Mohon tunggu...
Nana Agt
Nana Agt Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang yang rajin,pekerja keras, memounyai minat di bidang seni dan linguistik.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Strategi Menghadapi Rekan Kerja yang Toxic Positivity

8 April 2024   14:00 Diperbarui: 8 April 2024   14:08 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengatasi Rekan Kerja yang Toxic Positivity

Dalam lingkungan kerja, interaksi dengan rekan kerja merupakan bagian penting dalam menjalankan tugas sehari-hari. Namun, tidak semua interaksi tersebut selalu positif. 

Salah satu hal yang mungkin dihadapi adalah rekan kerja yang menerapkan pola pikir toksik yang sering disebut sebagai "toxic positivity". Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan apa itu toxic positivity, bagaimana hal ini dapat memengaruhi lingkungan kerja, dan strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini.

Apa Itu Toxic Positivity?

Toxic positivity merujuk pada sikap atau pola pikir yang mengabaikan atau menekan emosi negatif, bahkan saat situasi memang menuntut untuk menghadapi dan merasakan emosi tersebut. Orang-orang yang menerapkan toxic positivity cenderung mengesampingkan emosi yang tidak menyenangkan seperti kesedihan, kekecewaan, atau ketakutan, dan mendorong orang lain untuk selalu "berpikir positif" tanpa memperhatikan konteks atau kebutuhan individu.

Dampak Toxic Positivity dalam Lingkungan Kerja

  • Ketidaknyamanan Emosional: Rekan kerja yang menerapkan toxic positivity mungkin membuat orang lain merasa tidak nyaman saat mereka mencoba untuk berbagi perasaan atau pengalaman negatif.
  • Kurangnya Empati : Sikap positif yang berlebihan dapat menghalangi kemampuan seseorang untuk merasakan empati terhadap orang lain yang sedang mengalami kesulitan atau masalah.
  • Kurangnya Solusi yang Konstruktif: Fokus terlalu berlebihan pada "berpikir positif" dapat menghalangi kemampuan untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif.
  • Menyebabkan Stres Tambahan: Bagi beberapa individu, terus menerus mendengar kata-kata positif tanpa ruang bagi emosi negatif juga dapat menyebabkan stres tambahan karena merasa tidak diakui atau dipahami.

Studi Kasus: Mengatasi Rekan Kerja dengan Toxic Positivity

Kita dapat memahami lebih lanjut tentang dampak toxic positivity melalui studi kasus berikut:

Rina adalah seorang anggota tim proyek yang merasa tertekan dan cemas karena berbagai tugas yang menumpuk dan tenggat waktu yang ketat. Ketika dia mencoba untuk berbagi perasaannya dengan teman sekerja, Andi, Andi merespon dengan mengatakan, "Santai aja,pasti semuanya selesai. Pikirkan hal-hal positif dan semangat!" Meskipun niat Andi baik, responsnya tidak membantu Rina merasa didengar atau dipahami.

Strategi Mengatasi Toxic Positivity

Untuk mengatasi toxic positivity dalam lingkungan kerja, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan:

  • Mengedukasi tentang Pentingnya Keseimbangan Emosi: Sampaikan kepada rekan kerja mengenai pentingnya mengakui dan merasakan berbagai jenis emosi, termasuk yang negatif, sebagai bagian normal dari pengalaman manusia.
  • Membangun Keterampilan Empati: Dorong rekan kerja untuk mendengarkan dengan empati dan memberikan dukungan yang sesuai saat orang lain membagikan pengalaman atau perasaan mereka.
  • Membuka Ruang untuk Dialog yang Terbuka: Ciptakan lingkungan yang mendukung untuk berbicara tentang tantangan dan emosi yang dihadapi, tanpa takut dihakimi atau diabaikan.
  • Menyediakan Sumber Daya dan Dukungan: Pastikan bahwa ada sumber daya dan dukungan yang tersedia bagi mereka yang membutuhkan bantuan dalam mengatasi masalah pribadi atau profesional.
  • Mendorong Keseimbangan Antara Positivitas dan Realitas: Ajarkan bahwa penting untuk tetap optimis, namun juga penting untuk realistis dan mampu menghadapi masalah dengan solusi yang konkret.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun