Mohon tunggu...
Afifah Mazaya
Afifah Mazaya Mohon Tunggu... Koki - Blogger

Environmental enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Taman yang Lebih Cerah

11 Januari 2020   17:01 Diperbarui: 11 Januari 2020   17:01 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumput tetangga lebih hijau?

Entahlah. Tetanggaku saat ini nggak punya rumput. Mungkin tetangga yang dulu di masa kecilku punya rumput, tapi anak kecil mana sih yang memperhatikan warna rumput?

Waktu kecil, aku justru memperhatikan bentuk rumputnya. Ada yang lebar. Ada yang sipit. Beda-beda spesies. Lucu.

Setahun belakangan, aku mulai belajar menanam. Cabai, kangkung, tomat, dan lainnya. Aku jadi tahu warna daun tumbuhnya nggak selalu sama walau spesiesnya sama. Bahkan, warna bisa berubah walau ditumbuhkan dari individu yang sama.

Kangkung, misalnya. Beberapa kali, ibu membeli kangkung untuk ditumis. Daunnya hijau tua. Akar dan sebagian batangnya tentu dibuang. Daripada dibuang begitu saja, aku taman kembali saja. Begitu tumbuh lagi, daun yang tumbuh malah hijau terang. 

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Semula, kukira warna itu karena daunnya masih muda. Setelah beberapa waktu, aku baru kepikiran mungkin mereka kekurangan nutrisi. Yah, memang nggak aku beri pupuk macam-macam, sih. Cuma kadang-kadang aku beri kompos dari hasil composting pribadi, yang kebanyakan komposisinya hanya dari sisa sayuran atau buah. Jelas beda dengan hasil para petani yang pupuknya mungkin lebih variatif dan nutrisinya terjamin. 

Belum lagi, soal hama. Semut-semut gemar hidup di sekitar tanamanku, tapi aku belum sampai hati menggunakan insektisida. Dan, faktor yang ternyata menentukan juga soal usia tanaman. Kangkung yang sudah berkali-kali dipanen warnanya akan berbeda dengan ketika baru pertama kali dipanen. Jadi, beda usia, beda juga perawatannya.

Yang pasti, ketika melihat daun kangkung yang nggak sehijau ketika baru dibeli di warung, yang aku pikirkan adalah bagaimana caranya supaya kangkung bisa normal. Aku pribadi maunya lebih organik. Kalau harus pakai pupuk, pupuk yang sesuai untuk organik. 

Mungkin ada beberapa rekomendasi pupuk nonorganik. Bahkan, mungkin pernah terbersit pertanyaan, apakah kangkung tersebut aslinya organik ketika di pertanian? Tapi, yah, ngapain juga dipikirkan. Toh, sudah berlalu. Tumis kangkungnya juga sudah masuk ke perut. Lebih baik memikirkan apa yang harus diurus sekarang dan memikirkan cara-cara supaya sesuai dengan idealisme untuk lebih organik.

Lagipula, mempraktikkan sesuatu plek plek sesuai buku panduan kadang-kadang kurang sesuai dengan keinginan. Apalagi, kalau buku panduan yang dibaca baru 1-2. Maunya organik, tapi tips-tipsnya nonorganik. Kalau diterapkan, mungkin akan muncul perasaan bersalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun