Mohon tunggu...
Maulana Ghozali
Maulana Ghozali Mohon Tunggu... lainnya -

Diam itu belajar memahami. || My Blog: https://pemilu-cerdas.blogspot.com/ ||

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kekuatan Islam Tradisionalis dalam Pusaran Pilpres 2019

26 Februari 2019   07:45 Diperbarui: 26 Februari 2019   08:17 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.republika.co.id


Siapa yang tidak menyangka jika yang dipilih menjadi calon wakil Presiden 2019 adalah Prof. Dr. KH. Ma'ruf Amien yang kala itu masih menjabat sebagai Rais Aam PBNU. Disini Jokowi terlihat cerdik memilih Ketua tertinggi dalam pimpinan ormas tersbesar se Indonesia bahkan sedunia dengan jumlah anggota sekitar 130 juta penduduk atau sekitar 65% dari penduduk Indonesia. Saking besarnya anggota dan sangat tradisional ormas ini kurang terorganisir secara rapih.

Tapi jangan ditanya peran dan andil besar Nahdlatul Ulama (NU) dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Mulai dari pra kemerdekaan hingga saat ini. Tokoh dari NU juga sudah ada yang menjadi presiden tentunya yang sangat dikenal yaitu Gus Dur. Estafet perjuangan NU masih terus berlanjut hingga sekarang yang dipimpin oleh Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj.  Jangan remehkan kekuatan Islam Tradisional, karena Islam ini sangat menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat masyarakat besar. Maka tak heran jika anggotanya sangat besar yang berpahamkan Islam Ahlu Sunnah wal Jamaah (ASWAJA) dan Rahmatan lil Alamin (Kasih sayang untuk alam semesta raya).

Pasca reformasi ini kebebasan berdemokrasi dibuka sebebas-bebasnya baik dari kubu Pak Habibie dan Gus Dur. Ketika Gus Dur ditanya dalam wawancara Kick Andy apakah tidak takut nanti demokrasi akan kebablasan informasi dalam kebijakan yang dianggap kontroversial. Gus Dur menjawab pasti nanti akan dikontrol bersama-sama jika ada yang melanggar. Rasanya itu tepat sekali jawabannya, bahwa sudah saatnya kita harus terus bekerja dan terus bekerja dengan saling mengontrol tersebut. Sehingga tidak ada lagi malas-malasan untuk mengontrol kebijakan-kebijakan yang berat pada suatu kelompok tertentu saja.

Era Pak SBY semua lembaga ormas-ormas Islam baik modernis maupun tradisionalis sama-sama berkembang pesat. Hingga akhirnya muncullah beberapa ormas beraliran keras dan radikal. Bom meledeka disana-sini, kota-kota besar, gereja, tempat hiburan sampai di polresta Cirebon. Sungguh sangat memilukan bangsa Indonesia yang harus tercidera karena paham kekerasan dan terorisme. Munculnya beberapa deklarasi di kampus-kampus umum melalui peredaran video yang seakan melupakan kesepakatan para pendiri bapak bangsa.

Para generasi milenial harus terus belajar sejarah dengan adanya informasi-informasi yang harus diserap secara bijak. Jangan sampai terbius atau terhipnotis dari gagasan-gagasan utopis yang sudah dibantah. Bangsa Indonesia harus tetap melanjutkan perjuangan kemerdekaan bukan lagi kembali dari kajian yang nol. 

Terlebih lagi saat ini ada kampanye-kampanye ketakutan atau info-info hoaks yang terus menerus digaungkan. Kampanye-kampanye pesimis seperti Indonesia akan Bubar di tahun 2030, atau jika Jokowi jadi ulama akan dikriminalisasi, atau tidak ada adzan jika Jokowi Menang. Marilah berpikir positif dan jangan mudah lupa siapa tokoh calon yang dipimpinnya. Bukankah sebagian dari Anda dulu mendukung Maruf Amin tapi sekarang malah melawan?Loyalitas anda kepada pimpinan apakah bergantung siapa yang memberi anda uang banyak? Tentu tidak pastinya.

Rais Aam PBNU pastinya bukan orang sembarangan dan tidak hanya pintar beragama atau hafal Alquran saja. Tapi ada makrifat (mengetahui keagungan Allah SWT) pada tokoh yang duduk sebagai Rais Aam PBNU. Sebelumnya yang ditunjuk menjadi Rais Aam PBNU adalah KH. Mustofa Bisri yang dikenal Gus Mus. Namun beliau menyatakan belum siap dengan kerendahan hatinya. Lalu ada tiga pilihan calon kembali yang mana ketiganya di test tingkat kedekatan pada Allah SWT. 

Munculah Nama KH. Ma'ruf Amien dan beliau pun mengikhlaskan jabatan Rais Aam PBNU ketika dipilih menjadi Cawapres Jokowi. Maka secara otomatis yang menggantikan KH. Ma'ruf Amien adalaha KH. Miftahul Ahyar seorang kiai yang sangat sederhana. KH. Rais Aam PBNU juga termasuk tiga tokoh yang di test akan kealiman dan ketinggian ilmunya.

Dalam Pilpres 2019 lain daripada yang lain dimana Islam Tradisional ini bersatu dan tidak berdiri dua kaki seperti pada pemilu sebelumnya. Dalam pemilu sebelumnya CAWAPRES dari NU selalu kalah karena berdiri dua kaki. PBNU solid dalam mendukung cawapres KH. Ma'ruf Amien untuk memenangkan pilpres 2019. Semua para elit NU tahu bahwa tidak sembarangan dalam memilih Rais Aam PBNU.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun