda. Demikian juga Tuhan dalam mengiming-imingi surga agar manusia bisa berusaha dalam menjalankan  ibadah yang diperintahkan agama dan menjauhi larangan agama dengan harapan manusia akan merindukan, memimpikan, meraih, dan masuk ke dalam surga.

Dalam Islam terdapat kebinekaan orientasi dalam menjalankan ibadah agama. Di antaranya; pertama, dalam ilmu tasawuf disebut "Muslim Rahbani" manusia yang melakukan ibadah karena peraturan agama dan rasa takut. Layaknya negara atau lembaga yang birokratis, karena motivasi ibadahnya mirip dengan psikologi pegawai yang berorientasi pada presensi, aturan dan pengawasan.

Yang kedua, disebut "Muslim hayawani". Diasosiasikan kepada kapitalisme karena ibadahnya di posisikan sebagai kapital. Dia melakukan sholat, puasa, zakat, dan seterusnya, agar memperoleh laba berupa pahala. Muslim jenis ini adalah pedagang yang bernegosiasi kapitalistik terhadap Tuhan. Terminologi yang di pakai adalah untung rugi. Surga adalah keuntungan, neraka adalah kerugian, tidak beribadah, tidak menjalankan perintah-Nya berarti merintis kebangkrutan.

Yang ketiga, "Muslim Rabbani" Diasosiasikan layaknya seorang yang tengah merindukan orang yang di cintai. Tidak peduli jarak, tidak peduli waktu, tidak peduli egonya, pokoknya orientasinya adalah bertemu sesuatu yang dirindukan. Melakukan segala perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya yang berorientasi hanya kepada ridho dari Tuhan. Puncak dari keridhoan adalah ketika Seorang hamba dapat berjumpa dengan Tuhan kelak di akhirat. Tidak peduli Tuhan berkehendak baik atau buruk kepadanya yang dia harapkan hanya ridho dari Tuhan.

Sahabat Rabiah Al-Adawiyah berkata "kalau ibadahku ini aku lakukan untuk mengharap surga-Mu, campakanlah aku ke dalam api ganas-Mu, tutuplah pintu surga bagiku..." pernyataan itu berarti Rabiah hanya ingin mendapatkan ridho dari Tuhan bukan mengharapkan surga-Nya. Klasifikasi di atas bisa direnungkan, di mana tingkat ibadah kita kepada Tuhan apakah kita termasuk kategori tunduk dan takut pada birokrasi atau sebagai pencari untung-rugi seperti pedagang atau pencari dan mengharap cinta Tuhan.

Kebinekaan orientasi beribadah di atas merupakan sebuah warna-warni atau bisa dikatakan proses tingkatan dalam menjalankan perintah Tuhan. Tingkatan tersebut bisa dikatakan tingkatan level keikhlasan dalam beribadah. Keberagaman ini hanya sebatas keberagaman, tidak usah saling merendahkan, saling merasa lebih baik. Sejatinya, yang memberikan rapor atas hasil ibadah kita di dunia adalah Tuhan yang diberikan di hari akhir nanti. Tugas di dunia ini adalah menciptakan kedamaian dan ketenteraman yang ada di alam semesta. Tak peduli bagaimana cara ibadahnya dan tingkatan ibadahnya, yang terpenting saling menghargai sesama manusia. Seperti pita yang di cengkram oleh Garuda Pancasila yakni “Bhineka Tunggal Ika” berbeda tetapi satu. Filosofi ini bermakna bahwa tak apa berbeda asal selalu satu dalam kedamaian dan ketenteraman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun