Mohon tunggu...
nasri kurnialoh
nasri kurnialoh Mohon Tunggu... STAI Haji Agus Salim Cikarang

Nasri Kurnialoh lulusan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogakarta. Alumni Pondok Pesantren Di Tasikamalaya dan Yogakarta. Saat ini saya sangat bersemangat untuk mengabdi kepada agama, nusa dan bangsa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kabur Aja Dulu

7 Maret 2025   07:00 Diperbarui: 7 Maret 2025   05:44 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kabur Aja Dulu Ini adalah sebuah tagar (tanda pagar). Sebuah perlawanan gen-Z atas kondisi bangsa dan negara yang bagi mereka tidak baik-baik saja. Mereka merasakan bahwa hidup di negeri ini terlalu sulit, memusingkan dan tak menjamin kesejahteraan. Maka, tagar ini seolah mengumpulkan generasi yang satu visi untuk kabur ke luar negeri, walau tak punya koneksi, tak hebat kompetensi atau tak ada persiapan apa-apa. Bagi mereka kabur bukan hal konyol tapi proses untuk beradaptasi dengan satu keyakinan: tahap demi tahap adaptasi di luar negeri bisa membuat lebih mandiri dan terbebas dari mutu hidup yang rendah di negeri sendiri.

Tentu para gen X dan Baby boomer tersinggung. Mereka yang usianya kini di atas 40 merasa bahwa negeri ini baik-baik saja. Narasi publik oleh pemerintah begitu meyakinkan bahwa ekonomi kita meningkat, status kita jadi negeri maju bahkan era ke depan negeri ini jadi kekuatan ekonomi kelima di dunia. Tersinggung sih boleh, tapi Gen-Z yang usia 19 - 35an punya cara pandang sendiri. Mereka muak dengan narasi yang berbelit-belit saat ada korupsi. Senior mereka terlalu hipokrit hingga sulit mencari kebenaran. Para pemimpin mirip badut, tertawa, berhalusinasi dan nyaris tak ada yang dikerjakan. Negeri ini jalan ditempat. Harga makin naik, pajak ditarik gila-gilaan tapi penghasilan tak pernah bisa mengejar kenaikan harga yang menggila. Absurd, kan?

Tagar ini adalah perlawanan atas kondisi. Populer sejak Januari 2025 di medsos X, saling repost dan menjadi trending hingga orang punya semangat baru untuk mencari opsi: kabur ke luar negeri. Mereka sedih atas tiga hal (1) pendidikan yang mahal tapi gaji guru dan dosen sangat minimal. Mereka mengajar setengah hati, setengahnya lagi nyari bancakan. (2) sudah membayar mahal pendidikan, tapi cari kerja sulit dan terjerat pada pengangguran. Memperbaiki nasib suatu kemustahilan di tengah hiruk pikuk pajak yang mencekik. (3) drama-drama politik dan isu ruang publik yang tak nyaman membuat hidup lebih menghabiskan energi kontra produktif ketimbang kreativitas dan inovasi. Hidup di negeri ibarat dikerangkeng di dalam jeruji: diam jadi pesakitan, lari pun ditembak mati.

Kabur ke luar negeri bagi mereka adalah harapan. Bagi negara yang memberi pengangguran pun adalah harapan. Harapan menabung devisa, tak beri kerja tapi dapat jasa. Namun bagi negara yang mikir, ini adalah kerugian besar. Mereka yang hebat, produktif dan inovatif menjadi aset bangsa lain untuk kesejahteraan negeri lain. Kita dapat cerita dan kebanggaan semu saja. Pasti rugi. Apalagi mereka dikuliahkan oleh LPDP dari pajak, tapi tak mau balik. Mereka menjilat negara tapi alasannya rasional. "Negeri ini tak bisa memberi lebih". Jika pun tak pernah ke luar negeri, kabur aja dulu. Bonek pun tak apa, toh adaptasi butuh waktu, bahasa bisa dibaca, tradisi bisa diikuti. Yang penting, kabur, nikmati prosesnya dan dunia kesejahteraan akan memihak mereka. Entah ini jalan yang benar, apa tidak. Biarlah waktu yang jawab. Jika pun harus kecewa, paling tidak harapan tak boleh dicela.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun